Happy Reading
**✿❀ ❀✿**
Isabel's POV :
Semenjak kejadian kemarin malam seluruh keluarga ku semakin ketat dalam melindungi diriku. Jujur saja aku sangat benci dengan penjagaan yang ketat seperti ini.
Tok Tok Tok
Suara ketukan di balik pintu kamarku. "Masuk saja tidak di kunci," ucap ku mempersilahkan masuk. Ada seorang wanita yang berpakaian seperti pelayanan. Aku memperhatikan nya karena ini pertama kali aku melihat dirinya di rumah ini. "Ini nona muda, camilan yang anda pesan," ucap wanita tersebut.Wajahnya sangat cantik. Mata biru cerah, kulit yang sangat putih, dan rambut hitam pekatnya. Bodynya juga seperti gitar Spanyol.
Kenapa dia sangat mirip denganku? Dia siapa? Ah tidak mungkin dia kembaranku mungkin saja dia pelayan baru. Tapi kenapa wajahnya mirip sekali dengan ku apalagi warna rambut yang sangat hitam pekat seperti papa. Batinku yang masih memerhatikan pelayan baru itu menaruh berbagai camilan yang ku inginkan.
"Saya keluar dulu ya nona," ucapnya yang membuatku terkejut dan tersadar dari lamunan. "Ahh, iya terimakasih banyak ya," ucapku sambil menganggukan kepala. Pelayan itu berjalan mundur beberapa langkah dan menundukkan kepalanya lalu memutar badannya ke arah pintu dan menutup kembali pintu tersebut setelah keluar kamarku.
"Aku ingin sekali keluar tapi penjagaan di luar rumah sangat ketat," ucapku kesal.
***
Aku terkejut saat suara HP ku berbunyi sangat keras di telinganku. Dengan mata yang masih tertutup aku berusaha mencari HP ku dengan meraba sekitar. Saat aku menemukan HP, aku langsung membuka mataku perlahan. Di situ aku dapat melihat sebuah panggil dari mama dengan cepat aku mengangkatnya dan menyalakan speaker.
"Hallo Isabel, cepat turun kamu akan bertemu dengan seseorang yang sangat spesial," ucap mama dari balik telfon. "Hah? Sekarang? Isabel males untuk turun," ucap ku dengan mata yang tertutup. "Ayo lah, mama sudah sangat bahagia bahwa kembaranmu masih hidup," jawab mama.
Mataku langsung melotot dan jantung ku berdetak sangat cepat. Barusan aku tidak salah dengar. "Kembaran? Kakak or adik?" tanya ku yang masih tidak percaya. "Yang jelas kakakmu lah sayang tapi dia sangat mirip dengan mu sampai mama kira tadi itu kamu," ucap mama. "Oke aku turun," ucapku yang langsung mematikan telfon dan langsung berlari turun kebawah, meskipun aku memiliki penyakit anemia (darah rendah) aku tetap memaksa untuk berlari menuju lift.
Sesampainya dia bawah aku melihat mama dan papa sedang duduk di sebelah seorang pelayan. Aku berjalan perlahan menuju mereka. Saat aku di depan mereka aku terkejut dengan apa yang ku lihat.
"Di-dia kakakku? Dia kembaranku??" tanyaku yang tidak percaya. Papa dan mama hanya mengangguk. Wajah polosnya yang membuatku semakin yakin kalau dia adalah kakakku. Aku tersenyum lalu bertanya. "Kak, dari mana aja? Adek kangen banget sama kakak."
Author's POV:
Flashback on :
"Tolong bawa beberapa berkas saya yang ada di atas meja kerja Fabian," ucap Vannesa. "Baik Mrs. Phoenix," ucap salah satu bodyguard yang ada di situ.
"Mrs!! Nona muda di culik!" teriak salah satu pembantu yang baru saja membuka paksa pintu. "What!? Cepat cari dia!" teriak Vannesa yang lalu berlari keluar dan membantu yang lain. Fabian sedang menembak musuh. Banyak yang sudah menjadi mayat di situ. Vannesa mengambil Isabel dan membawa pergi.
Dor
Suara tembakan yang menembak punggung seseorang. Vannesa sempat terkejut dan melindungi Isabel di tangannya. Fabian langsung menoleh kearah Vannesa. Ternyata seorang bodyguard melindungi Vannesa dari tembakan yang hampir melukain punggung VannesaTiba-tiba terdengar suara seorang pria tertawa terbahak-bahak. "HAHAHAHAHA, putri mu sudah di tanganku," ucap seorang pria gagah sambil menggendong Isabella di tangan kanannya. Pria itu langsung lari keluar di ikuti dengan suara tembakan yang berturut-turut.
"KEJAR!" teriak Fabian memerintah semua anak buah dan bodyguard nya untuk mengejar penjahat tersebut. Semua yang ada di dalam situ panik dengan kejadian tadi. Isabel masih tertidur dengan pulas di pelukan sang ibunya.
"Obati semuanya dan jangan sampai ada yang menyusup!" perintah Fabian tegas. Sebelum Fabian pergi ia menyempatkan dirinya untuk memeluk sang istri dan mencium dahi dan pipi Vannesa dengan sangat lembut. Mata Fabian melembut saat melihat Vannesa berbeda dengan tatapan ke yang lain apalagi musuh seperti ini.
"Sayang, tolong temukan Isabella ya sayang. Aku sangat khawatir dia di apa-apain," ucap Vannesa sangat lembut. Mata Vannesa sudah sangat berkaca-kaca. "Sabar ya sayang. Isabella akan segera ketemu, sekarang kamu harus full istirahat dan jangan sampai stress," ucap Fabian yang melembutkan nadanya.
"Apalagi kamu sedang mengandung anak kita," sambung Fabian sambil mengelus-elus perut Vannesa. "Bisa aja kamu sayang," ucap Vannesa malu-malu. Setelah mengecup dahi Vannesa, Fabian segera mengejar pencuri putrinya tersebut.
Setelah itu suasana rumah sangat hening. Banyak pembantu yang menolong anak buah Fabian dan mengobatinya. Saat Vannesa ingin memutar badannya tiba-tiba perut Vannesa di tusuk oleh pisau.
"Aarghhh!" teriak Vannesa kesakitan. Pria itu langsung lari keluar lewat jendela. Para pembantu, anak buah, dan bodyguard langsung lari menghampiri Vannesa.
Perut Vannesa penuh dengan darah yang mengalir terus menerus tanpa henti. Para dokter pribadi milik keluarga Phoenix langsung melakukan pertolongan pertama sebelum di bawa ke rumah sakit karena, perlengkapan di rumah hanyalah terbatas sedangkan di rumah sakit lebih lengkap. Isabel di ambil dari pelukan Vannesa dan di berikan sebotol susu.
Setelah dokter melakukan pertolongan pertama untuk Vannesa. Ambulan pribadi langsung mengantar Vannesa ke rumah sakit terdekat. Salah satu pembantu langsung menelfon Fabian agar segera kerumah sakit. Fabian yang mendengar itu langsung menyuruh supir untuk memutar balik mobil untuk menuju rumah sakit 'Sky Blue'.
Sesampainya di rumah sakit. Fabian langsung berlari melewati banyak orang dan lorong. Saat tiba di depan ruang oprasi di situ Fabian dapat melihat anak buahnya sedang mondar mandir di depan pintu oprasi.
"Di mana istriku??" tanya Fabian panik. "Istri tuan ada di dalam dan sedang di oprasi karena terjadi pendarahan yang cukup parah," jawab anak buah Fabian.
Wajah Fabian sangat pucat karena khawatir dengan istri dan juga bayi yang ada di dalam perut Vannesa. Jantung Fabian berdetak sangat cepat setiap detiknya tanpa henti.
Setelah 2 jam menunggu akhirnya salah satu seorang dokter langsung keluar dari ruangan dan menghampiri Fabian.
Saat dokter itu berbicara wajah Fabian semakin pucat dan kakinya rasanya sangat lemas dan tidak kuat untuk menahan tubuh kekarnya. Anak buah Fabian yang melihat itu langsung membantu tuannya agar tidak terjatuh kelantai.Flashback off
❃.✮:▹ ◃:✮.❃
NB : maaf cuman sampe 100 kata doang soalnya sibuk di dunia nyata, semoga saja author bisa up setiap hari
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Ini Milik Ku
Teen FictionIsabel Phoenix adalah anak SMA yang memiliki cita-cita menjadi agen rahasia tapi menurut nya itu akan sangat mustahil terjadi apalagi keluarga nya sangat menentang Isabel menjadi agen rahasia untuk melaksanakan misi karena bisa membuat Isabel terluk...