Prolog

35 7 0
                                    

2 tahun kemudian...

"Ayah! Lili dapat ikannya!" seru gadis berumur 3 tahun kurang 4 bulan dengan mata berbinar binar menatap sang Ayah yang tengah mempersiapkan alat bakar untuk keperluan nanti malam.

Pria yang tengah fokus tersebut mengalihkan pandangannya dan menatap sang putrinya dengan tersenyum manis, "Pinter banget anak Ayah, bawa sini ikannya," ucapnya dengan tangan melambai lambai.

Liliana Demario gadis kecil dengan rambut keriting itu tersenyum dan berjalan menghampiri pria tersebut dengan menenteng ikan yang baru ditangkap olehnya tadi.

Liliana memberikan ikan hasil tangkapannya kepada pria di depannya dengan wajah tampak bahagia, "Ikan Lili besarr!" ungkapnya.

"Aduh berat ya sayang," ucap Pria tersebut mengambil alih ikan yang sedang di bawa oleh Anak perempuan di depannya.

"Itu kan om yang nangkep," sahut Seseorang pria yang baru saja masuk dengan tangan menenteng joran pancing dan juga sebuah ember.

Liliana menoleh dengan wajah cemberut menatap Pria di belakangnya, "Tapi kan Lili yang nungguin, Om malah asik tidur," omelnya.

Pria tersebut mengelap tangan kanannya lalu mengelus lembut rambut Liliana, "Keren Anak Ayah," ujarnya.

"Bisa bisanya om nya malah asik tidur," lanjutnya menatap tajam pria yang membawa joran pancing.

Pria itu menghela nafas dan menaikan kedua bahunya, "Iya deh, punya Lili ikannya," pasrahnya lalu berjalan kebelakang menaruh joran pancing dan ember ketempat semula.

Pria yang tengah mempersiapkan alat bakar akhirnya sudah selesai dan menaruh ikan di baskom yang berisikan air lalu berjalan keluar dari dapur tersebut dan mendekati Liliana yang sedang asik bermain dengan om nya.

Pria tersebut duduk di sofa memperhatikan Liliana yang masih bermain dengan boneka dan om nya, Liliana yang melihat Ayahnya sudah beres melakukan sesuatu berdiri dan mendekati Papanya.

"Ayah udah selesai?" tanyanya mendongak menatap Pria itu.

Pria itu mengangguk mengiyakan pertanyaan putrinya, lalu mengangkat tubuh kecil tersebut ke pangkuannya dan mengelus lembut kepalanya, Pria itu terkejut ketika menatap lekat pupil mata sang putri yang berubah warna menjadi kekuningan.

Sebagai sang Ayah ia merasa kaget dengan hal itu, karena sejak kecil pupil mata putrinya berwarna cokelat seperti manusia pada umumnya.

"Eh, luka yang tadi terjatuh dimana Lili?" sahut Pria yang disebut om oleh Liliana melihat lutut Liliana yang tidak tergores sedikit pun.

"Jatuh? Mana yang sakit sayang?" tanyanya dengan panik langsung melihat kedua lutut putrinya dengan seksama.

"Tadi rasanya sedikit sakit Ayah, tapi iya dimana lukanya ya?" ucap Liliana yang membuat Ayahnya lagi lagi terkejut.

Pria itu sontak memeluk tubuh kecil yang ada di pangkuannya dan menghujani ciuman berkali kali di kepala Liliana, "Lili tetap putri kecil Ayah," gumamnya.

PRANG

BLAR

"Suara ledakan?" batinnya sembari memeluk erat Liliana.

BRUK

DUAKH

Mendengar suara yang menggelegar dari luar penginapan membuat ketiganya berlari keluar dengan salah satu pria menggendong Liliana, terlihat retakan di langit langit yang terjadi di seluruh dunia membuat segerombolan monster aneh keluar memporak porandakan area sekitar dan memangsa manusia.

Melihat fenomena yang tidak masuk akal pria dengan celana pendek di padu Hoodie berwarna putih itu menggenggam tangan temannya yang menggendong Liliana untuk mengajaknya berlari menjauh dan menghindar.

Mata Liliana yang berwarna kekuningan seperti warna amber solid dengan sentuhan kuning keemasan menyala lalu melompat dari gendongan Ayahnya, Pria yang merasa anaknya lompat dari gendongannya menoleh ke belakang dengan tangan ditarik dan kakinya di paksa berlari.

Pria itu menghempaskan tangan temannya lalu menghentikan langkahnya, "Lili!" pekik Pria itu membuat Liliana menoleh.

Ia terkejut ketika Liliana menatap dirinya dengan mata yang aneh serta tatapannya yang tajam membuat tubuhnya mematung kaku seolah dirinya di tekan kuat dari segala arah.

"Kita pikirin nanti, ayo kita pergi dulu!" sahut temannya kembali menarik tangan Pria tersebut.

"Gua gak bisa ninggalin Lili!" bentak Pria tersebut menghempas kuat tangannya.

"Lili sayang ayo kemari, disana berbahaya. Kemari lah bersama Ayah," ujar Pria itu merentangkan tangannya namun Liliana yang masih menatap tajam wajah Ayahnya berjalan mundur mendekati sebuah dimensi waktu yang tiba-tiba muncul di belakang Liliana.

"Ayah, Lili takut.." lirihnya membuka mulutnya saat ia masuk sepenuhnya kedalam dimensi itu.

Tidak, jangan! Lili anak Ayah! Lili!

Tidak, jangan! Lili anak Ayah! Lili!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ini cerita ketiga ku, entahlah tiba tiba ide ini terlintas di pikiranku. Maybe updatean cerita ini lebih lambat dari problematic life.

Suddenly Become A Father [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang