Kakinya yang jenjang itu sontak menghentikan langkahnya saat pendengarannya tak sengaja mendengar suara tangisan, matanya melirik ke sebuah kotak berukuran sedang tak jauh dari dirinya berdiri.
Ia menatap kotak itu sebentar lalu melihat sekelilingnya yang sepertinya mereka juga mendengar tangisan tersebut namun berpura pura tidak mendengar itu. Merasa tak tega, pria itu melangkah mendekati kotak tersebut, membukanya perlahan lahan.
Wajahnya terkejut membuatnya langsung menutup kembali kotak tersebut, ia melangkah menjauh dari kotak itu, kepalanya terus menerus menoleh rasanya tidak tega meninggalkannya begitu saja.
Dengan berat hati Pria tersebut kembali mendekati kotak tersebut dan langsung membawanya pergi dari sana, berlari dengan tergesa gesa.
Sebentar lagi.
Sebentar lagi.
Tunggu...
Nafasnya terengah engah di depan pintu rumahnya, dengan cepat tangannya membuka pintu dan masuk dan tak sengaja menutup pintu dengan kencang. Ia menaruh kotak tersebut di meja makan, menggigit jempolnya mondar mandir tak karuan.
"Ah gimana ini!"
Ia terus mondar mandir tak karuan otaknya seketika berhenti berpikir saat dirinya membawa pulang kotak tersebut, "pikir! pikir! pikir ayo pikir!" gumamnya.
Pria itu berhenti mondar mandir, mengambil ponselnya dan mengotak atik nya. "Dam, ini gimana! tolong gua," ucapnya yang masih menggigit jari jarinya.
"Lo kenapa? coba tenang dulu," sahut seseorang dari sambungan telepon yang dibuat pria tersebut.
"TUNGGU! ada suara tangisan?" lanjutnya.
"Gua takut, gua beneran tak-"
tutt tutt...
Pria itu melihat layar handphonenya yang sudah mati total, ia lupa untuk mengisi daya ponselnya dan itu membuatnya semakin panik namun ia berusaha meredakan kepanikannya.
Setelah dirasa cukup tenang, Pria tersebut membulatkan tekadnya dengan menggerakkan tangnya perlahan untuk membuka kotak tersebut, berkali kali pria tersebut menelan saliva nya.
Ia kembali menarik tangannya untuk membuka kotak itu saat mendengar gedoran kuat di pintu rumahnya, Pria itu berlari lalu membukakan pintunya dan dirinya seketika merasa lega saat temannya yang ia telepon datang kemari.
"Sumpah gua takut banget Dam," katanya menarik masuk tangan Damian Mason yang merupakan teman dekatnya. Saat ini jam menunjukkan pukul 21:36 malam dan ia langsung kemari setelah panggilan telepon Isaac yang terputus tiba tiba.
Pria itu bernama Isaac Demario putra tunggal, yang kini hidup jauh dari kedua orang tuanya karena bersekolah di tempat sekolah impiannya sejak dulu. Karena jarak dari sekolah dan rumah kedua orang tuanya sangat jauh, mereka memutuskan Isaac agar hidup mandiri.
Mata Damian berkeliaran di dalam rumah Isaac, namun menurutnya tidak ada yang aneh sama sekali, ia pun menoleh dan menatap Isaac, "Rumah lo aman aman aja," sahutnya.
Tangan Isaac sontak menunjuk kotak besar yang ada di atas meja makan, membuat Damian terheran heran menatap temannya, "Hah!?" tanyanya.
Isaac melepaskan tangan Demian lalu berjalan mendekati kotak tersebut, tidak tahu keberani darimana ia langsung membuka kotak tersebut. Mengangkat sesuatu keluar dari kotak tersebut membuat mata Damian membulat terkejut ketika melihat Isaac menggendong seorang Bayi keluar dari kotak tersebut.
"Wa.. wahh itu yang tadi nangis?" ujarnya terbata bata menunjuk bayi yang ada di gendongan Isaac.
"Lo ngehamilin siapa Sak," lanjutnya membuat Isaac menatap tajam Demian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Become A Father
FantasyIsaac Demario, pria berusia 18 tahun yang berada di bangku akhir sekolah menengah atas tiba tiba menjadi seorang Ayah karena tak sengaja menemukan kotak berukuran sedang saat perjalanan pulang dari belajar kelompok malam itu. Isaac tidak tahu bahwa...