Bab Dua

6 2 0
                                    


" Hidup adalah milik mereka yang hidup dan mereka yang hidup harus siap untuk perubahan."

-Johann Wolfgang von Goethe



Nicholas terbangun dengan keadaan bingung, dia yakin jika sebelumnya dia hanya mimpi, ia melihat sekitar dan semakin heran. "Sebenarnya ada dimana aku?". Tak lama dari kebingungannya, ia Kembali terkejut dengan seorang petani yang berada di sebelahnya.

"Tuan, apakah anda baik-baik saja?"

"Ya, aku cuma perlu sedikit waktu untuk mencerna segalanya"

"Apa anda seorang bangsawan yang telah dirampok? Bajumu terlalu bagus, namun saya belum pernah melihat pakaian seperti ini." Tanya petani tersebut.

Nicholas melihat pria itu dengan rawut yang semakin bingung, bajunya terlihat begitu lusuh, nampak berbeda dengan baju petani yang selama ini dia lihat di desa, tempat dimana professor tinggal. Bahkan dia yakin tak pernah melihat orang dengan pakaian selusuh itu.

Tak lama dari itu, Nicholas pun tersadar, ia teringat dengan apa yang terjadi sebelumnya. Ia ingat jika sebelumnya berada di perpustakaan. Ingatannya berakhir pada cahaya silau dari pintu tua itu.

"Ya, aku berasal dari negeri yang jauh, aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku terlalu sial, aku dan teman-temanku sedang dalam pelarian saat negeriku dijajah. Namun di tengah perjalanan kami bertemu dengan segerombolan bandit, hanya aku yang berhasil kabur. Sisanya dibantai." Jawab Nicholas berusaha mengarang cerita, dia tahu jika ia jujur takkan ada yang percaya. Dan lagi, ia tak memiliki barang apa pun selain pakaian yang menempel dengan tubuhnya.

"Hmm.. bandit gunung ya? Akhir-akhir ini memang ada banyak kabar burung tentang kembali munculnya para bandit gunung itu. Saya bersyukur, setidaknya ada yang selamat"

"Tuan, jika kau berkenan, bolehkah saya tinggal barang sehari atau dua hari? Hingga saya pulih dan dapat melanjutkan perjalanan saya? Apa pun akan saya lakukan, bahkan bekerja tanpa upah, saya hanya perlu makan dan tempat untuk beristirahat" lanjut Nicholas dengan penuh harap

"Tenang saja tuan, suatu kehormatan bagi saya untuk menerima anda di gubuk saya yang kecil ini." Jawab petani sambil menunjuk ke arah rumahnya yang ternyata tepat di belakang Nicholas.

"Terima kasih tuan, bahkan tinggal di lumbung anda pun saya tak mengapa, selagi dapat tempat tuk bernaung"

"Tidak-tidak. Anda adalah tamu kami, anda harus tinggal seatap dengan saya. Tidurlah di kamar adikku, kamar tersebut telah lama kosong sejak mendiang adikku meninggal 3 tahun lalu". Jawab petani itu sambil menjulurkan tangannya "Nama saya Nimrod, saya adalah pemburu lembah indah ini".

"Saya Nicholas Fergus, suatu kehormatan bisa mengenal anda" balas Nicholas sembari menyambut tangan Nimrod.

Tak lama setelah berkenalan, mereka pun memasuki rumah Nimrod sambil dijamu dengan daging hasil buruannya. Terlihat ada daging yang masih sangat segar, dipanggang dengan bumbu seadanya.

"Tuan, bagaimana rasa daging ini?" Tanya Nimrod membuka obrolan

"Panggil saja saya Nico, akan lebih enak jika kita berbincang secara kasual"

"Baiklah, tapi panggil aku dengan namaku juga ya... Hahaha"

"Dagingnya begitu enak, namun, jujur saja saya tak pernah makan daging seperti ini. Awalnya aku mengira jika ini adalah daging babi hutan. Berlemak, namun tak amis" Jawab Nico sambil memotong daging tersebut dengan pisau makan.

"Kita tinggal di dataran yang cukup tinggi, salah satu dari tiga gunung tertinggi di dunia ini. Jelas, ukuran hewan dan rasa daging di sini berbeda dengan yang ada di dataran lain"

"Ah, aku pernah dengar hal tersebut dari salah seorang kerabatku" sambut Nico menanggapi argumen Nimrod

"Nico, apa kau percaya dengan adanya monster?" tanya Nimrod dengan antusias

Kaget dengan ekspresi antusias Nimrod, Nico pun menjawab dengan opininya "Aku tak yakin, jika kita berbicara monster sebagai makhluk mengerikan berbentuk wivern. Namun jika kau berbicara monster sebagai sejenis spesies hewan langka, aku yakin jika itu benar"

"Hahaha... Kau jenius, aku suka orang sepertimu. Aku pun yakin begitu. Gunung di sana sering disebut sebagai gunung monster, banyak yang meyakini jika di gunung itu terdapat banyak monster mengerikan. Tak heran, hampir semua orang tak berani menaikinya. Itulah alasan mengapa bandit gunung memilih untuk tinggal di sana, prajurit keamanan kerajaan saja enggan ke sana" balas Nimrod dengan tawa lepasnya

"Aku salah seorang yang tak mempercayai hal tersebut, makanya aku selalu berburu di sana ketika fajar. Aku pun yakin dengan aku mempelajari tentang makhluk-makhluk tersebut, namaku akan semakin disegani orang" lanjut Nimrod dengan bangga

"Jadi kau seorang kriptozoolog"

"Kripto apa?

"Kriptozoolog, orang yang mendalami kriptozoologi. Ilmu yang mengkaji tentang hewan tersembunyi, bisa kita sebut itu sebagai monster atau pun hewan yang dianggap mitos"

"Entah apalah itu sebutannya, kau bisa menyebutku seperti itu. Bedanya, setelah mempelajarinya, aku akan langsung memakannya di hari itu juga. Aku tak ingin membuang sisa hasil buruanku... hahaha"

Tawa dari Nimrod mengingatkan Nicholas dengan tawa khas professor Magnus, sahabat sekaligus orang yang sangat dia hargai.

"Nimrod, bolehkah aku ikut denganmu saat fajar nanti? Aku ingin mencoba bagaimana rasanya memburu makhluk yang bahkan tidak kumengerti"

"Boleh saja, aku yakin suatu saat kau akan menjadi pemburu hebat sepertiku"

Refleksi ParalelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang