Ini hanya fiksi jangan menyamakan cerita ini dengan kehidupan mereka.
KAYAKNYA SEBENTAR LAGI END, HEHEHE, GAK BAKAL SAMPAI CHAPTER 20 KAYAKNYA, SOALNYA AKU TIPIKAL ORANG YANG NULIS CERITA SINGKAT. Soalnya aku pernah nulis di draft itu udah sampai 47 an lebih chapter eh malah kehapus, makanya sekarang aku buat cerita pendek aja gitu, sapa tau nanti aku bisa bikin cerita yang chapter nya lebih banyak lagi
•••••••
[HAPPY READING]
*
*
*
*
*
|
|
Di bandara, seorang cowok berkacamata hitam berjalan keluar dari bandara itu. "Gue balik lagi, apa kabar dia ya?" Gumam cowok itu."Apa dia masih sama kayak dulu? Gue harap dia masih cinta sama gue."
Bell istirahat berbunyi semua murid berbondong-bondong keluar dari kelas menuju kantin.
Christy menggenggam tangan Freya sambil bersenandung kecil.
"Bocil." Gumam Freya.
"Fre, ehmm aku boleh nanya gak?"
"Tanya aja."
"Ehm, k-kak Chika itu udah punya pacar belum sih?" tanya Christy.
"Aku juga gak tau sih." Jawaban Dar Freya membuat Christy menghembuskan napas berat.
"Kenapa emang?"
"Gak papa Fre."
Freya merangkul gadis itu. "Kenapa sih Hm? Kayak ada masalah gitu, kamu gak papakan?"
"Gak papa Fre, a-aku cuman lagi mikirin sesuatu aja."
Freya menatap Christy sebentar lalu kembali menatap lurus kedepan. "Sesuatu apa?"
"Apa kamu bakal percaya kalau aku ceritain semuanya?" Freya mengangguk, Christy memberhentikan langkahnya membuat Freya juga berhenti, apa ini saatnya untuk Christy menjelaskan semuanya pada Freya? Iya Christy harus menjelaskan semuanya.
°°°°°°°°
"Apa lagi sih Fio?" Flora hari ini dibuat kesal oleh Fiony, bagaimana tidak Fiony terus menyuruh gadis itu ini dan itu, Flora juga terpaksa bolos karena dipaksa oleh Fiony.
"Suapin gue." Titah Fiony.
Flora dengan perasaan kesal mengambil alih piring yang berada ditangan Fiony.
"Gue sebenarnya pacar lo atau babu lo sih?" Fiony menerima suapan dari Flora, mengunyah dan menelan makanan itu, kemudian menatap Flora.
"Pacar sekaligus babu gue." Jawab Fiony.
"Gue tampol ya mulut lo."
"Emang berani? Tampol dengan bibir lo baru gue mau."
Setelah mengatakan hal itu Fiony di hadiahkan tamparan dari Flora. "Mesum anjir."
"Terserah gue lah, mau gue unboxing sekarang?" Piring yang berada ditangan Flora terjatuh saat Fiony menarik dasinya membuat wajah keduanya semakin dekat.
"I-ini terlalu dekat Fio." Flora mendorong bahu Fiony, tapi nihil Fiony sama sekali tidak bergerak.
"Dekat, kalau ini apa masih dekat?" Jantung Flora berdetak dua kali lebih cepat, napas nya seakan berhenti dengan sendirinya.
"Napas dong cantik, emang lo mau mati nggak napas?" Flora mengerjabkan matanya beberapa kali, Fiony tertawa lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Flora.
"Kenapa? Apa jantung lo sedang berdisko disana?" Flora memalingkan wajahnya, dia mengipas mukanya mengunakan kedua tangganya.
"Panas banget disini, apa gak ada kipas?"
"Disini padahal dingin loh, itu ada Ac-nya."
Ruangan yang sekarang ditempati oleh keduanya adalah ruang musik, ruangan itu memang jarang ada orang yang masuk kesana, dikarenakan hanya ada 3-6 siswa saja yang menyukai musik.
"H-ha? Tapi gue gerah." ucap Flora.
"Gerah? Mau gue bantu?" Flora menatap Fiony.
"Bantu apa? Kipasin?"
"Gue bantu lebih gerah lagi."
Sedangkan disisi lain, Christy baru saja keluar dari toilet, baru ingin jalan dirinya ditarik oleh seseorang.
"Zean?"
"Gue minta nomor nya Marsha sekarang."
"Jangan minta di gue, minta di Freyana aja sana." Zean berdecak.
"Ck....gue butuh banget Chris, plis. Gue khawatir sama Ashel."
Christy memutar bola matanya malas. "Nggak, buang-buang waktu aja." Zean menatap punggung Christy yang mulai menghilang dari pandangannya.
"Huft....sialan."
°°°°°°°°°
"Kenapa sih shan?" Shani menggeleng, dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Gre, Shani kenapa?" tanya Anin.
"Gak tau nin, nih anak dari tadi pagi diem Mulu, biasanya ngereog kayak kucing garong."
"Lo sakit shan?" Gracia menarik tangan Shani dan menempelkan punggung tangannya di dahi gadis itu.
"Agak panas." ucap Gracia.
"Gue gak papa gee." Shani menjauhkan tangan Gracia, dia menenggelamkan wajahnya di kedua lipatan tangannya.
"Gak papa gimana sih shan? Ayo pulang aja, nanti izin sama dosen." Anin dn Gracia memandang satu sama lain tidak ada jawaban dari Shani.
"Shani?"
Shani mendongakkan kepalanya. "Astaga shan, lo mimisan." Gracia mengambil sapu tangan miliknya dan menutup hidung Shani.
"Itu kan, apa gue bilang, udah pulang aja, gak ada penolakan."
"Telpon dedek ya gee?" Gracia mengangguk.
°°°°°°°°
"Mau aku yang anterin pulang?" tanya Freya.
Setelah mendapat kabar bahwa cicinya sakit Christy memutuskan untuk pulang lebih awal dn izin pada guru, saat ini yang paling penting baginya adalah Shani.
"Gak usah Fre, aku sendiri aja, belajar yang rajin ya, nanti aku telpon deh ya." Freya mengangguk, Christy berlalu pergi meninggalkan kelas.
Ting..
"Loh ini kan nomor nya?"
Freya membuka pesan yang dikirim oleh seseorang dari hp nya, dia tersenyum membaca pesan itu.
"Kamu pulang ya? Aku kangen sama kamu."
Freya mematikan layar benda pipihnya, menatap jendela.
"Kalau dia pulang berarti, aku harus putusin Christy? Aduh gimana caranya ya?"
••••••••••
Typo dimana-mana.
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Follow akun aku juga ya.
Aku udah buat cerita baru lagi, hehehe, kalau ini udah ending baru aku publish yang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriend || Frechris
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] Tentang rasa yang harus abadi di bait aksara, tentang asmaraloka yang menjadi melankolia, tentang Harsa yang harus menjadi lara.