Hari-hari berlalu, dan kehidupan Gracia dan Sean dengan Zee semakin penuh warna. Setiap momen diisi dengan tawa, tangisan, dan belajar bagaimana menjadi orang tua. Meski terkadang melelahkan, mereka menemukan kebahagiaan dalam rutinitas baru ini.
Suatu pagi, saat Zee berusia dua minggu, Gracia dan Sean merencanakan untuk mengadakan pertemuan keluarga kecil. “Kita perlu memberi tahu orang tua kita tentang Zee,” ujar Gracia sambil menyiapkan susu untuk putrinya.
“Iya, dan kita harus mempersiapkan mereka untuk mengunjungi kita,” jawab Sean sambil membantu. “Mereka pasti akan senang melihat cucu pertama mereka.”
Setelah Zee menyusu dan tertidur, Gracia dan Sean mulai menyiapkan rumah mereka. Mereka merapikan ruang tamu, menyiapkan beberapa makanan ringan, dan mendekorasi dengan sentuhan bunga segar. Kebahagiaan mereka tak terlukiskan saat menunggu kedatangan orang tua masing-masing.
Ketika jam menunjukkan pukul tiga sore, pintu rumah terbuka dan masuklah orang tua Gracia dan Sean. “Surprise!” seru mereka, disambut dengan pelukan hangat.
“Oh, Gracia, kami sangat senang melihat cucu kami!” ucap ibu Gracia sambil memeluknya erat. Ayahnya juga menepuk bahu Sean dengan bangga. “Kamu sudah menjadi ayah, Sean. Kami bangga padamu.”
Setelah beberapa obrolan hangat, Gracia dan Sean mengajak orang tua mereka ke ruang tamu tempat Zee terbaring. Saat mereka melihat wajah mungil Zee, air mata bahagia mengalir di wajah ibu Gracia. “Dia sangat cantik Namanya Azizi, kan?” tanyanya, mengelus pipi Zee.
“Iya, Zee adalah nama yang kami pilih,” jawab Gracia, merasakan kebanggaan saat mendengarnya.
Orang tua mereka menghabiskan waktu bermain dengan Zee, memotret setiap momen. Gracia dan Sean duduk bersama, melihat orang-orang yang mereka cintai mengelilingi putri mereka. “Aku tidak percaya betapa cepatnya waktu berlalu,” kata Sean. “Seakan baru kemarin kita menunggu kelahirannya.”
“Dan sekarang, dia adalah pusat dunia kita,” balas Gracia, merangkul Sean.
Saat sore menjelang, suasana hangat dan penuh tawa mengisi rumah mereka. Orang tua Gracia dan Sean berbagi cerita masa lalu, mengenang masa-masa ketika mereka masih muda dan baru memiliki anak. Gracia merasa terhubung dengan sejarah keluarganya, dan Sean merasakan cinta yang mendalam untuk putrinya.
“Malam ini, kita harus merayakan kelahiran Zee,” usul ayah Sean. “Bisa jadi tradisi baru keluarga kita”
Mereka semua sepakat, dan saat matahari terbenam, perayaan kecil pun dimulai. Makanan lezat disiapkan, dan semua berkumpul di meja makan, bersulang untuk Zee.
“Untuk Azizi Aurora Valerio, yang membawa kebahagiaan baru dalam hidup kita!” seru ibu Gracia, mengangkat gelasnya. “Semoga dia tumbuh menjadi anak yang sehat, bahagia, dan penuh cinta”
“Amin!” seru yang lain, disertai tawa dan harapan.
Malam itu, saat orang tua mereka pulang, Gracia dan Sean merasa bahagia dan bersyukur. “Aku tidak pernah merasa lebih bahagia dari ini,” kata Gracia saat mereka berdua duduk di sofa setelah semua orang pergi.
“Aku juga. Melihat betapa bahagianya mereka saat bersama Zee membuatku sadar betapa berartinya keluarga,” jawab Sean.
Saat malam tiba dan Zee tertidur lelap, Gracia dan Sean berbagi cerita tentang impian mereka untuk masa depan. “Aku ingin Zee tahu bahwa kita selalu mendukungnya, apa pun yang dia pilih,” kata Gracia.
Sean mengangguk setuju. “Dan aku ingin dia tumbuh dengan cinta dan kepercayaan diri. Kita akan menjadikan rumah ini tempat yang aman baginya.”
Dalam pelukan satu sama lain, mereka tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai. Dengan setiap hari yang berlalu, cinta mereka akan terus tumbuh, dan bersama Zee, mereka akan menciptakan kenangan yang tak terlupakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Uniform (Greshan)
Ficción GeneralDi balik seragam yang rapi dan disiplin militer yang ketat, ada kisah cinta yang berkembang dalam diam. Sean Nathaniel Valerio, seorang prajurit muda yang berani, telah mengabdikan hidupnya untuk melindungi tanah air. Setiap hari, dia berlatih denga...