Bab 4 Cemburu?

20 1 0
                                    

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan saat musim semi tiba di Kerajaan Valtoria, Aveline dan Elara menemukan diri mereka terjebak dalam rutinitas baru. Keduanya berusaha untuk menjaga rahasia hubungan mereka, tetapi rasa cemas tak pernah benar-benar menghilang. Setiap kali Aveline menerima undangan ke pesta atau acara istana, hatinya berdebar-debar. Bagaimana jika seseorang mencurigai kedekatannya dengan Elara? Bagaimana jika semua ini berakhir dengan tragedi?

Malam itu, sebuah gala besar diadakan di Istana Valtoria untuk merayakan kedatangan musim semi. Undangan telah dikirim kepada semua bangsawan di kerajaan, dan suasana di istana terasa penuh semangat dan kegembiraan. Namun, bagi Aveline, gala itu membawa serta perasaan campur aduk. Meskipun ada janji untuk tidak membiarkan apapun menghalangi cinta mereka, ketegangan akan kemungkinan terkuaknya hubungan mereka terus menghantuinya.

Dalam persiapannya untuk acara tersebut, Aveline berdiri di depan cermin besar di kamarnya, memperhatikan gaun malam yang indah berwarna hijau zamrud yang dikenakannya. Gaun itu terbuat dari sutra halus, menghiasi tubuhnya dengan elegan. Ia menyisir rambut panjangnya, menggulungnya dengan indah dan menghiasinya dengan bunga-bunga segar. Saat melihat refleksinya, ia merasa cantik, tetapi senyum yang seharusnya merekah di wajahnya tampak pudar. Kebahagiaan sejatinya tampaknya masih berada di luar jangkauan.

"Ibu, apakah aku terlihat baik?" tanyanya kepada ibunya, Countess Morgana, yang sedang memeriksa hiasan bunga di meja rias.

Countess Morgana menoleh dan tersenyum. "Anakku, kau terlihat luar biasa. Semua orang akan terpesona oleh kecantikanmu malam ini."

"Aku berharap itu cukup," jawab Aveline, nada suaranya meresap dengan keraguan. "Aku hanya berharap bisa menjalani malam ini tanpa masalah."

Countess Morgana mengangguk, tetapi Aveline dapat melihat bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. "Ingatlah, Aveline, penting untuk menampilkan diri kita dengan baik. Keluarga kita memiliki reputasi yang harus dijaga. Bukan hanya untuk kita, tetapi juga untuk masa depan kita."

Aveline merasa tertekan mendengar kata-kata ibunya. Masalah reputasi terus menjadi tema yang menghantuinya, dia sudah sangat muak. Bagaimana ia bisa bahagia jika hidupnya ditentukan oleh ekspektasi orang lain?

Setelah makan malam yang formal, tentunya. Para tamu mulai berkumpul di ballroom yang megah, dipenuhi dengan lampu-lampu berkilauan dan tawa riang serta obrolan para bangsawan. Musik mulai mengalun, menambah suasana malam yang penuh dan riuh. Namun, Aveline merasa terasing. Ketika dia melangkah ke dalam ruangan, tatapan para tamu mengawasinya, dan perasaan cemas semakin menguat.

Meskipun keramaian di sekelilingnya, pikirannya tertuju pada satu orang-Elara. Ia tahu bahwa Elara juga akan berada di acara tersebut, tetapi bagaimana mereka bisa berinteraksi tanpa menarik perhatian yang tidak diinginkan?

Tiba-tiba, matanya bertemu dengan sosok yang dikenalnya. Elara berdiri di sudut ruangan, mengenakan gaun berwarna lavender yang anggun, menampilkan kecantikan dan keanggunan yang tidak kalah dari Aveline. Namun, raut wajah Elara tampak sedikit cemas, dan hati Aveline bergetar ketika ia melihatnya.

Aveline berjalan kearah gadis itu dan ketika sudah sampai disebelahnya, ia mendekatkan bibirnya pelan-pelan kearah telinga Elera dan berbisik pelan,

"Setelah ini, kita akan berbicara," bisik Aveline. Elera sedikit kaget dengan tindakan tiba tiba sang Marchioness dan secara refleks memundurkan kepalanya kesamping.
Namun, tangan Aveline lebih cepat menahan tubuh Elera agar tetap berada didekatnya, tangan mereka bertemu sejenak, menciptakan aliran listrik yang tak terelakkan di antara keduanya.

Aveline mencoba untuk menikmati malam itu, tetapi setiap tawa dan percakapan yang dia lakukan terasa hampa. Hatinya terikat pada perasaan tidak pasti, sekarang dia hanya ingin memiliki waktu bersama Elara-nya. Tapi, berbagai tatapan dan percakapan di sekelilingnya membuatnya merasa seperti seorang aktris.

Marchioness and Her ViolinistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang