Bab 2: Hayabusa

2 1 0
                                    

Hanabi melangkah ke kelasnya dengan malas, seperti tak ada semangat hidup. Ya salahkan saja jam mata kuliah di hari yang sudah sangat nanggung ini. Jam 2 siang. Panas sekali waktunya tidur siang. Tapi malah ada kuliah di jam seperti ini.

"Hana..."

Hanabi merasa ada yang memanggil namanya. Hanabi menoleh, demi mendapati Hayabusa yang tersenyum padanya.

"Aku cari tadi. Nggak makan siang kamu?" Hayabusa meletakkan satu bungkus roti lapis isi krim coklat di meja yang akan ditempati Hanabi.

Oh, makan siang ya? Hanabi sampai lupa. Dua jam malah ngecengin pria asing di gazebo yang entah siapa itu.

"Thanks. Ya, aku tadi buru-buru banget mau nugas." Hanabi duduk sembari beralasan. Diikuti Hayabusa yang kini duduk di sebelah gadis ini.

Alis Hayabusa tertarik ke atas sedikit. "Diet?" tebaknya iseng.

Hanabi malah tertawa kecil. "Enggak lah, Haya. Makan siang doang ini, nggak bakal kurus aku." ia menggeleng sambil masih tertawa gemas.

Seorang gadis cantik dengan rambut yang sengaja dikepang dua masuk ke kelas. Ia adalah Kagura, kekasih Hayabusa yang diperkenalkan pada Hanabi beberapa bulan yang lalu. Hanabi tersenyum padanya. Gadis itu menjaga jarak sedikit dari Hayabusa, tak ingin membuat konfrontasi.

Hanabi dan Hayabusa berteman sejak kecil. Bahkan mungkin mereka sudah bertemu sejak bayi. Kedua orang tua mereka memang bersahabat. Sama seperti Hanabi dan Hayabusa yang juga bersahabat.

Ya meskipun kadang dulu, dulu ya, dada Hanabi sedikit berdebar setiap kali bertemu Hayabusa. Tapi kini ia berusaha menetralkan perasaannya. Perasaan itu mulai hilang. Hanabi bisa melihat Hayabusa dengan pandangan biasa.

***

Sore hari, Hanabi merasakan seluruh tubuhnya terasa sangat sakit bagai ditusuk jarum. Gadis itu memeluk tubuhnya, kepalanya berputar. Ia tengah duduk di gazebo sekarang. Niat hati ingin bersantai sebentar sebelum pulang. Pun sebenarnya gadis ini berharap... bisa bertemu dengan seseorang itu lagi. Tapi rasa sakit itu tiba-tiba menghantamnya bagai ombak menghantam karang.

Nyeri, Hanabi merasa sepertinya hidupnya tidak lama lagi.

Tentu tidak selebay itu ya. Tapi memang ini aneh. Sakit itu datang dengan tiba-tiba. Terasa begitu mencekik seluruh tubuhnya.

"Hana..." Suara yang sangat familiar itu kini memanggilnya.

Hanabi mendongak, mendapati Hayabusa yang kini tengah memandangnya heran. Pemuda itu sendirian. Kagura tak bersamanya. Tapi memang kalau Hanabi tidak salah ingat, gadis cantik itu ada kegiatan lain di lembaga.

"Kenapa? Kamu pucet banget?" Hayabusa berjongkok di hadapannya. Ia memegang tangan Hanabi. Mengusapnya perlahan. Sedangkan tangannya yang lain menempel di kening Hanabi. Memeriksa suhu tubuh gadis itu secara manual. "Nggak panas sih. Tapi kenapa? Ada yang sakit?"

Hanabi menggigit bibir bawahnya. "Haya, sakit. Perutku sakit. Kepalaku pusing." Ia berbicara lemah.

Hayabusa sedikit melebarkan matanya. "Tiba-tiba aja? Bisa jalan nggak? Aku gendong..."

"No!" Hanabi menjawab cepat. Bisa ramai satu kampus kalau ada yang tahu Hayabusa menggendong Hanabi.

"Ok. Tenangin dulu. Minum dulu aja." Hayabusa menyerahkan botol minumnya yang masih tersisa separuh. Menunggu gadis itu meminum airnya dengan sabar. "Alright, what exactly are your symptoms? Oh, kamu datang bulan?"

Well, sedekat itu Hayabusa pada Hanabi. Hanabi bahkan belum berpikir sejauh ini. Belum ingat soal ini. Tapi memang benar, ini seharusnya menjadi tanggalnya. Apa benar Hanabi datang bulan? Jika sakitnya seperti ini, mungkin itu benar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love in Shadows (Hanabi Hanzo Story) 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang