Happy Reading🌷
“This is my world, tempat dimana aku bebas melakukan kata hatiku tanpa memperdulikan orang lain.”
-Agelia Mahasadira
•••⚔️•••
"Dasar cupu! Kalah ya kalah! Nggak usah sok-sokan kabur lo!" teriak Agelia, suaranya melengking tajam, mengejar Oliv yang berusaha menghilang di balik lorong sekolah.
"Mau kemana? Kena lo!" ejek Agelia, bibirnya membentuk seringai mengejek yang menyeramkan. Ia mencengkram kuat kerah baju Oliv, jari-jarinya mencengkeram dengan kuat hingga memutih, mencekik gadis itu tanpa ampun.
"Habisin dia! Jangan tanggung-tanggung!" hasut Raya, tangannya disilangkan di dada, sorot matanya penuh dengan kekejian.
"Sudah tahu kan sekarang? Apa akibatnya membantah seorang Agelia Mahasadira?" timpal Khaiza, ikut menyerbu Oliv, merampas helai demi helai rambut panjang Oliv yang sudah kusut tak karuan.
"Argh, sakit— Salah aku apa? K— Kenapa kalian jahat sama aku?" Oliv terisak, air matanya menetes membasahi pipi pucat nya. Cekikan di leher dan rambut yang dicabut menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan.
Oliv, gadis baru di SMA Cahaya Pelita yang masuk melalui jalur kurang mampu. Sayang, ia tak mengetahui bahwa sekolah ini dihuni oleh tiga harimau liar yang tak segan-segan menyiksanya.
"Really? Masih nanya kesalahan lo? Masih belum sadar diri juga, hmm?" Agelia mencengkram kuat dagu Oliv, meninggalkan bekas merah di kulitnya.
"Makanya, kalau kita ngelakuin sesuatu— Jangan dikit-dikit laporin ke guru kesayangan lo itu. Hidup kita, ya terserah kita dong!" perintah Raya, mencengkeram pergelangan tangan Oliv, lalu mencungkil rokok yang sedari tadi menempel di bibirnya dan menjejalkannya ke mulut Oliv.
"Gue tebak lo nggak pernah nyoba ini kan? Habisin tuh rokok," lanjut Raya, sorot matanya mengeluarkan kekejian yang tak terbendung.
"Yok cabut, guys. Alergi gue sama si cupu satu ini!" seru Agelia, sang ketua geng, mengajak kawan-kawannya pergi. Sebelum meninggalkan gudang SMA Cahaya Pelita, Agelia mendorong Oliv dengan keras.
Tubuh ringkih Oliv terbanting ke lantai yang dingin. Ia tak mampu berdiri, hanya bisa menahan rasa sakit yang menyerang tubuhnya.
"Utututu— lo nggak sendirian amat, itu— masih ada kecoa, cicak sama teman-teman lo yang lain. Have fun, okay?" kata Khaiza sebelum mengunci gudang itu, melempar kunci ke rerumputan liar di sebelah gudang.
Khaiza berbalik badan, berjalan mengusul Raya dan Agelia.
"Good job, girl," Agelia terkekeh dengan puas, bersama kawan-kawannya.
"Sekarang masih jam pelajaran Bu Beti, nih, gimana kalo lanjut ke kantin aja?" ajak Raya yang sebelumnya melirik jam digital yang melingkar dipergelangan tangannya.
Agelia, Rayana, dan Aldhia alias Aliana Geng, terkenal akan rekor negatif baik di sekolah maupun di luar sekolah. Mereka tak takut akan guru. Bagi mereka, orang-orang hanya semut yang bisa mereka injak.
•••⚔️•••
"Mom? Dad? I'm back," sapa Agelia, tangannya menarik gagang pintu rumah minimalis modern yang menjadi tempat ia berpulang. Namun, yang ia dengarkan bukan sambutan hangat orang tua, melainkan suara keras pertengkaran.
Ajeng Mahasari dan Arkana Adhitya Boru Pulungan, pasangan suami istri itu akhir-akhir ini sering beradu mulut, dan Agelia, anak tunggal mereka, tak mengetahui penyebabnya.
Refleks, Agelia menutup kedua telinganya, berjalan menuju kamarnya dan mengunci pintu kamar bernuansa abu-abu itu.
"Berantem aja terus, sampai lupa udah punya anak," gumam Agelia, menjatuhkan dirinya di tempat tidur king size miliknya.
"Nih rumah ngebosenin banget perasaan, hari-hari cuman denger orang debat," lanjut Agelia, merasa kecewa dengan situasi di rumahnya. Ia meraih handphone yang sedari tadi ia letakkan di saku rok abu-abu miliknya.
-----------------------------
The Aliana Gang
Agelia Mahasadira:
“P, jalan nggak?”Rayana Kalisha:
“Gas aja”Aldhia Khaiza Hasanah:
“Ngikut”Agelia Mahasadira:
“Club?”Aldhia Khaiza Hasanah:
“Otw”—----------------------
Agelia meletakkan handphonenya di meja nakas, seolah menyerah pada kebisingan yang menyerbu pendengarannya.
Ia berjalan menuju lemari jati setinggi dua meter, seolah mencari pelarian dalam kesunyian ruangan. Tangannya menjangkau sebuah gaun hitam polos yang tergantung di dalamnya, gaun itu bagaikan janji akan menghantarkannya pada suasana yang berbeda.
Ia kemudian berjalan menuju toilet, siap menukar seragam SMA-nya dengan gaun yang sangat membentuk lekuk tubuhnya itu, mencari perhatian yang tak terasa di rumah.
•••⚔️•••
"Jangan ada yang bubar dulu! Ada sedikit pengumuman yang akan disampaikan oleh WaKa kesiswaan alias Pak Jupri," kata Bu Imah, suaranya yang bergema seolah toa masjid menyerbu lapangan SMA Cahaya Pelita.
"Yang benar aja? Nih kaki udah pegel berdiri satu jam, mana panas lag," bantah Agelia, keluhannya mendapat anggukan persetujuan dari Raya dan Khaiza.
Ya, sedari tadi seluruh siswa/i SMA Cahaya Pelita diharuskan berbaris di lapangan, guna melaksanakan upacara bendera merah putih. Matahari menghujani mereka dengan sinarnya yang membakar, menjadikan upacara ini seolah siksaan yang tak tertahankan.
"Tes... Karena hari semakin panas, langsung saja, ya?" kata Pak Jupri.
"Diberitahukan kepada seluruh siswa/i bapak, bahwasanya lusa sekolah kita akan mengadakan study tour dalam rangka P5 ke salah satu monumen bersejarah di negeri kita. Ini diwajibkan ya nak, yang tidak datang nilai raport P5-nya kosong. Sekian dari bapak, terima gaji," jelas Pak Jupri kepada seluruh orang yang ada di lapangan itu, suaranya datar, seakan tak peduli dengan derita para siswa yang terpapar panas.
"What? Monumen bersejarah? Yang bagus dikit tempat study tour-nya kan bisa. Misalnya ke Jepang? Korea? Italia? Miskin amat nih sekolah!" protes Raya, sedikit ngelunjak. Namun, sarkasmenya terdengar jelas. Bagi Raya, SPP SMA Cahaya Pelita yang mahal tak sebanding dengan fasilitas dan program sekolah.
"Tauk tuh, ngebosenin anying!" kata Agelia yang ikut-ikutan protes. Gadis itu memutar matanya dengan sinis, menunjukkan kekecewaan yang sama.
"Ini bakalan jadi study tour paling nggak seru sih," balas Khaiza, menyilangkan tangannya di hadapan dada, menunjukkan kecewanya yang sama.
•••⚔️•••
TBC [To Be Continue]
Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Jangan lupa meninggalkan jejak dengan cara vote and comments. Thanks!
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Benten Jaman [ON GOING]
FantasySiapa yang tak tahu candi Borobudur? Candi yang terkenal se-Nusantara. Menulis banyak sejarah kuno di dalamnya. Namun, adakah yang juga berpikir, kalau di bawah tanah candi besar yang terkenal luas itu terbenam suatu portal yang abadi. Agelia Mahas...