00.01

6 2 0
                                    

Happy Reading🌷

“This is my world, tempat dimana aku bebas melakukan kata hatiku tanpa memperdulikan orang lain.”

-Agelia Mahasadira

    •••⚔️•••

"Dasar cupu! Kalah ya kalah! Nggak usah sok-sokan kabur lo!" teriak Agelia, suaranya melengking tajam, mengejar Oliv yang  berusaha menghilang di balik lorong sekolah.

"Mau kemana? Kena lo!" ejek Agelia, bibirnya membentuk seringai mengejek yang  menyeramkan. Ia mencengkram kuat kerah baju Oliv, jari-jarinya  mencengkeram dengan kuat hingga memutih,  mencekik gadis itu tanpa ampun.

"Habisin dia! Jangan tanggung-tanggung!" hasut Raya, tangannya disilangkan di dada,  sorot matanya penuh dengan kekejian.

"Sudah tahu kan sekarang? Apa akibatnya membantah seorang Agelia Mahasadira?"  timpal Khaiza, ikut menyerbu Oliv,  merampas  helai demi helai rambut  panjang Oliv yang sudah kusut tak karuan.

"Argh, sakit— Salah aku apa?  K— Kenapa kalian jahat sama aku?"  Oliv terisak, air matanya menetes  membasahi pipi pucat nya. Cekikan di leher dan  rambut yang dicabut  menyebabkan  rasa sakit yang  tak tertahankan.

Oliv,  gadis  baru di SMA Cahaya Pelita yang  masuk  melalui jalur kurang mampu.  Sayang,  ia  tak  mengetahui  bahwa sekolah ini dihuni oleh  tiga  harimau  liar yang  tak segan-segan menyiksanya.

"Really?  Masih  nanya kesalahan lo?  Masih  belum sadar diri juga,  hmm?"  Agelia mencengkram kuat dagu Oliv,  meninggalkan  bekas merah  di kulitnya.

"Makanya,  kalau  kita  ngelakuin  sesuatu—  Jangan  dikit-dikit  laporin  ke  guru  kesayangan  lo  itu.  Hidup  kita,  ya  terserah  kita  dong!"  perintah Raya,  mencengkeram pergelangan tangan  Oliv,  lalu  mencungkil  rokok  yang  sedari tadi  menempel  di  bibirnya  dan  menjejalkannya  ke  mulut  Oliv.

"Gue  tebak  lo  nggak  pernah  nyoba  ini  kan? Habisin tuh rokok,"  lanjut Raya,  sorot matanya  mengeluarkan  kekejian  yang  tak  terbendung.

"Yok  cabut,  guys.  Alergi  gue  sama  si  cupu  satu  ini!"  seru  Agelia,  sang  ketua  geng,  mengajak  kawan-kawannya  pergi.  Sebelum  meninggalkan  gudang  SMA Cahaya Pelita,  Agelia  mendorong  Oliv  dengan  keras.

Tubuh  ringkih  Oliv  terbanting  ke  lantai  yang  dingin.  Ia  tak  mampu  berdiri,  hanya  bisa  menahan  rasa  sakit  yang  menyerang  tubuhnya.

"Utututu—  lo  nggak  sendirian  amat,  itu— masih  ada  kecoa,  cicak  sama  teman-teman  lo  yang  lain. Have funokay?"  kata  Khaiza  sebelum  mengunci  gudang  itu,  melempar  kunci  ke  rerumputan  liar  di  sebelah  gudang.

Khaiza  berbalik  badan,  berjalan  mengusul  Raya  dan  Agelia.

"Good  job,  girl,"  Agelia  terkekeh  dengan  puas,  bersama  kawan-kawannya.

"Sekarang  masih  jam  pelajaran  Bu  Beti,  nih,  gimana  kalo  lanjut  ke  kantin  aja?"  ajak  Raya yang sebelumnya melirik jam digital yang melingkar dipergelangan tangannya.

Agelia,  Rayana,  dan  Aldhia  alias Aliana Geng,  terkenal  akan  rekor  negatif  baik  di  sekolah maupun di luar sekolah. Mereka tak takut akan guru. Bagi mereka, orang-orang hanya semut yang bisa mereka injak.

•••⚔️•••

"Mom? Dad? I'm back," sapa Agelia,  tangannya  menarik  gagang  pintu  rumah  minimalis  modern  yang  menjadi  tempat  ia  berpulang.  Namun,  yang  ia  dengarkan  bukan  sambutan  hangat  orang  tua,  melainkan  suara  keras  pertengkaran. 

Ajeng  Mahasari  dan  Arkana  Adhitya  Boru  Pulungan,  pasangan  suami  istri  itu  akhir-akhir  ini  sering  beradu  mulut,  dan  Agelia,  anak  tunggal  mereka,  tak  mengetahui  penyebabnya.

Refleks,  Agelia  menutup  kedua  telinganya,  berjalan  menuju  kamarnya  dan  mengunci  pintu  kamar  bernuansa  abu-abu  itu.

"Berantem  aja  terus,  sampai  lupa  udah  punya  anak,"  gumam  Agelia,  menjatuhkan  dirinya  di  tempat  tidur  king  size  miliknya.

"Nih  rumah  ngebosenin  banget  perasaan,  hari-hari  cuman  denger  orang  debat,"  lanjut  Agelia,  merasa  kecewa  dengan  situasi  di  rumahnya.  Ia  meraih  handphone  yang  sedari  tadi  ia  letakkan  di  saku  rok  abu-abu  miliknya.

-----------------------------

The Aliana Gang

Agelia Mahasadira:
“P, jalan nggak?”

Rayana Kalisha:
“Gas aja”

Aldhia Khaiza Hasanah:
“Ngikut”

Agelia Mahasadira:
Club?”

Aldhia Khaiza Hasanah:
Otw

—----------------------

Agelia meletakkan handphonenya di meja nakas,  seolah  menyerah  pada  kebisingan  yang  menyerbu  pendengarannya. 

Ia  berjalan  menuju  lemari  jati  setinggi  dua  meter,  seolah  mencari  pelarian  dalam  kesunyian  ruangan.  Tangannya  menjangkau  sebuah  gaun  hitam  polos  yang  tergantung  di  dalamnya,  gaun  itu  bagaikan  janji  akan  menghantarkannya  pada  suasana  yang  berbeda.

Ia  kemudian  berjalan  menuju  toilet,  siap  menukar  seragam  SMA-nya  dengan  gaun  yang  sangat  membentuk  lekuk  tubuhnya  itu,  mencari  perhatian  yang  tak  terasa  di  rumah.

•••⚔️•••

"Jangan ada yang bubar dulu!  Ada sedikit pengumuman yang akan disampaikan oleh WaKa kesiswaan alias Pak Jupri,"  kata Bu Imah,  suaranya  yang  bergema  seolah  toa  masjid  menyerbu  lapangan  SMA  Cahaya  Pelita.

"Yang  benar  aja?  Nih  kaki  udah  pegel  berdiri  satu  jam,  mana  panas  lag,"  bantah  Agelia,  keluhannya  mendapat  anggukan  persetujuan  dari  Raya  dan  Khaiza.

Ya,  sedari  tadi  seluruh  siswa/i  SMA  Cahaya  Pelita  diharuskan  berbaris  di  lapangan,  guna  melaksanakan  upacara  bendera  merah  putih.  Matahari  menghujani  mereka  dengan  sinarnya  yang  membakar,  menjadikan  upacara  ini  seolah  siksaan  yang  tak  tertahankan.

"Tes... Karena hari semakin panas, langsung saja, ya?" kata Pak Jupri.

"Diberitahukan kepada seluruh siswa/i bapak, bahwasanya lusa sekolah kita akan mengadakan study tour dalam rangka P5 ke salah satu monumen bersejarah di negeri kita. Ini diwajibkan ya nak, yang tidak datang nilai raport P5-nya kosong. Sekian dari bapak, terima gaji," jelas Pak Jupri kepada seluruh orang yang ada di lapangan itu, suaranya datar, seakan tak peduli dengan derita para siswa yang terpapar panas.

"What? Monumen bersejarah? Yang bagus dikit tempat study tour-nya kan bisa. Misalnya ke Jepang? Korea? Italia? Miskin amat nih sekolah!" protes Raya, sedikit ngelunjak.  Namun,  sarkasmenya  terdengar  jelas.  Bagi  Raya,  SPP  SMA  Cahaya  Pelita  yang  mahal  tak  sebanding  dengan  fasilitas  dan  program  sekolah.

"Tauk  tuh,  ngebosenin  anying!"  kata  Agelia  yang  ikut-ikutan  protes.  Gadis  itu  memutar  matanya  dengan  sinis,  menunjukkan  kekecewaan  yang  sama.

"Ini  bakalan  jadi  study  tour  paling  nggak  seru  sih,"  balas  Khaiza,  menyilangkan  tangannya  di  hadapan  dada,  menunjukkan  kecewanya  yang  sama.

•••⚔️•••

TBC [To Be Continue]
Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Jangan lupa meninggalkan jejak dengan cara vote and comments. Thanks!

Takdir Benten Jaman [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang