BAB SATU

3 1 0
                                    

(⁠;⁠ŏ⁠﹏⁠ŏ⁠)

Ekhmmm? Gimana kabar dompetnya?
Masih utuh gak? Kalo berkurang aku punya ajakan bagus nih, nanti maljum kita ngepet mau?

⊙⁠﹏⁠

Kokkokk kokokkkk

Suara ayam berkokok menjadi alarm alami bagi seorang gadis yang sekarang masih bergelut dengan selimut berwarna coklat dengan motif seperti kotoran kucing yang berada dibagian sisinya.

Terbangun Karna mendengar suara yang cukup terdengar samar namun cukup menggangu waktu tidurnya di pagi yg buta ini, tepatnya suara itu berasal dari sebrang jendela kamarnya, setelahnya ia mulai mengumpulkan tenaga dan nyawanya untuk bangun dan berjalan perlahan menuju jendela lalu menyibak gorden ungu miliknya.

"WOI BERISIK ANJIR KALO MAU KAROKE JANGAN PAGI PAGI BEGINI!"teriak dirinya dengan lantang ketik ia sudah menginjakkan kakinya ditepi balkon kamar miliknya.

"HEH JUMINTEM SIAPA JUGA YANG LAGI KAROKE, LO BEGO BUDEK APA GIMANA HAH!?"teriakan balasan yang amat memekakkan telinga itu ia dapatkan darii kamar sebrang yang tampak pintu balkonnya kini sudah dibuka.

"YA ABISNYA DARI TADI GUE DENGER AH AH AH MULU DARI KAMAR LO! GANGGU TAU GAK!"balasnya tak kalah keras

Sedangkan disebarang sana seorang perempuan tengah memutar malas kedua bola matanya. "Ternyata bego beneran ni anak"

(⁠⊙⁠_⁠◎⁠)

Pagi ini matahari sudah terlihat sangat tampak di atas sana, membuat cuaca kota jakarta semakin panas meski saat ini baru menunjukkan pukul 07.30.

Di hari Senin yang tampak cerah ini tak membuat sebagian orang orang yang bersekolah memberikan senyum indah mereka pada dunia, mengapa? Karna hari ini adalah hari Senin, jika sudah datang hari Senin pastinya melakukan?

Yaps benar! Upacara! Sebenarnya para siswa SMANA itu bukan tidak menyukai upacara, hanya saja! Mereka itu malas berdiri berlama-lama dibawah terik sinar matahari yang begitu menyengat, apalagi dengan kuping mereka yang kebas setiap kali mereka mendengar petuah dari sang kepala sekolah terhormat mereka.

SMANA  atau kepanjangannya adalah  'SMA BUANA'  adalah salah satu sekolah SMA ternama di kota itu, ramai para orang tua yang menginginkan anaknya masuk dan terdaftar sebagai salah satu siswa maupun siswi di sana. Tak ayal Karna saking banyaknya manusia yang menginginkan bus masuk kesekolah itu membuat beberapa pelajar menjadi ambis terhadap nilai mereka, dalam otak mereka, mereka selalu menetapkan 'nilai Lo harus sempurna kalo mau masuk SMANA!'.

Di pagi itu tepatnya disuatu bangunan besar bertingkat tiga dengan empat gedung lainnya yang tampak berjejer tampak ratusan siswa tengah berlarian di koridor bangunan itu yang tak lain tak bukan adalah bangunan dari SMANA menuju kearah lapangan utama, beberapa diantara mereka saling berebut satu sama lain memperebutkan posisi barisan paling belakang.

Yah mungkin yang berbaris didepan sana hanyalah anak anak murid yang cukup rajin saja, selebihnya bagi para kaum pemalas ya mereka lebih memilih untuk berbaris dibelakang saja.

Kalo kata Fasya.

"Udah gapapa baris dibelakang lagian kuping gue gak budek kok, apalagi kalo baris di belakang enak bisa sambil umpetin es tea jus dikantong, hahahha kasian kalian yang didepan, udah panas, pala pusing, kuping kebas Karna denger ceramahan kepala sekolah yang gak pernah bener, bikin kulit nambah gelap aja".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUKA.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang