Pudar

251 18 1
                                        

Kehadiran sang sahabat kecilnya menjadi sebuah penghalang untuk hubungannya dengan Haidar, tetapi Jovaniel pun tak tahu dengan tindakan apa yang harus ia lakukan untuk keluar dari labirin masalah yang ia hadapi sekarang.

Bahkan meminta bantuan saja rasanya mustahil sebab ia tak ingin melibatkan orang yang tak berhubungan dengan masalah yang ia rasakan, berulang kali Jovaniel mengeluh tak bersuara di ruangan pribadinya atas kisah cintanya.

Janji yang keluar dari mulut Haidar terasa hanya sebuah kata-kata manis untuk menenangkan perasaan Jovaniel yang begitu sakit. Sudah beberapa minggu telah berlalu, Haidar kembali melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.

Tanpa kabar bagi Jovaniel sangat berat, ia tak tahan dengan sikap Haidar yang mengabaikan kekhawatiran yang Jovaniel alami. Jika saja Jovaniel bisa melontarkan emosinya langsung kepada Haidar, ia akan melakukannya sekarang juga. Namun, Jovaniel justru lebih takut dengan apa yang akan terjadi, ia tak siap.

Di hari liburnya ini, Jovaniel mengambil keputusan untuk berdiam diri di rumah dibanding menghabiskan waktunya dengan sahabatnya. Nama Haidar tak henti terlintas di kepalanya, membuat ketenangan Jovaniel terganggu.

Mengurung dirinya di kamar bukan hal biasa yang Jovaniel lakukan, ia merasa begitu bosan dengan keadaan seperti itu. Sudah berapa kali ia menaruh ponselnya dan mengambilnya hingga meletakkan kembali hanya untuk memeriksa kabar dari sang Kekasih, namun sialnya ia tak kunjung mendapatkan sedikitpun kabar dari Haidar.

Rasa lelah yang menghantuinya membuat Jovaniel berpikir untuk melupakan segalanya, ia pergi keluar kamar dan meninggalkan ponselnya. Suara lolongan panjang berhasil menarik perhatian Jovaniel, tanpa berpikir panjang Jovaniel langsung menghampirinya dengan senyum yang begitu lebar.

"Hey buddy, what's going on?" usapan lembut yang Jovaniel berikan membuat sang Anjing kembali tenang, sontak Jovaniel berpikir jika ia menghabiskan waktunya bersama Anjing miliknya mungkin akan menjadi ide yang cukup bagus.

Meskipun isi kepalanya tak kunjung lelah untuk memikirkan Haidar, tetapi setidaknya dengan dirinya yang fokus untuk melakukan aktivitasnya, itu akan mengurangi pikiran negatifnya.

5 menit telah berlalu, Jovaniel kini terbawa arus kesenangan sebab menghabiskan waktunya bersama peliharaannya sendiri. Namun, ia sedikit terkejut ketika mendengar suara bel berbunyi, Jovaniel langsung melangkah mendekati pintu tak ingin membuat orang itu menunggu.

Perasaan senang dicampur bingung kini Jovaniel rasakan, ia tersenyum tipis ketika melihat wajah sang sahabat kecilnya. Merasa tak enak hati, Jovaniel mengajak Christopher untuk masuk dan melakukan perbincangan ringan dengannya.

"Thanks dude." ujar Christopher

Beberapa barang serta makanan ditaruhnya begitu saja tanpa perlu menunggu Jovaniel bertanya, Christopher tersenyum tipis ketika melihat ekspresi wajah Jovaniel yang sulit dimengerti.

Christopher menarik lembut tangan Jovaniel guna mengajaknya untuk duduk di Sofa, ia menepuk Sofa beberapa kali sebagai isyarat untuk Jovaniel duduk di sampingnya saat Jovaniel hanya berdiam diri.

Disaat itu juga, Jovaniel langsung menuruti apa yang Christopher inginkan. Ia mendudukkan dirinya tepat di samping tubuh kekar milik Christopher, namun matanya tak ingin sedikitpun memandangi wajah sang sahabat yang sudah menunggunya.

Melihat sikap Jovaniel yang sedikit aneh, rasanya seperti menjadikan Christopher agak penasaran dengan suasana hati Jovaniel sekarang. Namun, Christopher berpikir 2 kali bahwa tak seharusnya ia terlalu banyak bertanya di keadaan seperti ini.

"Maaf." sontak kedua mata Jovaniel membulat dan mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Ia begitu terkejut ketika mendengar Christopher mengeluarkan sebuah kata yang tak terduga.

You're Mine, Jovaniel | HEEJAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang