BAB 1.

65 8 10
                                    

Selamat bertemu...😙

Bagi yang belum follow akun ini, jangan lupa follow yaa😉

Cerita ini adalah sequel dari kisah berjudul Sstt!! GAGAL MOVE ON, yang publish di Fizzo, ya, jadi kalau belum baca silakan baca di sana tentang Sean dan Flora dan pasti kalian akan tau secuil tentang Langit😉

Jadi, aku berharap kalian menikmati bab satu ini dan jangan lupa VOTE dulu terus KOMEN.
.
.
Cussss
.
.

Happy Reading

~belajarlah dari rasa sakit, lalu renungkan apa penyebabnya~ __________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~belajarlah dari rasa sakit, lalu renungkan apa penyebabnya~
__________


Semesta selalu punya cara untuk menyenangkan seseorang dengan menanam begitu banyak keindahan yang mudah dipandang, seperti——langit, awan, bintang, bulan, matahari, gunung, laut bahkan senja.

Tinggal pilih, kamu suka yang mana? Lalu tataplah dan rasakan bagaimana pesonanya.

"Hey, Lang. Mau ke mana hari ini?" Seorang pria berambut kribo bernama Robby—itu menepuk bahu sahabatnya.

"Mau berburu."

"Lagi?" Robby mendesah kecewa. "Lo mau seumur hidup berburu senja setiap sore?"

Kedua sudut bibir itu tertarik, rambut panjang hingga batas leher itu menjadi daya tariknya. Pria itu sedang membereskan beberapa kamera yang telah ia gunakan untuk pemotretan tadi.

"Yaelah, Lang. Sekali-kali main ke kelab Saturday kek, cari cewek gitu di sana." Kali ini Ahsan—penata lampu sekaligus menjabat sebagai sahabatnya juga.

"Bener. Apa gunanya menatap senja setiap sore? Mending lihat bokong-bokong seksi di kelab malam, kan?" Budi ikut menimbrung. "Tapi ya nggak harus ke kelab Saturday juga, kali. Tuh, tempat banyak setannya, gue aja nggak pernah ke sana," katanya, sembari mengusap janggutnya yang tebal.

Ahsan dan Robby mendengkus jengah. Padahal, mereka paling tahu bahwa Budi sering ke tempat itu.

Pria yang sedang diapit oleh ketiga sahabatnya itu menghentikan tangannya yang sedang mengusap lensa kamera. "Itu menenangkan bagi gue, salah ya?"

"Nggak salah sih, Lang. Tapi, ya sesekali gitu loh pergi ke tempat yang ramai, menghibur diri gitu jangan ke tempat sepi mulu."

"Sepi tempat menghibur diri bagi gue."

Alasan yang cukup mematikan. Sebab bagi ketiga sahabatnya Langit Pradiastya adalah salah satu spesies manusia yang suka merenung, menyendiri dan dingin.

Mereka sedang berada di studio, lantas orang-orang yang tengah wira-wiri menjadikan ruangan itu sangat berisik. Sedang Robby menghela napas lelah. "Kapan sih, lo asyiknya, Lang." Kemudian ia mendongak menatap plafon studio. " Tuhan Yesus, berikanlah Langit cewek biar hidupnya gak sengsara terus."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang