°°°Rey adalah seorang seniman muda yang tengah berjuang di kota besar. Meski hidupnya sederhana, Rey memiliki bakat yang luar biasa dalam melukis, terutama dalam menggambarkan keindahan manusia.
Namun, karena sikapnya yang tertutup, Rey jarang memiliki model tetap. Ia lebih sering berinteraksi dengan orang-orang sekadar untuk mengambil inspirasi, lalu mengerjakannya sendirian hingga larut malam di studio kecilnya.
Ia hanya memiliki satu mimpi: suatu hari karyanya akan dikenang, meskipun harus melalui pengorbanan dan kesendirian.
Suatu hari, dalam acara pameran seni, Rey melihat seseorang yang berbeda dari pengunjung lainnya. Pria itu berdiri di depan lukisannya dengan tatapan kosong namun dalam, seolah sedang melihat tembus melalui kanvas, mencari sesuatu yang tak bisa ditemukan.
Dengan rambut hitam yang sedikit berantakan dan tubuh tinggi kurus yang memancarkan aura misterius, pria itu tampak seperti sosok dari dimensi lain.
Setelah acara berakhir, Rey menemukan pria itu duduk di luar galeri, menatap langit dengan pandangan yang sama kosong. Entah dorongan apa yang membuat Rey menghampirinya.
"Kau tertarik dengan seni?" tanyanya pelan.
Pria itu menoleh dengan lambat, lalu mengangguk tanpa kata. Namanya Arga, begitu ia memperkenalkan diri. Ia adalah seorang pendiam, bahkan terlalu pendiam sampai-sampai Rey merasa harus menggali setiap kata dari dirinya.
Tetapi ada sesuatu tentang Arga yang menarik, seolah dia menyimpan rahasia besar di balik mata tajam dan tatapan kelamnya. Rey akhirnya mengumpulkan keberanian untuk memintanya menjadi model tetapnya. Tak disangka, Arga menyetujui.
Sejak saat itu, Arga sering datang ke studio Rey untuk menjadi model. Awalnya, Rey hanya mencoba melukis potret wajah Arga, namun semakin hari, ia semakin larut dalam keinginan untuk memahami dan mengekspresikan sosok yang begitu sulit ditembus ini.
Rey tak hanya melukis Arga secara harfiah, tetapi juga menangkap sisi misterius dari ekspresi dan tatapan kosongnya, berharap bisa menemukan arti di baliknya.
Di setiap sapuan kuas, ia merasa semakin terhubung dengan sosok Arga, seolah melukis bukan lagi sekadar menciptakan gambar, tetapi membuka jendela ke dalam jiwa orang lain.
Namun, obsesi Rey mulai menguasainya.
Setiap kali Arga beranjak pergi setelah sesi melukis, Rey merasa cemas, takut bahwa Arga mungkin tidak akan kembali lagi.
Perasaan ini semakin mengganggu ketika ia melihat Arga di luar studio, berbicara dengan orang lain atau sekadar berjalan sendirian. Ia mulai merasa bahwa Arga seharusnya hanya miliknya, sebagai subjek abadi dalam lukisan yang tak pernah selesai.
Suatu malam, Rey mengungkapkan isi hatinya. Ia mengaku bahwa Arga adalah sosok yang selalu ia cari, seseorang yang membuatnya merasa utuh sebagai seniman.
Namun, tanggapan Arga dingin dan tanpa emosi. “Aku hanya sosok yang kamu lihat dari permukaan, Rey. Kau tidak benar-benar mengenalku,” jawabnya sebelum pergi.
Sejak saat itu, Arga berhenti datang ke studio.
Kehilangan Arga membuat Rey hancur. Obsesi itu berubah menjadi kegilaan. Rey menghabiskan malam-malamnya memandangi potret Arga yang tak selesai, merasa seolah pria itu tengah menatapnya balik dari kanvas.
Di dalam setiap goresan kuasnya, Rey merasakan kehadiran Arga yang begitu nyata, tetapi tak dapat diraih. Ia mulai melukis tanpa henti, mencoba menangkap setiap detail yang ia ingat dari Arga, mencoba menemukan bagian dari dirinya yang hilang.
Dalam keputusasaan, Rey mendatangi semua tempat yang pernah ia dan Arga kunjungi bersama, berharap melihat sosoknya lagi.
Tapi Arga seolah lenyap dari dunia ini. Hingga suatu malam, Rey mendapatkan telepon dari seorang teman yang mengatakan bahwa Arga sebenarnya hanyalah seseorang yang Rey temui secara kebetulan.
Tidak ada orang yang tahu siapa dia, dari mana dia berasal, atau di mana dia tinggal. Bagi mereka, Arga hanyalah bagian dari kanvas hidup Rey, satu sosok yang muncul untuk menginspirasi dan menghilang begitu saja.
Rey kembali ke studionya, di mana lukisan-lukisan Arga masih menatapnya dengan tatapan kosong dan penuh misteri. Dengan segenap sisa kekuatan emosinya, Rey mengambil kuas untuk terakhir kalinya, menciptakan bayangan Arga dengan detail yang lebih tajam dari sebelumnya.
Setiap garis wajah dan setiap tatapan itu seolah menatap balik kepadanya, menantangnya untuk menemukan makna di baliknya.
Saat fajar menyingsing, Rey berdiri di depan lukisan yang baru saja selesai, kelelahan namun puas.
Dalam lukisan terakhir ini, ia berhasil menangkap sesuatu yang berbeda—tatapan yang menyiratkan keabadian, seolah Arga masih hidup di dalam kanvas itu, menemaninya meski dalam dunia yang terpisah.
Rey tahu, lukisan itu adalah perwujudan dari obsesinya yang paling dalam, dan juga pengorbanannya. Di situlah Arga akan hidup selamanya, di dunia yang Rey ciptakan sendiri dari kepingan obsesinya.
Dan bagi Rey, itulah cinta terakhirnya yang tak pernah tersampaikan, sebuah karya abadi yang menuntaskan segala rasa dalam diam, seperti Arga yang tak akan pernah kembali.
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
The Obsession Within
FanfictionKumpulan cerpen boyslove... Mulai: 01-November-2024