Sore hari diruang kerja.
Di jam istirahat kerjanya, Juan hanya termenung memikirkan data Hansara yang Ia baca pada malam itu, pikirannya benar-benar teralihkan pada sosok pasien yang baru Ia temui dua hari yang lalu, Juan benar-benar penasaran siapakah Hansara sebenarnya, seperti apa dia sebelum masuk kesini dengan data pribadi yang minim.
masih sibuk dengan pikirannya, suara pintu diketuk dan terdengar suara suster Melody dari luar. Juan segera mempersilahkan suster Melody masuk.
"Selamat siang dokter kavandra, ini form daily report yang harus diisi. maaf saya belum ngasih form yang baru dok." ujar suster Melody sambil menyerahkan satu map berwarna biru.
"Oke, terima kasih suster." jawab Juan seraya menerima map biru tersebut.
"Baik, kalau begitu saya permisi dulu dok."
"ehm, suster Melody sibuk?" suster Melody membalikan badannya lagi ketika Juan memanggil.
"Saya sibuk kalau dokter juga sibuk. ada apa?"
"kalau gitu temani saya ngerjain daily reports disini." pinta Juan.
suster Melody pun mengangguk kemudian menarik kursi yang ada di depan meja kerja Juan dan duduk disana.
"Suster, bisa ceritain ke saya semuanya tentang Hansara?" tanya Juan langsung.
"Hansara ya?" suster Melody tampak menarik nafasnya sejenak.
"Hansara... bilang dia gak bolehin saya cerita ke siapapun.."
Juan yang tadi fokus menulis seketika mengangkat wajahnya. hatinya terasa sangat kecewa.
"Saya bisa aja ceritain semuanya ke dokter, tapi saya sudah janji untuk menjaga semua rahasianya sesuai permintaan dia."
"Hansara cerita atau suster yang nanyain?"
"Hansara yang cerita tanpa saya minta. dia selalu cerita kalau saya lagi bantuin dia mandi, atau potongin kuku."
Juan hanya mengangguk paham. suster Melody pasti banyak tau tentang Hansara namun tetap memilih menutup mulut.
"jadi, itu alasannya juga kenapa semua record dan data Hansara kosong?"
"betul dok. dia pernah ngamuk waktu dokter Farhan hendak mengisi semua datanya. sampai Hansara di bius total."
"kenapa Hansara bisa dapet izin treatment kayak gitu?" Juan mulai mengernyitkan dahinya.
"sejujurnya saya tidak tau dok. tiba-tiba saja direktur utama mengizinkannya."
Juan kembali memberi anggukan sebagai respon. dirinya sudah menduga memang ada sesuatu yang janggal tentang Hansara. kesannya seperti Hansara dikirim paksa ke rumah sakit jiwa ini. padahal dia bisa saja hanya perlu rutin pergi ke psikiater.
"Kalau boleh tau kenapa ya dok tiba-tiba penasaran sama Hansara?" tanya suster Melody membuyarkan lamunan Juan.
"Oh, dia tuh unik dan menarik. makanya saya sangat penasaran dengan dia." jawab Juan sambil kembali mengerjakan daily reportnya.
"Bukan karena dokter jatuh cinta kan?"
Juan mengangkat wajahnya dengan cepat dan melihat suster Melody menatapnya dengan raut curiga dan juga tersenyum jahil.
"Ha-ha, emang saya keliatan jatuh cinta sama dia?" Juan tertawa garing.
"jujur keliatan sih dok. diliat-liat kalian juga serasi, sama-sama good looking soalnya."
pernyataan jujur dari suster Melody mengundang gelak tawa dari Juan. mungkin ini memang bukan kali pertamanya dia dipuji karena parasnya, tapi dibilang serasi oleh salah satu pasien merupakan hal baru yang Juan dapatkan setelah hampir setengah hidupnya bergelut dalam dunia kedokteran.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝑼𝑹𝑨𝑻 𝑯𝑨𝑻𝑰
Teen Fiction[Sequel dari Dear Layla] "𝙼𝚞𝚗𝚐𝚔𝚒𝚗 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚍𝚒𝚋𝚒𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚖𝚞, 𝚖𝚊𝚔𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚢𝚞𝚔𝚞𝚛 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚑𝚊𝚍𝚒𝚛 𝚔𝚎𝚖𝚋𝚊𝚕𝚒 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚊𝚔𝚞." 𝐈𝐧𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐬�...