Bab 1: Aku Bukan Ayahmu

2 1 0
                                    

Ren-Xu tidak pernah menduga akan mendapatkan masalah seperti ini! 

Ai Ren-Xu, pria muda yang belum menikah, bahkan tidak memiliki kekasih, tiba-tiba menghadapi seorang anak kecil yang menangis sambil memanggilnya ayah! 

Ren-Xu nyaris ingin menangis juga melihat anak yang entah milik siapa merengek dan memeluk kakinya seolah-olah dia ayah jahat! 

"Nak, aku bukan ayahmu. Ayo, berhenti menangis. Di mana ibu dan ayahmu? Jangan seperti ini kepadaku, ya." Ren-Xu berkata pelan dan damai dengan harapan bisa menenangkan bocah berusia 4 tahun yang terisak-isak. 

"Ayah! Ayah, Tao-Yi sangat rindu. Ayah ke mana saja? Mengapa pergi sangat lama? Ayah ...." Anak itu nangis makin keras, memeluk paha orang yang dia yakini sebagai ayahnya, dan mengharapkan sebuah pelukan. 

Ren-Xu seperti orang yang tengah menahan sakit gigi atau bisul di betisnya; memasang wajah kesakitan dan tersiksa. Dia baru berusia 18 tahun saat ini dan dalam waktu senggang untuk bersenang-senang menghabiskan masa berlibur. Akan tetapi, mengapa dia sekarang harus bertemu anak yang memanggilnya ayah? Siapa orang tua asli anak dari langit ini? Ren-Xu frustrasi dan memandang orang-orang di pasar dengan mengiba; mengharap belas kasihan dan pengertian dari mereka. 

Namun, orang-orang di pasar yang menyaksikan adegan ini menyalahkan si pemuda tampan berpakaian putih dengan tepian biru langit. 

"Mengapa dia tidak menenangkan anaknya? Lihatlah. Mata anak itu hampir bengkak karena menangis. Ayah yang keterlaluan." 

"Ayah yang payah. Dia membiarkan anaknya menangis. Apa masalahnya? Apakah dia harus menunggu istrinya untuk menenangkan anak itu?" 

"Dari wajah dan penampilannya, dia masih sangat muda. Ah, wajar saja jika dia tidak tahu cara mengurus anak. Kasihan sekali." 

Komentar demi komentar datang dari mulut orang-orang di pasar yang menonton Ren-Xu dan Jin Tao-Yi. Mereka kasihan terhadap anak laki-laki imut bermata bunga persik dan ada yang menyalahkan pihak yang dipanggil ayah, tetapi tidak mau mengaku. 

Ren-Xu yang mulai merasakan situasi bertambah buruk makin ingin menangis. Mengapa semua orang membela anak dari langit ini? Siapa yang bisa menolongnya sekarang? 

"Anak, aku bukan ayahmu. Hentikan sandiwaramu, ya. Kau membuatku mendapat masalah. Apa kau ingin aku tidak menikah seumur hidup? Aku mohon ...." Ren-Xu tidak tahan lagi, berjongkok, dan bicara dengan mata berkaca-kaca di depan Jin Tao-Yi. 

Jin Tao-Yi tentu saja tidak mengerti. Yang dia tahu bahwa orang ini adalah ayahnya. Jadi, apa pun yang dikatakan, dia hanya memeluk Ren-Xu dan menangis penuh perasaan. 

Ren-Xu merasakan kegagalan total ketika anak itu memeluk lehernya dan menangis dengan amat sedih. Dia yang niatnya hanya ingin jalan-jalan akhirnya menitihkan air mata. Dia benar-benar mendapat masalah. 

Ketika Ren-Xu telah berpikir akan memiliki anak tidak terduga, pria dalam balutan zirah baja berwarna hitam setengah berlari menghampirinya dan Jin Tao-Yi. Kepanikan tergambar jelas di wajah pria itu, kemudian ditambah dengan keterkejutan yang membuat langkahnya melambat hingga terhenti. 

Jin Tao-Yi melepas pelukan dan tersenyum lebar. Dia menatap wajah orang di depannya dengan bahagia. 

"Ayah jangan pergi dariku lagi. Aku tidak bisa jika tidak ada Ayah. Aku sayang Ayah. Ayah sayang Jin-Tao juga, kan? Peluk Jin Tao. Peluk Jin Tao." Anak tampan dengan garis wajah yang mirip Ren-Xu gembira dan bertingkah manja layaknya seseorang yang telah lama ditinggalkan. Dia memeluk penuh kerinduan dan tidak ingin melepas sama sekali. 

Ren-Xu yang sudah menjatuhkan air mata menunduk dalam kepedihan. Ada apa dengan anak ini? Mengapa anak yang menyebut dirinya Jin-Tao ini bisa salah mengenali ayahnya sendiri? Ren-Xu ingin menjadi gila dibuatnya. 

Pria kekar berzirah tadi terengah-engah dengan mata yang nanar. Setelah pulih dari kekhawatiran serta keterkejutan yang mendera hati pada saat bersamaan, dia menarik Jin Tao-Yi dan membawanya dalam pelukan. Jin Tao-Yi yang tiba-tiba dipisahkan dari Ren-Xu pun seketika histeris dan memukul wajah pria itu. Anak tersebut menangis dan marah. 

"Pangeran, apa yang Anda lakukan?" Pria itu bertanya dengan nada seakan-akan menyalahkan, kemudian melihat Ren-Xu yang berdiri sambil menyeka air di sudut mata. 

"Oh, Dewa Langit dan Lautan, apa salahku hingga jadi seperti ini? Kau ...." Ren-Xu dengan wajah memerah dan gigi gemeluk menunjuk pria yang menggendong Jin Tao-Yi. "Kau ayahnya, bukan? Mengapa membiarkan anakmu berkeliaran di keramaian di seperti ini? Bagaimana jika ada orang menjahatinya? Anakmu juga membuat masalah kepadaku. Benar-benar meresahkan," ungkapnya kepada pria tinggi berambut panjang hitam. 

"Kau ... siapa kau? Tidak mungkin kau ...." Pria itu berkata tidak yakin dengan banyaknya keraguan, keterkejutan, keheranan, dan sedikit kegembiraan di antara alis tebal dan tegas di atas sepasang mata yang tajam. 

"Ai Ren-Xu. Anakmu sudah membuat masalah dengan Pangeran Pulau Peri." Ren-Xu melanjutkan kata-kata pria di depannya dengan emosi. 

"Bohong. Prajurit!" Pria berzirah yang memiliki ekspresi rumit menggeleng. 

Seketika itu juga, beberapa lusin prajurit berzirah abu-abu muncul di belakangnya. Ren-Xu heran, sekaligus tidak senang dengan reaksi orang itu. Belum lagi dengan Jin Tao-Yi yang terus menangis dan memanggilnya ayahnya. 

"Bawa Tuan Wen-Ruo ke istana. Kita benar-benar memiliki kejutan besar." Pria itu memerintah sambil memeluk erat Jin Tao-Yi yang mencoba menggapai Ren-Xu.

Ren-Xu ternganga dalam keheranan seperti ikan bodoh di tengah pasar dan orang-orang yang menontonnya. Belum sempat dia puluh dari segala keheranan, beberapa prajurit mengunci tangannya, lalu menyeret keluar dari kerumunan. Ren-Xu, pemuda yang dihargai, disegani, agung, dan bermartabat dari Pulau Peri, memberontak karena merasa ini makin tidak benar. Dia tidak lolos dari masalah yang datang tiba-tiba. 

"Hei, lepaskan aku! Apa yang kalian lakukan? Jangan macam-macam, ya. Kalian pikir kalian siapa bisa membawaku begini? Hei, kau ... argh, kurang ajar. Lepaskan aku! Sialan!" Ren-Xu yang kehilangan kesabaran meledak marah dan terus memberontak hingga prajurit makin keras menahannya. 

Pria yang membawa tiga lusin prajurit tingkat silver menelan ludah dengan susah payah dan mengambil napas dalam-dalam. Dia mencoba tenang di antar tangis Jin Tao-Yi yang keras. 

"Tidak mungkin. Tuan Wen-Ruo telah tiada. Akan tetapi, orang itu ... orang itu benar-benar Tuan Wen-Ruo. Bagaimana bisa? Apa yang terjadi sekarang?" Dia bicara sendiri di tengah kerumunan yang mulai membubarkan diri dan mulai bergosib tentang ayah muda tadi. 

Pria dengan alis tebal dan tegas menatap anak kecil berpakaian mewah berwarna hitam dengan motif burung phoenix bersulam benang emas. 

"Kau bisa mengenalinya, bukan? Pangeran Jin Tao-Yi kau tidak mungkin salah mengenali ayah sendiri. Jika begitu, orang itu ... orang itu benar-benar Tuan Wen-Ruo?" Dia berkata lagi dengan keheranan besar di wajah dan matanya. 

Orang yang memeluk Jin Tao-Yi dengan erat mencoba menggapai ketenangan lebih dan memulihkan diri dari keterkejutan. Dia cepat bergerak menyusul prajurit yang membawa orang bernama Ren-Xu. Akan tetapi, orang itu benar-benar sama persis dari kaki sampai kepala dengan tuan Negeri Feng Zhu, Wen-Ruo, pasangan dari Ratu Jin Shen-Hua. Namun, semua orang di Negeri Feng Zhu mengetahui bahwa Tuan Wen-Ruo telah tiada. Jadi, apa yang sebenarnya telah berlaku di sini? 

Bersambung. 

Time of Love and EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang