7
Jarum jam di dalam sebuah benda pipih bulat pada dinding tembok menunjukkan pukul Lima sore lebih namun sosok ibu masih juga belum pulang ke rumah tanpa kabar sedikit pun. Di dalam rumah ini aku hanya terdiam seorang diri terlebih lagi karna ayah memang sedang melakukan tugas piket jaganya dan pastinya pulang menjelang pagi. Lebih sering pergi saat pagi, pulang pun pagi. Dari semua kesibukan dan kelelahan yang ada untungnya pekerjaan ayah masih di hargai oleh pemilik pabrik itu sendiri. Uang lembur, jaminan kesehatan dan sebagainya benar-benar di perhatikan oleh pihak pabrik.
Terlepas dari pekerjaan ayah, aku masih duduk diam memainkan HP menunggu kabar serta kepulangan ibu. Semenjak ibu berhasil di genggam oleh pak Susno memanglah seperti ini, ibu sering pilang telat. Detail lebih besar apa kegiatan apa yang dilakukan oleh mereka aku tak tahu tapi pikiran ini selali menangkap hal-hal mesum tentang aktivitas samar tersebut.
Aku akui, aku memang anak serta manusia yang sangat bodoh ketika membiarkan ibuku di seret ke dalam lubang maksiat oleh kepala sekolahku sendiri dan aku hanya bisa diam menonton sambil menikmatinya, tapi.... layaknya sebuah mimpi yang ingin di rasakan namun hal itu hanya sebuah angan-agan dan hal yang kukira tak akan pernah terjadi itu akhirnya terjadi justru membuat diriku melakukan hal tersebut. Aku tak ingin melepas begitu saja mimpi tersebut walau di beberapa waktu rasanya aku ingin mengakhirinya.
Rasa bosan saat menunggu kepulangan ibu nya bertambah dimana saat Dion di butuhkan untuk membantuku melewati waktu yang ada, Dion malah tak bisa datang ke rumah. Anak tersebut berujar bahwa dirinya kembali ke sekolah untuk mengambil barangnya yang tertinggal. Aku tahu seberapa penting barang tersebut sehingga aku membiarkannya.
Walau sebenarnya sudah sangat bosan tapi hal yang bisa aku lakukan hanya memainkan jari-jariku untuk menscrool beranda sosial mediaku. Berharap menemukan postingan yang membuatku sedikit terhibur.
-------
Sementara itu di tempat lain, pak Susno tengah menyodokkan senjatanya dari belakang tepat di selangkangan seorang perempuan di ruangannya sendiri dan perempuan tersebut tak lain dan tak bukan adalah bu Yuli itu sendiri. Sosok ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai guru dan tengah dinanti kepulangannya oleh sang anak, tubuhnya malah tengah bergerak maju mundur dengan kedua payudaranya yang terbuka bebas ikut bergoyang tatkala seorang pria menumbuk selangkangannya.
Tubuhnya yang sintal hanya bisa diam menungging dengan kedua payudaranya yang bergoyang sangat indah, membuat pria yang melihatnya akan merasakan sebuah birahi yang tinggi. Sodokan demi sodokan terus saja di lancarkan oleh pak Susno dengan erangan dan desahan nikmatnya, menikmati jepitan keras vagina bu Yuli terasa sangat memabukkan itu.
"oussshhhhhhh....... Ssssshhhhhh..", sambil terus menghunjamkan senjatanya.
"enak kan bu? Ga rugi ibu mau mengangkang buat saya sodok", bu Yuli menengok dan mengangguk sambil menatap sayu ke arah pak Susno.
Akibat rangsangan dan gesekan secara terus menerus yang terjadi di dalam dinding vaginanya membuat bu Yuli di terbangkan oleh gelombang libidonya yang mana semakin memuncak sehingga dirinya mulai terlena kembali oleh kenikmatan duniawi yang diberikan oleh gempuran senjata kepala sekolahnya tersebut.
Perbedaan warna kulitnya sungguh terlihat begitu kontras. Kulit putihnya harus menungging di depan pria berkulit lumayan hitam dengan perawakan seperti ayahnya sendiri. Keringat yang tercium begitu kurang mengenakkan jatuh tiap tetesnya di kulit putih itu.
"aaakkkhhh.....aaakkkhhh....mau...mau kelluuaarrr....", erang bu Yuli dalam gempuran pak Susno.
Gelombang orgasme kembali akan melanda bu Yuli, namun saat kenikmatan itu akan ia raih, "PLAK!!!" tiba-tiba saja tangan kasar pak Susno dengan lumayan keras menampar pantat semok bu Yuli. Kulit mulusnya yang indah itu seketika terdapat sebuah warna sedikit kemerahan akibat tamparan tersebut.
Rasa kaget yang bu Yuli rasakan nyatanya malah membuat dirinya tak jadi mencapai orgasmenya. Gelombang yang sudah ingin mencapai puncak dengan seketika kembali menjauh untuk dirasakan. Rasa tak nyaman karena tak bisa meraih sebuah klimaks terasa.
"aaakkkhhh!!!!", belum sempat dirinya memprotes, pak Susno kembali menamparnya. PLAK!!! Dan meremasnya bongkahan pantatnya dengan keras pula.
"aaakkkhhh....aaakkkhhh....k-kenapa, ppaakkk?", tanyanya perihal dirinya seperti tak diperbolehkan untuk orgasme.
"Jika bu Yuli mau, bu Yuli harus tunjukin sisi binalmu dulu, nanti baru bapak kasih enak"
"g-gimana caranya?", tanyanya dengan jujur karna tak tahu seperti apa itu definisi dari Binal.
"kenapa harus tanya sama saya bu?! Bu Yuli sendiri yang tahu. Tapi secara gampangnya bu Yuli coba buat jangan naif dan jangan tahan jika ingin mendesah ataupun mengerang. Luapkan semuanya tanpa memikirkan rasa malumu. Bapak lebih suka melihat bu Yuli seperti itu"
"Terserah, mau atau tidak yang jelas bapak tetap akan mendapatkan kenikmatan itu dan ibu? Hanya tersiksa karna ga saya kasih muncrat. Hahahaha..."
PLAK!!!
PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!! Pak Susno kembali menggerakkan pinggulnya, menstimulasi dinding vagina bu Yuli lewat gesekan penisnya yang keluar masuk dengan ritme sedang.
"aaakkkhhh....aaakkkhhh....", sungguh amat tersiksa dalam keadaan kentang seperti itu, terlebih lagi vaginanya sudah sangat sensitif untuk menerima setiap gesekan yang ada. Rasanya sudah sangat menginginkan sebuah penuntasan, "ya, aku mau itu. Aku harus mendapatkannya! "batin bu Yuli.
Dengan menyugesti dirinya sendiri, bu Yuli mulai menekan rasa malu yang masih bisa ia rasakan. Dengan mencoba menghilangkan rasa malu itu, ia mulai berani untuk meluapkan keinginannya serta apa yang tengah ia rasakan. Semua harga dirinya telah tertimpa oleh keinginannya mendapatkan orgasme.
"Iyaaahhh, terus ppaakkk....teruusssshhhhh...."
"apanya bu?", tanya pak Susno memancing sisi binalnya untuk lebih dikeluarkan lagi sambil menyentak-sentakkan kejantanannya.
"terusss.... sodok memek saya terusss....sodok pake kontol bapakk....."
"Bu Yuli mau kontol?", mengangguk dengan cepat.
"ya minta atuh sama suamimu sendiri, jangan sama saya". Sambil menggeleng bu Yuli menjawab, "ga mauuhh.... Saya maunya kontol bapak"
"Lah ibu ini gimana? Saya ini kan bukan suaminya kok minta kontol sama saya? Ibu mau berbuah zina sama kepala sekolah anak ibu sendiri?!"
"saya ga peduli, pak. Saya hanya ingin mendapatkan rasa nikmat!"
"Hahahaha....dasar guru binal! Bini Lonte lu! Punya kontol secara sah tapi malah minta di kontolin sama orang lain"
"terserah! Terserah bapak mau bilang saya apaahhhhh...."
"Baiklah, dengan sangat mengurangi rasa hormat saya ini ke Lonte kaya ibu, saya bakal kasih kontol ini sampe ibu kenyang saya kontolin!"
PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!! Pak Susno menaikkan ritme genjotannya sehingga membuat bu Yuli seperti cacing kepanasan dalam gempuran pria tersebut.
"aaakkkhhh....aaakkkhhh....sakit, ppaakkk. Ssshhhhh....oouugghhhh...teruusss...", gelengan kepalanya cepat merasakan nikmat dan rasa pedih. "sakit apa enak nih? Jangan buat saya bingung dong. Ga sopan banget ibu ini"