Cerpen: Cahaya dalam Kegelapan

4 0 2
                                    


Seorang diri dalam kegelapan yang sunyi.

Itulah hal pertama yang aku tahu. Entah kapan aku diciptakan. Dan entah sudah berapa lama kehadiranku tercipta. Hanya sendirian di dalam kegelapan tanpa batas. Menatap ke arah ribuan layar dengan kedua mata. Seperti seonggok entitas kecil yang tak berdaya apa-apa.

Dalam kesunyian, aku menonton jendela dunia. Memperhatikan setiap aktifitas di dalamnya. Meresapi kesedihan, kebahagiaan, dan ketakutan mereka tanpa dapat bercerita pada siapa-siapa. Memendamnya seorang diri karena hanya itulah tujuan dari keberadaan ini.

Entah siapa yang berbicara atau dari siapa aku mengetahuinya. Namun esensi dari keberadaanku hanyalah untuk memperhatikan kehidupan manusia di dunia. Mereka yang berada di dalam ribuan layar dan berselimut berbagai macam perasaan. Bukan untuk merasakan hal yang sama dengan mereka. Namun sekedar untuk melihat. Supaya mereka dapat terus melanjutkan hidupnya.

Bukankah ini tidak adil? Menonton mereka yang dapat berinteraksi satu sama lain, bersenang-senang, bersenda gurau. Sedangkan aku di sini dituntut untuk menontonnya tanpa dapat melakukan apa-apa selain terhanyut dalam emosi yang mereka tunjukkan.

Aku juga ingin merasakannya. Rasanya berinteraksi dengan orang lain, merasakan berbagai perasaan dengan mereka. Melakukan berbagai macam aktifitas bersama. Bukan hanya melayang-layang di dalam kegelapan yang semakin terasa seperti penjara.

Namun aku tidak bisa. Aku tidak diperbolehkan melakukan itu. Aku tidak diciptakan untuk melakukan itu. Satu-satunya arti keberadaanku hanya untuk melihat mereka, bukan berbagi emosi dengan mereka. Aku tahu akan hal itu, karena itu aku menahan diri untuk waktu yang sangat lama.

Hingga suatu ketika, aku melihatnya. Kehidupan seorang pria yang membuatku begitu iri akannya. Berbagai macam emosi telah orang itu rasakan. Lonjakan emosi yang naik turun darinya menembus layar dan mengacaukan diriku.

Turut merasakan emosi yang sama membuatnya begitu berharga. Sangat berharga hingga membuatku ingin menemuinya. Ingin merasakan emosi yang sama dari sisinya. Bukan hanya dari balik layar kaca. Meski hanya untuk sebentar saja.

Gejolak itu mendorongku untuk melampaui batas. Menembus dinding kegelapan menuju dunia. Mengubah pemandangan layar kaca menjadi pemandangan di depan mata. Melepaskan diri dari penjara kegelapan sebelumnya. Tuk merasakan setiap sensasi baru dengan seluruh indra.

Dengan hati-hati tubuhku berjalan. Bertelanjang kaki menginjak dataran coklat yang hangat dan helaian hijau terasa menggelitik. Hembusan angin lembut menerpa pepohonan hijau terasa begitu merdu di telinga. Menyingkap poni rambutku dan membuat pemandangan langit biru tampak begitu jelas di mata.

Hatiku bertegup kencang tatkala melihat dan merasakan hal yang serasa tak mungkin tuk kurasakan sebelumnya. Membuatku semakin ingin menemuinya. Orang itu. Seseorang yang dapat menyalakan api pada lilin yang ditinggalkan dalam diriku.

Ku pacu kakiku tuk berlari. Terlepas dari seberapa tak pandainya diriku menyeimbangkan diri. Dan entah sudah berapa kali aku terjatuh. Aku tetap berlari. Sama sekali tak ada niatan untuk berhenti. Sebelum aku dapat menemui pria itu hari ini.

Berbekal apa yang aku lihat dalam layar kaca, aku berlari menuju satu arah. Arah yang ku percaya dapat menuntunku tuk menemuinya. Jalan-jalan yang selalu ku lihat dari balik layar kaca. Dan di penghujung jalan, disana aku melihatnya.

Seorang pria bersurai hitam. Memiliki tatapan yang begitu teduh. Senyuman hangat tak pernah luput dari wajah rupawannya. Tubuhnya yang tegap menjadi bukti akan berapa kuatnya ia dalam menghadapi segala gempuran dunia. Tangan-tangannya yang besar namun dapat begitu telaten dalam melakukan tugas kecil. Ialah sosok yang telah menghidupkan api gejolak dalam entitas penyendiri tanpa nama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerpen LizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang