Adel memasuki kamar mandi, membasuh wajahnya dengan air dingin sebelum melepas seragamnya dan melangkah ke bawah pancuran. Rasa segar menyelimuti tubuhnya, menghilangkan sedikit rasa malas yang masih tertinggal. Meski biasanya enggan untuk keluar malam, kali ini dia berusaha lebih rileks mengingat Flora sudah bersemangat meminta ditemani.
Selesai mandi, Adel mengeringkan rambutnya dengan cepat lalu mengenakan kaus hitam polos dan celana pendek, pakaian kasual yang nyaman untuk di rumah. Dia melirik ke jam dinding yang menunjukkan pukul 6 kurang.
"Masih sejam lagi" gumamnya sambil duduk di pinggir ranjang, merasa punya cukup waktu untuk sedikit bersantai.
Namun, tiba-tiba saja perutnya terasa kosong. Meskipun tadi sudah memakan beberapa cookies buatan Lulu, perutnya tetap saja seakan menuntut lebih. Setelah berpikir sejenak, Adel memutuskan untuk mencari camilan lain di dapur. Dia turun ke bawah, menuruni tangga dengan santai, dan menuju dapur yang masih kosong karena Mbak Tuti sedang membereskan ruang tengah.
Di dapur, Adel membuka lemari penyimpanan, mengamati deretan makanan yang tersedia. Ia menemukan sekotak biskuit dan sebungkus keripik yang belum terbuka.
"Hmm, keripik" gumamnya pelan, membuka bungkusnya dengan sekali robek dan mengambil segenggam keripik untuk dikunyah sambil berdiri di depan kulkas.
Sambil mengunyah, matanya melirik ke pintu dapur saat mendengar langkah kaki mendekat. Ternyata Lulu, yang muncul dengan ekspresi penasaran.
"Kamu cari apa, Rev?" tanya Lulu sambil tersenyum, melihat Adel menikmati keripik.
"Oh, nggak, cuma agak lapar aja. Cookies yang tadi enak, tapi... kayaknya belum cukup buat bikin kenyang" jawab Adel sambil tersenyum kaku.
Lulu tertawa kecil.
"Mau aku bikinkan sesuatu? Nggak makanan berat sih, tapi aku bisa buatin sandwich, kalau kamu mau?" tanya Lulu.
Adel menatap Lulu sejenak, agak ragu. Namun melihat Lulu yang tampak antusias, dia mengangguk.
"Boleh juga sih. Tapi yang gampang aja, nggak usah ribet" ujarnya santai.
Lulu langsung bergerak mengambil roti, selada, irisan daging, dan keju dari kulkas, lalu menyiapkan semuanya di atas meja dengan cekatan. Tanpa butuh waktu lama, sandwich sederhana tapi menggugah selera tersaji di depan Adel.
"Nih, semoga suka" kata Lulu sambil menyerahkan piringnya.
Adel mengucapkan terima kasih pelan dan mengambil sandwich tersebut. Saat dia mulai menggigit, Lulu hanya duduk di seberangnya, menatap penuh harap menunggu komentar darinya.
"Enak, Lu" kata Adel akhirnya sambil melanjutkan makan. Lulu tersenyum senang mendengarnya.
Percakapan di antara mereka mengalir ringan, membahas aktivitas mereka sepanjang hari tanpa beban. Adel yang biasanya pendiam, kali ini merasa cukup nyaman untuk terus bicara, menikmati suasana santai sore itu bersama Lulu, tanpa menyadari waktu yang berlalu.
Selesai menghabiskan sandwich-nya, Adel meneguk sisa minumannya dan berdiri dari kursi. Saat itulah pintu depan terbuka, dan Shani muncul, membawa tas tangan dan tampak sedikit kelelahan, tetapi senyum tipis segera muncul di wajahnya begitu melihat Adel dan Lulu di ruang makan.
"Oh, kalian ngobrol bareng, ya? Wah, Bunda senang lihat kalian bisa ngabisin waktu bareng lagi" ujar Shani sambil meletakkan tas di kursi terdekat.
"Maaf ya, Lulu. Tante tadi bilang cuma sebentar di butik, tapi malah ada urusan yang bikin lama" lanjutnya.
Lulu hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Nggak apa-apa, Tante. Aku di rumah juga nggak merasa kesepian kok. Tadi Reva sempat nemenin sebentar" balas Lulu
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted By Her Voice (LuDel)
Fanfiction!Cuman Fiksi! Jangan Dibawa Ke Real Life! Revana Adelia Natio, atau yang biasa dipanggil Adel, adalah seorang gadis tomboy yang menjalani hidupnya dengan santai. Tidak banyak yang bisa membuatnya peduli, ia hanya fokus pada gitarnya dan sesekali ber...