EBHV - Part 3

122 26 5
                                    

Adel turun ke ruang makan dengan seragam sekolahnya yang rapi, rambutnya yang masih sedikit basah setelah mandi cepat terurai acak tapi justru memberi kesan segar. Dengan langkah santai dan ekspresi tenang, dia langsung menarik perhatian Lulu yang sudah duduk di meja makan dengan pakaian tidur santainya.

Melihat penampilan tomboy Adel, Lulu langsung tertegun. Tidak disangka, Adel, yang dulu sering ia lihat sekilas saat mereka masih kecil, kini tumbuh dengan gaya yang Lulu pikir, sangat keren dan, ya, benar-benar tampan. Hatinya berdesir kecil, merasa sedikit kikuk saat Adel duduk di seberangnya.

"Lulu?" panggil Adel dengan santai sambil menarik kursi dan duduk di seberang Lulu. 

"Bukannya lo bakal masuk sekolah bareng gw?" tanya Adel.

Lulu sedikit tersentak, tersenyum malu-malu sambil menunduk. 

"Oh, iya... tapi kata Tante Shani aku baru masuk hari senin. Jadi hari ini sampe senin aku masih bebas" jawabnya pelan, masih berusaha menghilangkan degup jantung yang tiba-tiba meningkat. 

Adel mengangguk mengerti, merasa sedikit lega bahwa dia punya waktu sebelum harus berhadapan dengan Lulu di sekolah.

"Oke, ya udah. Nikmatin aja waktu bebas lo" katanya santai, sambil mulai mengambil roti panggang dari piring di tengah meja.

Lulu hanya tersenyum tipis, namun dalam hatinya dia masih memikirkan kesan "tampan" yang entah kenapa begitu terasa dari sikap santai Adel. Ada kesan karismatik yang Lulu rasakan setiap kali melihat Adel, yang meski sederhana tapi benar-benar meninggalkan kesan dalam.

Tak lama kemudian, ayah Adel, Gracio, masuk ke ruang makan dengan setelan jas dan dasi yang sudah rapi. Dia tersenyum melihat dua gadis itu sudah di meja makan.

"Selamat pagi, semuanya" sapa Gracio santai, menepuk pundak Adel singkat sebelum duduk di sebelah Shani.

"Selamat pagi, Om" jawab Lulu sopan, dengan senyum hangat yang tetap menyimpan sedikit canggungnya.

"Pagi, Yah" balas Adel sambil menyantap rotinya dengan tenang.

Tak lama, Shani datang membawa piring berisi telur orak-arik dan sosis, kemudian ikut duduk di meja. Dia tersenyum puas melihat keluarga kecilnya kini lebih ramai. 

"Yasudah, ayo sarapan, semuanya" ujarnya penuh kasih. 

"Pagi ini terasa beda ya, karena Lulu sekarang bersama kita" ucap Shani.

Gracio mengangguk, menatap Lulu dengan hangat. 

"Iya, Lulu. Sekarang kamu jadi bagian dari keluarga ini, jadi anggap aja rumah ini rumah kamu sendiri. Kalau ada yang kamu butuhkan, bilang aja ke Tante Shani atau Om, ngomong sama Reva juga bisa" jelas Gracio.

Lulu tersenyum malu, merasa sangat diterima. 

"Terima kasih banyak, Om, Tante. Aku udah merasa sangat nyaman di sini" katanya tulus.

Adel yang mendengar itu hanya berdiam diri sambil mengunyah rotinya, namun sekali-kali dia melirik Lulu. Dia menangkap kesan tenang dan lembut yang ada di diri Lulu, sesuatu yang sebenarnya tak begitu sering dia temui dalam pergaulannya sehari-hari.

"Kamu nggak apa-apa, Rev?" tanya Shani menyadari tatapan putrinya yang sesekali mencuri pandang ke Lulu.

Adel tersentak kecil, berusaha bersikap santai. 

"Eh, nggak... nggak apa-apa, Ma" jawabnya cepat. Dia menunduk dan menyesap tehnya, mencoba menenangkan pikiran yang merasa sedikit janggal, meskipun dia tak bisa benar-benar mengerti kenapa.

Gracio tertawa kecil mendengar jawaban cepat Adel, lalu kembali menatap Lulu. 

"Nah, Lulu, ada rencana buat hari ini? Kalau mau jalan-jalan di sekitar, Tante Shani bisa temenin buat kenalan sama daerah sini" tanya Gracio.

Enchanted By Her Voice (LuDel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang