Cinta itu Fitrah

1 0 0
                                    

"Jangan merasa bersalah nduk. Hati tidak bisa di paksa, rasa tidak bisa di matikan saat membara, hanya tameng yang kuat akan mengokohkan jiwa yaitu sebuah 'KEIMANAN'.."

"Owalah.. Anak ibuk sudah besar ternyata." ucap sang ibu tersenyum dan mengelus pelan kepala sang putri. "Sebelum ibuk kenal sama bapak, banyak laki-laki di sekeliling ibuk yang terlihat rupawan, baik dan penuh jeratan. Bahkan di seusiamu sekarang ini ibuk sudah memiliki seorang pacar. Tapi pacaran zaman dulu dan sekarang sangat jauh berbeda nduk. Dulu ibuk waktu di apelin pun ada bapak, ibuk, adek, dan mas yang menemani di teras rumah. Saat mau jalan-jalan pun kita nggak berani sendirian, tapi bareng-bareng sama teman yang lain dan hanya sekedar jalan-jalan bareng biasa seperti makan bakso bareng kemudian pulang." ucap sang ibuk seraya membayangkan masa-masa dahulu kala.

"Saat ibuk dengan bapak pun, pacaran nggak lama nduk, bapak mu langsung punya komitmen untuk melamar ibuk. Dengan alasan jika hanya di pacari saja maka belum pasti merasakan manisnya bersama hingga tua. Intinya, sekarang pun ibuk nggak melarang untuk kamu menyukai lawan jenis atau kamu punya pacar, tapi kamu harus belajar dari perkembangan zaman sekarang nduk. Jujur ibuk khawatir anak semata wayangnya ibuk ini terjerumus sama hal-hal yang tidak baik. Toh kamu di sekolah sekarang sudah ada pelajaran agama dan sering ikut kajian juga. Pasti ada sedikit pencerahan di balik semuanya." ucap sang ibu dengan sedikit memberi pengertian kepada putrinya itu.

"Berarti saya nggak boleh kagum sama seseorang ya buk?" tanyanya kembali memastikan maksud dari perkataan sang ibu.

"Ibuk nggak melarang nduk, soal kagum berujung suka ibuk nggak melarang. Toh itu fitrah, hanya saja ibuk hanya takut dengan pergaulan anak zaman sekarang, mereka dengan mudah terhasut janji manis berujung petaka. Ibuk hanya ingin putri ibuk menjaga kehormatannya. Lagian kamu juga masih sekolah, perjalanan mu masih panjang nduk. Nduk kamu adalah harapan bapak dan ibuk, jadi kami berharap kamu bisa tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan berguna." ucap sang ibu kembali membuat hatinya dan fikiran nya itu tenang serta damai.

"Makasih buk, maaf saya belum bisa kasih apa-apa ke ibuk dan bapak sedangkan selama ini selalu merepotkan." ucapnya dengan lirih seraya memeluk sang bidadari surganya itu.

FakharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang