◦•●◉✿HAPPY READING✿◉●•◦
•
•
•Senyum dan tawa Aretta kini pudar, tubuh nya mendadak kaku mendengar pertanyaan Alvias. Detak jantungnya berdetak begitu kencang, bagaimana Alvias tahu soal itu?.
Ia menatap Alvias, dan terdapat sorot kekecewaan dan luka pada mata Alvias Mendadak dadanya nyeri melihat itu.
"Jawab jujur, gak usah bohong. Iya kan?"
Aretta yang tadi bersandar pada mobil kini langsung berdiri tegak melihat wajah Alvias.
"Alvias, aku-"
Alvias terkekeh lalu tersenyum tulus, walaupun hatinya begitu sakit ia berusaha untuk tetap menyampaikan apa yang seharusnya.
"Dari awal kamu gak pernah liat aku Ta, yang kamu liat hanya sahabat aku. Sejak kita pacaran pun hatimu bukan untuk ku, jadi boleh aku berpikir ini perasaan sepihak?" suara Aretta tercekat mendengar ucapan Alvias.
"A-aku-"
"Gapapa Retta, aku ngerti. Aku juga udah tau jawabannya, kamu selalu melihat Ghalan setiap saat. Bahkan tatapan mu ke Ghalan berbeda dengan tatapan mu untuk ku. Memang benar aku pacar kamu, tapi hati kamu untuk sahabat ku." ucap Alvias dengan cairan yang menggenang di pelupuk mata, bahkan cairan itu siap menetes kapan pun.
"Mungkin dengan perjuangan aku selama ini bisa membuat mu melihat aku Ta, tapi nyatanya tidak. Mempertahankanmu hanya akan membuatku semakin terluka. Faktanya aku hanya punya ragamu, tidak dengan perasaan mu dan itu akan berlanjut,"
"Alraf... A-aku" bibir Aretta bergetar. Ia benar-benar merasa bersalah, hatinya serasa di hantam batu keras saat ini.
"Aku paham. Seharusnya sedari awal aku gak terlalu mengharapkan balasan mu,"
"Aku gak akan maksa perasaan mu Ta. Sekarang... kamu kejar Ghalan jika dia yang kamu inginkan, sebelum semuanya terlambat."
Aretta menggeleng keras, air matanya meluncur deras dari matanya yang indah. "Gak! Kamu pacar aku Alvias,"
Alvias mengambil nafas dalam, begitu berat mengatakannya. "Hari ini... Malam ini kita akhiri semuanya Berlina Aretta Sovia. Pergilah, bahagia lah dengan pilihan hatimu, a-aku lepasin kamu."
Air mata Aretta semakin berlomba turun dari pelupuk matanya. Memang dari awal adalah salahnya, menjadikan Alvias pelarian dari perasaannya. Tapi, kenapa saat Alvias mengakhiri semuanya hatinya begitu sakit?
Ia bodoh! Menyakiti Alvias yang benar-benar tulus kepadanya.
"Aku minta maaf." ucap Aretta terisak dan tertunduk, ia bingung mau mengucapkan apa lagi selain kata maaf.
Alvias menggeleng. "No, cantik. Ini bukan salah kamu, ini salah aku karena berada di tengah kalian berdua."
"Melihatmu di sekolah, di lapangan, perpus bahkan kantin pun pandanganmu hanya tertuju ke Ghalan. Awalnya ku pikir dengan memilikimu aku bisa bahagia, tapi apa? Aku semakin terjun ke dalam harapan ku sendiri Aretta."
"Al... " mohon Aretta kini ia sudah tertunduk duduk di aspal sambil terisak.
Aretta mendongak. "Aku janji akan lupain Ghalan. Kita, kita mulai dari awal. Kamu pacar aku Alraf," pinta Aretta.
Ia benar-benar hancur melihat tatapan sakit yang tersirat dari mata Alvias. Benar-benar sakit dan sesak.
"Buat apa?" kekeh Alvias begitu miris. "Kamu seperti ini karena gak enak kan? Bahkan detik ini juga perasaan mu masih untuk Ghalan, Ta. Jadi aku minta, jangan memaksa."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐄𝐒𝐂𝐀𝐏𝐄
Teen Fiction𝐓𝐮𝐠𝐚𝐬 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐬𝐚 𝐈𝐧𝐝𝐨𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚 𝐂𝐞𝐫𝐩𝐞𝐧 • • • 𝐁𝐀𝐂𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐏𝐄𝐋𝐀𝐍-𝐏𝐄𝐋𝐀𝐍 ❗❗ 𝐀𝐔𝐓𝐇𝐎𝐑 𝐏𝐀𝐊𝐀𝐈 𝐀𝐋𝐔𝐑 𝐌𝐀𝐉𝐔 𝐌𝐔𝐍𝐃𝐔𝐑 𝐌𝐀𝐉𝐔