Dendam yang membara (Brusko x Irrad) (Kairi x Irrad)

95 10 2
                                    

part yang sangat gajelas ygy

slight kairad

Ruangan itu dingin dan gelap, hanya ada cahaya redup dari lampu kecil di sudut yang memancarkan bayangan seram di dinding. Bau lembap bercampur darah memenuhi udara, menciptakan atmosfer yang penuh tekanan. Di tengah ruangan, dua sosok berada dalam posisi yang tak berdaya-Brusko dan Irrad.

Irrad terbaring di lantai dengan tangan terikat ke belakang, tubuhnya penuh luka memar dan goresan. Di sebelahnya, Brusko terikat pada kursi dengan tali yang begitu kuat, membatasi setiap gerakan. Matanya menatap marah, penuh kebencian, namun tak bisa berbuat apa-apa.

Di depan mereka, Kairi berdiri dengan ekspresi puas dan senyum dingin. Rasa dendam dan obsesinya terhadap Irrad telah membawanya ke titik ini, di mana ia memiliki kontrol penuh atas keduanya. Baginya, ini adalah saat yang ditunggu-tunggu-membuat mereka berdua merasakan rasa sakit yang telah ia simpan dalam hatinya selama ini.

"Irrad..." bisik Kairi sambil mendekat. Tangannya yang dingin mengusap wajah Irrad yang penuh luka. "Gua kasih lo kesempatan, tapi lo malah milih orang yang udah bikin lo menderita. Gua udah berkali-kali bilang buat jauhin dia, tapi lo gak pernah dengar."

Irrad menggigit bibirnya, menahan rasa sakit yang semakin terasa setiap kali Kairi menyentuh lukanya. Namun, lebih dari itu, hatinya sakit karena melihat Brusko juga terjebak di ruangan yang sama. Brusko adalah satu-satunya orang yang pernah ia percaya, dan sekarang mereka berdua terperangkap di tangan Kairi yang tak berperasaan.

"Apa maunya lo, Kairi?" Brusko berteriak, suaranya penuh amarah. Meski terikat, ia tetap memandang Kairi dengan sorot mata penuh kebencian. "Kalau lo mau balas dendam sama gua, gua di sini! Jangan bawa-bawa dia!"

Kairi hanya tertawa pelan, pandangannya beralih ke Brusko. "Balas dendam sama lo? Oh, gua gak cuma mau bikin lo menderita, Brusko. Gua mau lo lihat, detik demi detik, gimana gua nyakitin orang yang lo sayang. Gua mau lo merasakan rasa sakit yang gak akan pernah hilang."

Dengan gerakan lambat, Kairi mengambil sebilah pisau dari meja di dekatnya. Ia mendekati Irrad yang kini memandang dengan wajah takut, namun tak bisa bergerak.

"Liat ini baik-baik, Brusko," bisik Kairi dengan nada penuh kebencian. "Gua mau lo sadar kalau setiap luka yang gua kasih ke Irrad ini adalah hukuman buat lo."

Pisau itu bergerak, menggores lengan Irrad perlahan. Irrad menahan erangan, tubuhnya bergetar menahan rasa sakit. Brusko berontak, mencoba membebaskan dirinya dari tali yang mengikat, namun sia-sia.

"Brengsek lo, Kairi! Jangan sentuh dia!" teriak Brusko dengan putus asa, tapi Kairi hanya tersenyum dingin, menikmati penderitaan yang ia ciptakan.

Waktu demi waktu berlalu dalam kesunyian yang diiringi dengan erangan dan napas tertahan. Setiap luka yang Kairi berikan pada Irrad seolah menambah bahan bakar pada api dendamnya. Dia terus menyiksa Irrad, membiarkannya merasa sakit yang tak berkesudahan. Kairi memukul, mencakar, bahkan menggenggam rambut Irrad dan menariknya kasar.

"Liat, Brusko, gimana dia menderita karenamu," ucap Kairi, suaranya berbisik penuh kebencian. "Setiap luka ini gua kasih buat lo, karena lo yang bikin gua kehilangan Irrad."

Namun di dalam hati Kairi, ada sisi yang berbeda-sisi yang masih terobsesi dengan Irrad, yang tak ingin benar-benar mengakhiri hidupnya, hanya ingin menjadikan Irrad miliknya sepenuhnya. Dengan obsesi yang begitu kuat, ia menganggap rasa sakit ini adalah cara untuk "memiliki" Irrad.

Brusko tak bisa lagi menyembunyikan amarah dan rasa bersalah yang mendalam. "Lo gak punya hak nyakitin dia, Kairi! Kalau lo punya masalah sama gua, selesaikan sama gua, jangan bawa-bawa dia!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

All X Irrad (Open Req) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang