Di sebuah rumah sederhana namun hangat, terdapat lima saudara yang saling melengkapi satu sama lain. Masing-masing dari mereka memiliki kepribadian yang berbeda, tetapi satu hal yang selalu menyatukan mereka adalah kasih sayang yang begitu dalam.
Sang kakak tertua, Rasya, adalah sosok yang sangat protektif. Dengan sikap dewasa dan perhatian yang besar, dia selalu merasa tanggung jawab melindungi adik-adiknya, terutama Gibran, si bungsu. Rasya adalah pelindung yang setia, hingga kadang terkesan berlebihan, tetapi semua itu berasal dari rasa kasihnya yang tulus. Dia selalu berada di sisi Gibran, siap menjaganya dari segala ketakutan dan kekhawatiran.
Naura, kakak kedua yang tegas namun lembut. Dia sangat memahami Gibran dan sering memberikan nasihat yang bijak. Adara adalah tempat di mana Gibran dapat menceritakan ketakutannya, terutama saat dia mengalami hal-hal yang sulit dijelaskan. Dengan sabar, Adara membimbing Gibran untuk belajar mengenali dan menerima kemampuannya, sehingga dia tidak merasa sendiri dengan segala pengalaman yang dialaminya.
Kemudian ada Adara, kakak ketiga
yang ceria dan penyemangat. Dia memiliki kemampuan untuk menghibur semua orang di sekelilingnya dan selalu berusaha menciptakan suasana yang riang. Naura seringkali mengajak Gibran bermain atau bercerita untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa takutnya. Meskipun lucu dan ceria, Naura juga memahami betapa sensitifnya Gibran, sehingga dia selalu berusaha mendengarkan dan menangkap perasaannya.
Kakak keempat, Irsyad, adalah sosok yang humoris dan penuh keceriaan. Dia tahu bagaimana menciptakan momen-momen lucu, bahkan di tengah suasana yang tegang. Irsyad sering menghibur Gibran dengan lelucon dan permainan, berusaha mengalihkan perhatian Gibran dari hal-hal yang menakutkan. Meskipun ceria, dia juga sangat peka terhadap perasaan adik-adiknya, terutama Gibran.
Sibungsu Gibran yang memiliki kemampuan indigo. Meskipun dia memiliki kepekaan yang luar biasa, Gibran sering merasa kewalahan setiap kali berhadapan dengan hal-hal yang tidak kasat mata. Rasa takutnya yang mendalam kadang membuatnya lemas dan sulit mengendalikan diri. Dalam pandangannya, dunia bisa terasa sangat berat dan menakutkan.
***
Pagi itu di rumah keluarga Lima Bersaudara terasa penuh kehangatan dan kecemasan. Matahari bersinar cerah, tapi di dalam hati para kakak, ada rasa khawatir yang menyelimuti. Gibran, si adik bungsu yang terkenal sebagai anak indigo, sudah bangun, tetapi tampak lesu. Rasya, sang kakak tertua, pertama kali melihat tanda-tanda itu dan langsung memanggilnya.
"Gibran! Kamu pasti belum makan, kan? Ayo cepat sarapan!” teriak Adara sambil berlari menghampiri adiknya.
“Kita perlu memastikan kamu kuat sebelum pergi ke sekolah. Ingat, kemarin kamu berulang kali bilang melihat hal aneh.” tambahnya.
Gibran hanya mengangguk dengan lesu. Daya tarik luar biasa dari dunianya sering kali membuatnya merasa lelah dan bingung, dan kakak-kakaknya tahu persis betapa beratnya beban yang harus ia pikul.
Naura, kakak kedua, sudah siap dengan sarapan sehat. Dia membuat smoothie buah dan menaruhnya di meja. “Gibran, ini kaya akan vitamin. Minum ini biar kau bisa lebih kuat dan fokus. Ingat, kita nggak mau ada yang menggangu pikiranmu!” katanya, penuh perhatian.
“Dan kalau terasa aneh saat di sekolah, jangan ragu untuk bilang kita!” ucap Rasya, si sulung, menambahkan dengan datar, tetapi sangat serius.
“Kalau ada yang mengganggu, langsung bilang ke kakak kakak ya’” ucap Irsyad.
Gibran merasa terharu dengan perhatian kakak-kakaknya yang berlebihan itu. “Aku tahu, Kak. Terima kasih. Aku akan lebih hati-hati,” jawabnya, berusaha meyakinkan diri sendiri dan mereka.
“Yuk, kita pergi!” ujar Adara semabgat.
Sebelum berangkat, Naura kembali bertanya, “Gibran, ingat baik-baik. Fokus pada hal-hal positif. Jangan sampai pikiranmu terbagi!”
