Chapter 2 - Opium

1K 75 21
                                        

*** halaman belakang mansion

"Kudengar kau belajar banyak hal saat di Milan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kudengar kau belajar banyak hal saat di Milan"

"Tidak banyak, hanya sebuah teknik sederhana memb*nuh musuh tanpa menyentuh" jawab Seokjin.

Jisoo mengulum senyum saat mendengar jawaban laki-laki itu. Sebenarnya dia cukup senang dengan kedatangan Seokjin di sini. Meskipun ia bukanlah tipikal gadis yang mudah percaya pada orang lain, tetapi kali ini berbeda. Mungkin seperti euforia mendapatkan mainan baru?

"Hmm.. aku tau, pamanku memang tidak pernah main-main ketika memilih seseorang untuk dijadikan tangan kanan.. dan sekarang ayahku juga memilihmu sebagai salah satu sosok kepercayaannya. Namun ada 1 kriteria khusus yang selalu aku perhatikan, dia haruslah seperti serigala yang tunduk hanya pada satu pemimpin..

Baiklah, sekarang tangkap ini" ucap Jisoo melemparkan pistol ke arah laki-laki tampan bermarga Kim di hadapannya.

"Noona?"

Tanpa menyahut, Jisoo segera mengambil sebuah apel dari keranjang buah yang sempat ia bawa tadi. Berjalan cukup jauh ke arah barat di dekat gerbang, kemudian meletakkan apel tersebut di atas kepalanya.

Apa yang sebenarnya dia inginkan? Rupanya Seokjin belum sepenuhnya tuntas memahami sifat asli gadis itu. Semenjak 1 bulan mereka saling mengenal, tingkah putri kedua Tuannya justru dirasa semakin aneh.

"Sekarang tembaklah buah apel yang ada di atas kepalaku, Kim Seokjin" perintah Jisoo dengan suara cukup lantang.

"Cepat.. 10, 9, 8" ucapnya kembali karena tidak mendapat respon apapun.

Seokjin masih saja diam. Ayolah.. ini bukan sesuatu yang sulit baginya. Saat di Milan, bahkan ia bisa menembak tepat sasaran dengan berlari hingga menunggang kuda. Pria itu melamun hanya karena sedang mencerna situasi.

Apa seorang Kim Jisoo ingin menguji kemampuannya? Apalagi dirinya sempat dituduh sebagai pengkhianat di klan selatan, lalu kali ini?

"Tujuh.. enam.." sementara Jisoo terus berhitung mundur, berharap Seokjin segera mengangkat pistol dan melesatkan peluru.

"Cepatlah, kau tidak punya banyak waktu, tiga.. dua.. sutu"

dan..

"Dorrrrr" suara tembakan terdengar seiring dengan darah yang memuncrat mengenai wajah dan tubuh gadis berparas cantik itu.

"S*al, apakah peluruku meleset, tetapi bagaimana mungkin?"

Bukankah tampak mustahil jika Seokjin salah sasaran hanya pada jarak yang tidak terlalu jauh - sekitar 30 meter. Namun dia bisa melihat dengan jelas simburan darah mengenai pakaian Jisoo.

"Noona, kau tidak papa?" panik Seokjin yang berlari dengan tergesa-gesa.

"Hmm.. seharusnya kau tidak menanyakan keadaanku, melainkan keadaan burung itu"

BLACK OPIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang