Pembunuhan

0 0 0
                                    

Rea menangis dalam pelukan Shen Anya. Shen Kazumi membantu menenangkan Rea, Shen Asyer memerintahkan para prajurit untuk membawa anak Rea bertemu ibunya disini.

"Ikutlah dengan saya, ibu. Saya kekurangan satu lagi tenaga kerja untuk mengerjakan gandum. Apakah ibu bersedia untuk menjadi tenaga kerja disana?" Tanya Shen Anya.

Rea mengangguk "Saya bersedia, putri... Saya sangat berterima kasih dengan anda. Putri Anya,bisakah anda mengulangi panggilan anda kepada saya dengan sebutan ibu?"

Shen Anya mengangguk. "Ibu". Rea menangis, baru kali ini ia dipanggil dengan sebutan ibu oleh keluarga kerajaan.

"Bu Rea, jika anda menangis kecantikan anda akan hilang. Zumi pengen peluk bu Rea boleh?" Tanya Shen Kazumi.

Rea mengangguk. Sesuai prediksi Shen Anya, hari ini turun hujan lebat. Mereka saling berpelukan untuk menetralkan suhu tubuh.

"Hey kalian berdua! Apa kalian tidak kedinginan berdiri di sana seperti itu?" Tanya Shen Anya sambil memeluk anak Rea yang bernama Rion.

"Maaf tuan putri, ini atas perintah pangeran Aga" ucap kedua prajurit itu dengan hormat. "Aish lah...kakak ku itu memanglah tidak punya hati. Bergabunglah kalian berdua dengan teman kalian itu, tidak usah pikirkan perintah kakakku, biar ku urus kakak tercinta ku itu" "Baik putri".

➰️▪️➰️▪️➰️▪️➰️▪️➰️▪️➰️▪️➰️▪️➰️
Kerajaan Sollarnelle

*Paviliun Melati*

Tengah malam. Agueda masih terjaga ditengah kesunyian malam. Ia duduk menghadap ke hutan yang terlihat dari kamarnya walaupun ia tidak dapat melihat wajah anak anaknya dari paviliun.

Agueda sangat merindukan anaknya. Ia merindukan kebersamaan bersama anak dan suaminya.

Suaminya yang disibukkan oleh keadaan negaranya, sang anak yang juga harus turun tangan membantu ayahnya.

Memanglah begitu seharusnya keturunan kerajaan. Suaminya itu sengaja melakukan ini agar bisa menentukan siapa yang bisa mengambil alih kekuasaan nya nanti setelah ia meninggal dunia.

Agueda juga memaklumi itu, ia juga ingin anaknya itu tangguh meskipun ia sangat khawatir.

"Ibu akan selalu mengawasi kalian nak, meskipun ibu tidak ada disamping kalian". Tulis Agueda pada selembaran kertas kuno.

Agueda mengganti pakaian nya dengan pakaian tebal, berjalan mengunjungi paviliun mawar milik putri nya, Shen Anya.

Paviliun itu begitu rapi, bersih, dan cantik. Sangat lah hijau paviliun ini. Seperti namanya, paviliun ini banyak ditanami bunga mawar, terutama bagian yang bisa di masuki oleh para penjahat.

Agueda tersenyum kecil, di paviliun ini sangat sepi tetapi juga sejuk. Ia duduk di ayunan yang terbuat dari tanaman merambat yang setiap memanjang akan tumbuh bunga yang bermekaran.

Agueda merasakan ketenangan di paviliun ini, ia mulai menulis beberapa tulisan di buku favoritnya. Namun ketenangan tak berselang lama, ada 2 pria bertopeng menodongkan pedang ke leher permaisuri Agueda.

"Diam atau kami bunuh!" Ancam kedua penjahat. Agueda tertawa. "Apanya yang lucu?! Kami berdua tidaklah main main!!".

"Apakah saya berkata kalian lucu? Mengarang darimana kalian ini?" "Diamlah!! Sekarang tunjukkan kepada kami dimana ruangan kaisar Adonios!" "Untuk apa saya memberitahu kalian, sedangkan keluarga kerajaan tidak mengenali anda!" "KAU!" "Hey, jangan gertak dia". Pria yg berbicara tadi membisikkan sesuatu ke telinga.

Permaisuri Agueda memanfaatkan waktu ini untuk melarikan diri dari para penjahat yang sedang berdiskusi, dengan segala usaha ia lakukan untuk membuka tali yang menali sangat erat di kedua pergelangan tangannya.

THE QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang