𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!!!
Keran air yang disediakan untuk menyiram tanaman hias sekolah diputar hingga benda cair itu keluar, Stella menampungnya dengan tangan lalu ia sapukan ke wajahnya yang berkeringat sehabis melakukan hukuman dari guru tadi.
Disebrang sana Juliet menggerutu ditepi lapangan yang teduh oleh pohon rimbun sembari mengipasi lehernya dengan tangan, semuanya karena ulah perempuan bodoh itu dirinya harus pertama kali merasakan hukuman di sekolah ini.
Akan seperti apa orang-orang memandangnya nanti, seorang primadona SHS dihukum karena hal konyol yang tidak dilakukannya, sial itu merusak image dirinya!
Ia melirik Stella yang nampak berkumur-kumur dengan air yang menurutnya kotor tersebut, "Dasar jorok, sakit baru tau rasa lo."
Juliet berdiri menghampirinya lantas menjitak sisi kepala Stella dengan satu tangan disanggahkan ke tembok keran itu, "Puas lo buat gue malu?! Hah?! Semua gara-gara tingkah bodoh lo, ingat lo berurusan sama gue karena dua hal, pertama lo rusakin rambut hasil perawatan mahal gue dan yang kedua karena lo gue harus muterin lapangan panas ini!"
"Ya maaf namanya juga gak sengaja," jawabnya kembali fokus memasukan air kedalam mulut.
"Kalo maaf itu yang bener!" pipinya ditarik dan karena cengkraman Juliet, air dalam pipi Stella muncrat ke wajahnya.
"Ups, yang itu salah lo bukan salah gue."
"Stella! Beneran nyari gara-gara ya lo sama gue?! Wajah paripurna gue jadi terkontaminasi kuman-kuman dari lo bego! Gimana kalau nanti gue jerawatan?! Gamau-gamau huaaa! Lo itu ya--! Gak adiknya gak Kakaknya buat gue sial mulu! Pokoknya gue gak mau tau lo harus tanggung jawab!" tekannya geram.
Stella melirik malas wajah perempuan disebelahnya yang sibuk menyeka wajah karena semburan dirinya, "Lebay banget si lo, udahlah kita lupain aja biar masalahnya clear, udah ya gue mau ke kantin males denger ocehan gak bermutu lo."
Setelahnya ia berjalan melewati tubuh Juliet yang kian membulatkan matanya.
"Serius gue diginiin? Sialan lo Stella! Stella gue belum selesai sama lo!" Juliet mengintilinya dengan kaki dihentakkan kesal.
"Aduh apa lagi si?" ucap Stella jengah kala sudah di Koridor.
Tentunya pemandangan mereka berdua yang nampak akrab oleh suara-suara melengking penuh kesal Juliet menjadi hal baru bagi tatapan semua murid yang lalu lalang, pasalnya setelah kejadian di kantin tempo hari bukankah seharusnya membuat Juliet lebih bringas pada gadis pendek didepannya?
"Bilang sama gue apa hubungan lo sama Alghafar?" desis nya setelah menahan pergelangan tangan Stella.
"Gue? Apa ya ... "
"Gausah bertele-tele jawab gue! Alghafar cuman milik gue jadi lo gausah pake cara murahan lo buat dapetin dia."
Stella terkikik dalam hati atas kepedean perempuan dengan rambut hitamnya yang dibuat ikal itu, "Begini ya Juli, kayaknya mulai sekarang lo harus sadar diri deh, usaha lo juga selama ini buat dapetin Alghafar cuman berakhir sia-sia bahkan sampai lo putus urat malu karena ngejar-ngejar dia Alghafar gak akan luluh."
Juliet terdiam namun cengkraman nya di tangan Stella menguat, ia lantas berucap penuh penekanan dengan gigi mengetat, "Apa maksud lo."
"Lo bener, gue punya hubungan spesial sama dia, antara adik ipar dan Kakak ipar," bisa dilihat ekspresi Juliet nampak tertegun, "Alghafar itu udah dijodohin sama Kakak gue bahkan bentar lagi mereka bakal tunangan, jadi kesempatan lo dapetin dia udah gugur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonis't Little Sister
General Fiction(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 6) ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ______________ Dalam novel berjudul 'kisah untuk Alghafar' karakter laki-laki itu digambarkan sebagai sosok dingin yang tak suka menebar senyum...