Sejak ciuman itu terjadi, hubungan Rebecca dan Freen berubah menjadi permainan kecil yang hanya mereka pahami. Rebecca, dengan senyumnya yang nakal, mulai semakin sering menggoda Freen di setiap kesempatan yang ada. Ia tak bisa menahan diri; ada sesuatu yang begitu menggemaskan dari cara Freen merona setiap kali ia melontarkan kata-kata manis atau sentuhan-sentuhan kecil yang tak terduga.
Bagi Rebecca, wajah Freen yang memerah seperti kuntum mawar itu adalah pemandangan yang membuatnya sulit berpaling. Ia menyukai bagaimana Freen yang biasanya tenang, perlahan kehilangan kendali dan tergagap hanya karena perhatian kecil yang ia berikan. Semakin sering ia melihat Freen tersipu, semakin besar keinginannya untuk terus mengusik gadis itu, menikmati bagaimana Freen mencoba bersembunyi di balik sikap acuhnya yang mudah terbaca.
Namun, Rebecca tidak berhenti hanya di situ. Di balik candaan dan godaan yang ia lontarkan, terselip perasaan yang ia sendiri sulit jelaskan. Ia ingin menjaga Freen di sisinya lebih lama, ingin menjadi alasan dari setiap senyuman malu-malu dan lirikan mata yang berusaha menghindar. Bagi Rebecca, permainan ini bukan sekadar lelucon—itu adalah cara untuk mendekat, sedikit demi sedikit, ke hati gadis yang telah mencuri perhatiannya sejak ciuman pertama mereka.
Di atas ranjang yang sama, Freen duduk bersandar, lengan lembutnya menangkup kepala Rebecca yang terbaring di pangkuannya. Sambil sesekali membelai helai-helai rambut Rebecca, ia mengalunkan sebuah lagu pengantar tidur yang lembut dan penuh kasih sayang. Suaranya tenang, mengalir seperti aliran sungai yang menenangkan, dan tiap kata yang ia nyanyikan terdengar begitu pas, seolah lagu itu memang diciptakan untuk saat seperti ini.
Rebecca yang perlahan memejamkan mata tersenyum samar, terbuai oleh kehangatan suara Freen yang mendendangkan lagu dalam bahasa yang sulit namun indah. Freen telah berlatih selama berminggu-minggu untuk bisa melafalkan setiap kata dengan tepat, menghafalkan setiap nada dengan penuh kesungguhan, hanya untuk malam ini. Lagu itu, 'Les Champs-Élysées,' menggema lembut di antara mereka, membawa sentuhan keajaiban dalam keheningan malam.
Saat suara Freen terus mengalun, rasa nyaman semakin melingkupi mereka berdua. Tidak ada kata yang perlu diucapkan, tidak ada ruang yang perlu dipisahkan—hanya mereka, lagu, dan malam yang terasa seakan berhenti, membiarkan keduanya terbuai dalam momen yang begitu sempurna.
***
Dua minggu yang lalu
Suara Nyonya Katherine melengking tajam, menggema di seluruh ruangan yang seketika menjadi senyap. Ia memanggil nama Rebecca dengan nada penuh amarah, tak peduli pada siapa pun yang mendengarnya. Amarah dalam suaranya begitu kentara, bergemuruh seakan ingin menyusul Rebecca yang sudah beranjak pergi tanpa menoleh sedikit pun. Sorot matanya, yang biasanya meneduhkan, kini berubah menjadi tajam dan panas, menggambarkan kekecewaan dan kemarahan yang telah lama terpendam.
Para pekerja yang menyaksikan pemandangan itu hanya bisa diam. Mereka sudah lama tahu, bukan rahasia lagi, bahwa hubungan antara Nyonya Katherine dan Rebecca memang tak pernah harmonis. Dari luar, mereka tampak sebagai ibu dan anak; tetapi sebenarnya, keduanya bagaikan dua kutub yang tak pernah benar-benar saling mendekat. Jarak emosional di antara mereka begitu besar, terasa dingin dan tak tersentuh. Meski berbagi rumah dan mungkin juga darah, mereka tampak seperti orang asing yang hidup di dunia berbeda.
Bagi Rebecca, keberadaan Nyonya Katherine sering kali hanyalah bayangan. Dia hidup seolah ibunya adalah sosok tak terlihat, seseorang yang hadir tetapi tak pernah benar-benar menyentuh kehidupannya. Bukan hanya sekadar ketidakcocokan, tetapi hubungan mereka telah begitu lama diwarnai oleh kesalahpahaman dan rasa sakit yang tak pernah terselesaikan. Bagi para pekerja, melihat Rebecca berlalu tanpa menoleh adalah pemandangan yang telah biasa, seperti bagian dari drama sunyi yang tak pernah menemukan akhir yang bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maid In Love - [on going]
RomanceSetiap malam, di keheningan rumah besar itu, seorang pembantu setia melangkah pelan menuju kamar sang nona muda. Dengan lembut, ia menyanyikan lagu pengantar tidur hingga nona terlelap, lalu tetap di sisinya, seolah-olah dunia hanya milik mereka ber...