Harsa melangkah keluar dari ruangan Mada dengan pikiran yang masih terfokus pada percakapan mereka. Suasana kafe yang hangat dan aroma kopi yang menggoda membuatnya merasa sedikit lebih tenang. Ia memilih duduk di salah satu bangku kayu yang terletak strategis, memberikan pandangan yang jelas ke arah Lara, gadis berhijab yang tampak asyik dengan segelas kopi di tangannya.
Lara, dengan senyum lembut yang menghiasi wajahnya, tampak tenggelam dalam dunia kecilnya sendiri. Harsa memperhatikan bagaimana jari-jarinya sesekali menyentuh gelas, seolah merasakan kehangatan yang dipancarkan dari minuman tersebut. Suara mesin kopi yang berdengung dan obrolan ringan dari pengunjung lain menciptakan suasanan yang nyaman, namun Harsa tidak bisa sepenuhnya mengalihkan pikirannya dari pertemuan dengan Mada.
Ia mengambil napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Harsa tahu bahwa ada banyak hal yang perlu dipikirkan, tetapi saat melihat Lara, ia merasakan ketenangan yang sulit dijelaskan. Mungkin, sejenak menikmati suasana kafe dan melihat orang-orang di sekitarnya bisa membantunya meresapi semua yang baru saja terjadi. Dengan secangkir kopi di tangan, Harsa bersiap untuk merenung, berharap bisa menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu pikirannya.
Harsa tidak bisa menahan senyum saat melihat Lara, yang kini tampak sangat fokus dengan ponselnya. Ekspresi wajahnya yang ceria dan penuh konsentrasi membuat Harsa merasa terhibur. Sesekali, Lara mengerutkan dahi atau mengangkat alisnya, seolah terkejut dengan sesuatu yang dilihatnya di layar. Momen itu terasa begitu ringan dan menyenangkan, seolah semua beban pikiran Harsa sejenak menghilang. Ia menikmati pemandangan itu, merasakan kehangatan yang muncul dari kebersamaan yang sederhana ini, dan berharap bisa berbagi tawa dengan Lara dalam waktu dekat.
"Lucu" gumamnyapelan, seolah hanya untuk dirinya sendiri. Senyumnya semakin lebar saat ia menyaksikan tingkah Lara yang menggemaskan. Ekspresi wajahnya yang berubah-ubah saat berinteraksi dengan ponsel membuat Harsa merasa seolah sedang menyaksikan sebuah pertunjukan komedi yang tak terduga.
"Lah? Si kunyuk! Gue kira udah cabut," tegur Mada sambil menepuk bahu Harsa.
"Refresh pikiran bentarlah, cok!" balas Harsa sambil merogoh kantong celana lalu menyalakan rokoknya.
Mada memilih duduk di sebelah Harsa. Hari ini kafe tidak terlalu ramai membuat Mada bisa sedikit bersantai.
"Liatin apa lo?" tanya Mada saat melihat sahabatnya terlihat sibuk dengan duniannya.
"Hah?" jawab Harsa sekenanya.
"Ck! Liat apa sih nyet?" ulang Mada sambil mengikuti arah pandang Harsa.
"Si anjing!" umpat Mada.
Harsa menaikan bahunya tidak peduli dengan umpatan yang baru saja di lontarkan Mada untuknya.
"Jangan bilang lo suka sama Lara?" tanya Mada dengan wajah penuh cemas.
"Oh, namanya Lara? Dia punya nama yang aneh, tapi begitu lihat wajahnya, semua rasa sakit langsung hilang!" ujar Harsa yang masih tersenyum memandangi Lara.
"Orgil! Udah deh, gak usah berharap lebih cok, uangel!" peringat Mada.
"Sok kenal lo!"
"Lah? Emang gue kenal cok!""
"Emang dia siapa? Sok akrab aja lo, mah!"
"Lah, di kasih tau malah ngeyel! Kocak lo!"
"Panggil kesini coba, kalau lo emang kenal dia." Tantang Harsa.
"Oke! Siapa takut!" jawab Mada mantap.
"Ra!" suara Mada terdengar sedikit keras sambil tangannya melambai ke arah gadis bernama Lara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harsa & Lara
FanfictionHarsa adalah seorang lelaki sederhana yang selalu menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil. Ia memiliki sikap yang positif dan selalu bersyukur atas apa yang dimilikinya. Meski hidupnya tidak dikelilingi oleh kemewahan, Harsa merasa cukup dan bahag...