Sekarang Gazzie berada di lorong panjang London High School. Sedang mencari - cari lokernya agar ia dapat menaruh barang - barangnya.
0001
Begitulah nomor lokernya.
Dan sialnya, lokernya terletak disudut lorong. Tampaknya mereka memulai angkanya dari sana.
Setelah akhirnya sampai disudut sana, Gazzie meletakkan barang - barangnya.
Ini masih terlalu pagi untuk masuk ke kelas pertamanya.
Gazzie melihat jadwal kelasnya.
Pertama, Kesenian.
Kedua, Sosiologi.
Ketiga, Memasak.
Sial. Memasak di kelas ketiga.
Gazzie berharap kelas pertamanya adalah memasak.
Tapi... yasudahlah.
Gazzie mengambil barang berharganya, dan meletakkannya ditas yang akan dibawanya nanti.
Sebenarnya, Gazzie tidak memiliki banyak barang berharga seperti emas atau sejenisnya.
Barang berharga Gazzie satu - satunya hanya gelang pemberian ibu kandungnya.
Gelang unik bermotif infinite. Dengan ukiran nama lengkap Gazzie didalamnya.
Bagi Gazzie, gelang itu hanya satu - satunya alasan ia tetap mencari dimana ibu dan ayahnya.
Gazzie ingin ibunya sendiri yang mengatakan arti dari lambang infinite yang terukir digelang tersebut.
Sesuai cerita pendek neneknya, jasad ayah dan ibunya tidak ditemukan dalam kecelakaan pesawat 10 tahun yang lalu, dimana Gazzie berumur 8 tahun saat itu.
Ayah dan ibunya adalah orang kaya yang ternama.
Tapi, pasti ada sebuah alasan.
Alasan entah mengapa nenek Gazzie tidak pernah suka membicarakan masalah orang tua Gazzie.
Gazzie tidak tahu mengapa neneknya tidak ingin membicarakan kedua orang tua Gazzie.
Dan masalahnya, Gazzie ingin tahu.
Gazzie ingin tahu segalanya.
Tentang orang tuanya, tentang kebenaran dimana orang tuanya, tentang apa masalah yang sebenarnya terjadi 10 tahun yang lalu, tentang kemana tujuan pesawat yang orang tuanya naiki 10 tahun yang lalu.
Tapi, setiap kali Gazzie menanyakan hal tersebut, neneknya pasti akan marah dan berkata bahwa Gazzie tidak perlu tau.
Gazzie tidak ingin membuat neneknya marah. Karena yahh... neneknya kan sudah tua.
Kau tahu bukan akibat sering marah - marah? Terlebih pada orang yang lanjut usia.
Gazzie menghembuskan nafas berat sembari memejamkan matanya.
Kenapa setiap kali mengingat mereka membuat rasa perih tersendiri padaku? Batin Gazzie.
Lalu Gazzie membanting pintu lokernya.
Saat hendak pergi, suara besi yang berdecit terdengar..
Loker Gazzie terbuka lagi.
Lalu Gazzie menutup lokernya lagi, kali ini lebih kuat.
Setelah memastikan lokernya tertutup, Gazzie beranjak pergi.
Dan sialnya, lokernya entah kenapa terbuka lagi.
Gazzie mengumpat kesal.
Lalu Gazzie terus - terusan menonjok loker nya. Tidak menutup juga.
Sampai akhirnya seorang lelaki blonde datang menuju arah Gazzie.
Oh. Tidak.
Pria tersebut menuju loker 0002. Loker disamping Gazzie.
Lelaki tersebut tampaknya sedang mengambil bendanya.
Dan entah mengapa, Gazzie memperhatikan lelaki itu.
Rambutnya blonde, matanya biru, tingginya paling tidak 170-an.
Saat lelaki tersebut selesai mengambil bendanya, mata biru lelaki itu menangkap Gazzie sedang menatapnya.
Lelaki itu menatap Gazzie juga.
"Ada apa?" Tanya lelaki tersebut.
"O-oh. Tidak ada apa - apa. aMaaf." Ujar Gazzie pelan.
Lelaki tadi tersenyum. Lalu menutup lokernya, kemudian menyandar dengan bahunya diloker tersebut.
Gazzie menyadari lelaki ini tersenyum ramah sembari memandangi Gazzie.
Gazzie merasa.. aneh.
Ketahuilah, Gazzie jarang berteman. Rasanya jadi aneh kalau tiba - tiba seseorang yang bahkan belum Gazzie kenal datang, tersenyum dan tidak kunjung pergi juga.
"Kau mau apa?" Tanya Gazzie pada akhirnya.
Lelaki tersebut mengernit. "Aku? Aku tidak mau apa - apa. Kecuali kalau kau punya makanan. Aku hanya mau makanan." Ujar lelaki tersebut.
Gazzie mengernit heran. Belum kenal saja kenal sudah meminta makanan. Batinnya.
Apalagi kenal nanti? Tambah Gazzie
Gazzie tidak menghiraukan lelaki tadi, Gazzie kembali beralih pada lokernya yang susah ditutup itu.
Gazzie menonjok - nonjok pintu loker tersebut, mendorongnya dari pelan hingga kuat.
Sampai akhirnya, loker itu tutup.
Gazzie menghela nafas lega.
Belum dua detik, loker nya terbuka lagi.
Gazzie mengumpat kesal.
"Siapa sih yang membuat loker ini?" Teriak Gazzie.
Lelaki tadi tertawa melihat tingkah Gazzie.
"Nona," kata lelaki itu. Lalu ia menutup pintu loker Gazzie, kemudian memutar kunci yang terdapat diloker itu. Lalu menarik kunci itu keluar.
"Begitu caranya." Ujarnya sambil mengulurkan kunci loker tersebut kepada pemiliknya.
Gazzie merasa malu yang bukan main.
Ditambah lagi, lelaki tadi berkata dengan nada sarkastiknya yang seperti mengejek Gazzie.
Tak mau berlama - lama, Gazzie segera merebut kunci lokernya yang memang telah mengarah ke Gazzie. Lalu menghentakkan kakinya pergi.
Persetan dengan hari pertamaku disini. Aku tak peduli! Batin Gazzie.
Saat Gazzie menginjak langkah ketiga, lelaki tadi menahan tangan Gazzie.
"Maaf kalau yang tadi itu membuatmu tersinggung. Namaku Niall. Niall James Horan." Ujar lelaki tadi dengan senyum cerah.
Senyum yang benar - benar cerah dan yang sepertinya sudah tak pernah lagi Gazzie tunjukkan.
Gazzie ragu, apakah Gazzie akan membalas ucapan pria ini dan memperkenalkan namanya dengan senyuman cerah layak figur iklan pasta gigi? Atau hanya membalas singkat tanpa senyum sembari mengucapkan namanya?
Ah. Persetan dengan senyum.
"Gazziella Angel Mccarthy." Ujar Gazzie tanpa senyum. Bahkan tanpa menoleh kebelakang.
"Whoa. Nama yang sangat bagus." Ujar lelaki tadi sembari mensejajarkan tempatnya dengan Gazzie.
Lagi - lagi ia tersenyum.
"Kau boleh memanggilku Niall. Atau James, atau Horan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Deserve [Niall Horan]
Fanfiction"You deserve a better guy. I'm sorry." Gazziella Angel. Gadis cantik pemain basket. Gemar memasak. Tetapi, sangat jarang tersenyum. Niall Horan. Lelaki tampan yang ceria, lucu dan penggemar berat makanan. Dan nyaris tak pernah bersedih. Gazziella A...