Suasana pemakaman terasa hening dan kesedihan meliputi orang-orang yang hadir, atensi mereka semua tertuju pada peti mati yang mulai masuk ke dalam lubang kubur.
Kesedihan semakin kentara saat langit yang tadinya gelap oleh awan hitam perlahan tapi pasti mulai menjatuhkan rintik-rintik hujan hingga membasahi bumi.
Kehilangan, hal yang telah pergi tanpa diduga.
Meski merasakan kesedihan yang mendalam namun Uchiha Sarada tidak menunjukkan kesedihannya secara terang-terangan pada orang-orang di sekitarnya, ia terlihat begitu tegar mengikhlaskan kepergian sosok sang Ayah yang amat ia sayangi.
Di tengah sesi pemakaman yang belum sepenuhnya selesai, dari kejauhan sana tampak seorang wanita berjalan mendekati Sarada dengan payung guna melindungi tubuhnya dari hantaman hujan yang kini turun deras.
"Sarada, Ibumu sudah sadar dan dia terus menanyakan dirimu." Ujar wanita itu memberitahu.
Sarada menoleh, "Terima kasih karena sudah menjaga Ibu, Buntan." Ujarnya.
Wanita bernama Buntan itu menyerahkan payung miliknya namun dengan cepat Sarada menolak lalu memandang Buntan, "Aku harus segera menyusul Ibu di Rumah Sakit." Sarada lalu berlari menerjang hujan meninggalkan pemakaman.
Tekat Sarada untuk tidak menangis goyah seketika begitu berjalan menuju parkiran lalu mengendarai mobilnya menuju sebuah rumah sakit seorang diri untuk menyusul sang Ibu, ia yang semula terlihat begitu tegar langsung meneteskan air matanya dan menangis sejadi-jadinya tanpa di ketahui oleh siapa pun.
"Ini salahku."
Sarada merasa sangat terpukul dengan kepergian sang Ayah dan ia tidak bisa berdusta akan hal itu.
Mengusap air mata yang membekas di wajah dan mengambil nafas banyak lalu menghembuskannya perlahan, Sarada yang telah sampai di Rumah Sakit menatap kenop pintu ruangan di mana sang Ibu di rawat dan setelah menghapus kesedihannya dengan yakin Sarada masuk ke dalam.
"Ibu.." Panggil Sarada setelah dirinya masuk ke dalam sebuah ruangan bernuansakan warna putih.
Sakura yang tengah duduk di atas ranjang dan menatap hujan di luar jendela itu menoleh pada Sarada setelah Sarada berjalan menghampiri Sakura lalu duduk di sisi ranjang.
Sakura menautkan alisnya, "Sarada? Kenapa kau basah kuyup? Kau bisa demam nanti." Sakura tampak khawatir lalu mencengkeram erat pergelangan tangan Sarada yang terasa dingin.
Sarada menggelengkan kepalanya, "Aku akan baik-baik saja, jangan khawatir, Ibu." Balas Sarada lalu tersenyum tipis.
Kedua tangan hangat Sakura lantas terangkat lalu menangkup pipi Sarada yang juga terasa dingin, "Sarada.. seharusnya kau tidak perlu menerima tawaran dari mereka. Ini tentang kebahagiaanmu dan jangan mengorbankan hal itu hanya demi mempertahankan aset milik keluarga kita." Wajah pucat Sakura tampak sedih.
"Jangan cemaskan aku, Ibu. Rumah dan lahan itu sangat berharga bagi kita, aku tidak bisa membiarkan kita kehilangan semua itu." Ujar Sarada.
"Apa kau sungguh yakin?" Tanya Sakura sembari mencari keraguan di wajah cantik sang putri namun beliau tidak berhasil menemukannya.
Sarada menarik tangan Sakura dari pipinya lalu mengangguk yakin, "Aku yakin, Ibu. Lagi pula aku mencintai Boruto." Jawab Sarada lalu kembali tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Match : Boruto & Sarada
FanfictionDemi mempertahankan aset milik keluarganya Sarada rela menikah kembali dengan Boruto, sedangkan Boruto menolak keras jika sebagian aset kekayaan milik keluarganya diberikan pada Sarada jika Boruto tidak mau kembali menikahi Sarada. Naruto dan Hinata...