- PROLOGUE

20 12 9
                                    

DERSIK ombak terdengar saling bersahutan, memenuhi hawa sore yang indah di sekitar kota Jakarta. Gadis berambut panjang dengan penampilan sederhananya tertawa sekilas, melihat bagaimana atraksi yang sang kekasih berikan untuk menghiburnya. Kaluna Aluneska dan Raden Zerga Aksara. Laki-laki itu sedang menampilkan gerakan random dihadapan Kaluna, banyak pasang mata yang menatapnya aneh, tapi Zerga tidak keberatan sama sekali jika menyangkut dengan Kaluna.

Sebentar gadis itu terdiam, menatap lekat laki-laki yang selalu menghiburnya kapanpun dan di manapun saat ia bersedih. Senyuman tipis terbit, Kaluna tersenyum menatap Zerga. "Makasih," katanya.

"Makasih? Buat?" Tanya Zerga bingung, laki-laki itu berjalan mendekat dan duduk di samping Kaluna. "Aku gak perlu kata tolong dan terimakasih dari kamu, semua ini aku lakukan dengan tulus. Bahkan, aku tidak merasa keberatan sama sekali untuk itu."

Senyuman Kaluna kembali terbit, "Ibu beruntung banget, ya, bisa punya kamu yang berhati malaikat. Tapi, kenapa sih dunia malah mempertemukan kamu dengan perempuan bermasalah seperti aku?" Samar-samar Zerga mendengar tawa pilu gadis itu, "Hidup yang sempurna itu, harus bersama dengan hidup yang sempurna juga, Zerga. Jadi, aku sama kamu kurang cocok."

"Mau kamu apa?"

Kaluna menoleh, kedua matanya memanas tatkala menatap iris netra coklat gelap Zerga. Gadis itu semakin melebarkan senyumannya. Senyum menyakitkan yang baru Kaluna rasakan walau beribu dera ia terima, "Janji mau nurutin kemauan aku, Zerga?"

"Iya. Selagi itu semua baik, aku turutin."

"Aku mau hubungan kita cukup sampai sini," ucap Kaluna lirih. "Bukannya gak ada salahnya kalau kita menjalankan hubungan ini hanya cukup sampai pertemanan?"

-OoO-

Malam sudah kembali, ditemani dengan sinar bulan. Kaluna membuka pintu dengan hati-hati, ia menyelipkan poninya sekilas. Menatap penuh dengan kewaspadaan. Takut jika kabar dari Kakak laki-lakinya hanyalah bualan semata, demi menyaksikan dirinya dipukuli habis habisan oleh sang ayah.

"Bagus. Udah putus, dek?"

Kaluna terkejut, gadis itu mengusap dadanya singkat lalu membuang napas berat. "Sesuai perintah, sekarang apa yang harus gue lakukan?"

Laki-laki itu tersenyum tipis, seraya menarik kasar rambut Kaluna hingga sang empu meringis kesakitan. "Jauhi Wira dan Dipta-"

"Nggak bisa! Udah cukup gue putus sama Zerga, bang. Gue enggak mau kalo harus jauhi mereka berdua juga," potong Kaluna cepat. Gadis itu menatap tajam kakaknya dengan keberanian yang sudah ia kumpulkan.

"Oke?" Ia menarik satu alisnya tajam, seolah sedang mengancam Kaluna.

Dia Byron Arega Salverino. Umur mereka hanya berjarak satu tahun, namun Byron selalu merasa jika keberadaan Kaluna di rumahnya adalah bencana. Anak laki-laki itu tidak akan pernah membuat Kaluna tenang sedetikpun, ada banyak cara yang akan Byron lakukan untuk menyingkirkan Kaluna dari dunia ini.

Laki-laki itu berjalan santai mengelilingi Kaluna, tertawa meremehkan seolah keputusan gadis itu adalah kesalahan yang fatal. "Kalo begitu, mereka yang bakal ngejauhin lo, Kaluna.."

Kaluna terpancing, gadis itu tidak bisa menahan emosinya yang sudah meledak-ledak saat itu juga. Ia menarik kerah Byron dan menampar wajah kakaknya dengan sangat keras hingga terdengar suara nyaring, dan tidak lama setelah itu pintu seakan didobrak paksa oleh seseorang.

Orang tuanya sudah kembali. Mereka menyaksikan kejahatan Kaluna, lagi. Gadis itu memejamkan matanya, tidak seharusnya ia terpancing oleh akal liciknya Byron. Bukan hanya sekali ia dipermainkan seperti ini, namun berkali-kali hingga sulit bagi kedua orang tuanya untuk percaya Kaluna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Moonhaven 607Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang