Boypussy, adult, 2jae
Cerita dewasa buat yang di bawah umur bisa skip, jangan lupa kasi vote sama komen.
Dont report!
Tokoh eno sebelumnya itu mark tapi aku ganti jadi eno, jadi kalau kesebut nama mark tolong di maklumi.
Berarti nggak ngeh waktu aku verisi. Yang di nantikan dalam sebuah rumah tangga itu apa? Maka nana akan menjawab dengan percaya diri kalau rumah tangga memerlukan kehadiran 'ANAK' dia dan suaminya menti buahhati sejak dua tahun terakhir.
Jika kalian pikir di sini eno lah yang paling tersiksa karena lamanya menanti, kalian salah. Nana adalah yang paling tersiksa dan tertekan, batinnya lelah begitupun dengan raganya.
Kekhawatiran terus menguasai pikiran, khawatir akan ketidak mampuannya, khawatir jika bulan berikutnya kembali membuat eno kecewa.
Lagi-lagi dan lagi, satu garis merah yang nana dapati pada tispack. Nana harus menangis hampir satu jam di dalam kamar mandi karena merasa kecewa pada dirinya. Eno bilang nggak apa, mungkin memang belum saatnya mereka di percayakan untuk merawat seorang anak.
Eno bilang dia nggak masalah dan akan terus berusaha bersama istrinya hingga
kebahagian itu datang. Eno bilang nana nggak perlu mendengar kata-kata menyakitkan dari orang-orang.Hingga hampir tahun ketiga mereka menikah, hal yang di nanti-nanti tiba. Dua garis merah di tespack membuat kedua bola mata nana melebar, air mata jatuh karena begitu bahagianya dia.
Akhirnya penantian mereka selesai. Nana awalnya ragu, takut tispack itu salah tapi hingga tespack kelima hasilnya tetap sama yaitu dua garis merah.
Bahagia rasanya hingga sulit di jelaskan. Nana berjanji akan langsung memeluk eno nanti saat sudah pulang bekerja, dia nggak sabar memberitahukan kabar bahagia ini.
Tapi sayang. Saat eno pulang nana terpaksa mengurungkan niatnya untuk memeluk sang suami karena wajah eno nampak masam dari biasanya.
Entah mengapa eno akhir-akhir ini memang banyak diam dan melamun buat nana merasa bingung dengan suaminya.
"Mas mau minum dulu?." Tawar nana, dia tersenyum manis berharap sedikit mengurangkan lelah sang suami.
"Boleh." Eno mendongak, dia tersenyum kecil dengan wajah lelah. Perhatiannya teralih dari laptop yang masih menyala.
"Bawa kopinya kesini, sekalian ada yang mau mas omongin." Nana mengangguk, bergegas dia pergi kedapur untuk membuat kopi.
Nana pikir ini waktu yang tepat untuk memberi tahu eno tentang kehamilannya, maka dengan senyum cerah dia datang
dengan secangkir kopi dan dua tespack yang ada pada genggaman tangan."Mas kerjaannya akhir-akhir ini emang banyak ya?." Kopi di letakan di atas meja, nana juga mengambil duduk di samping eno.
Eno terdiam, tangannya berhenti mengetik di sana lalu berpindah pada beberapa berkas yang ada di atas meja hingga nana bisa menangkap satu maps coklat bertuliskan 'kantor pengadilan
agama'.Nana terdiam, menatap bingung pada maps yang eno serahkan padanya. Mata nana beralih menatap mata suaminya. Mata itu begitu dingin menatapnya.
Nggak ada eno yang selalu menatapnya hangat. Nana terkesiap, dengan tangan bergetar dia terima untuk dia buka.
"Surat gugatan cerai"
"Maksud mas apa?." Eno menghela nafas. Wajahnya kembali menghadap kedepan tanpa mau menatap pada nana.