Bagiku, tak ada yang lebih indah dari rangkaian kata-kata yang dilontarkan para pujangga. Layaknya sastrawan yang menari dengan karya prosanya, para pujangga itu menari dengan kata dan bersanding bersama kekasih pujaan hatinya. Aku melihatnya begitu indah karena bagaimanapun mereka saling tak memahami satu sama lain, mereka tersatukan dengan cinta. Seakan buta karenanya, mereka berusaha tuk mempertahankan cintanya satu sama lain, rela melakukan apapun hanya demi cinta yang menyatukan mereka.
"Bodoh banget ya, itu si kalo cinta sama cinta. Lah kalo salah satunya gak cinta gimana jadinya tuh orang." gumamnya sembari memerhatikan dua sejoli yang berteduh di bawah pohon mangga tepat di depan jendela kamarnya. Mereka asyik tertawa dan kemudian pergi dengan payung kecil yang mereka gunakan. Hujan benar-benar menambah syahdu alunan angin yang terkadang menerpa wajah dan coklat panasnya; yang sudah dingin dan belum sama sekali ia minum.
Terdengar klise, namun itulah kenyataannya. Cinta itu buta.
***
"Kakak dari tadi ngeliatin mereka? Kakak inget pacar kakak di sekolah yaa?" Tanya adikku yang tiba-tiba masuk kamarku dan mendongakkan dirinya ke jendela.
"Apaan, itu mah temen kakak doang. Gak sampe pacaran kok." Jawabku datar
"Ah kakak bohong. Masa cuman temen tapi chatannya kaya orang pacaran gini." (sembari menyodorkan ponselku yang berisi notifikasi pesan dari 'teman' ku itu)
[Rivana Aulia OSIS Sekbid 4 SMAPan : Ndee, kalo kata kamu aku mending ikut bimbel atau ikut kumpulan sama ketua OSIS?]
"Terus kok kakak gak ikut kumpulan? Katanya itu ada kumpulan sama ketua OSIS, kakak kan juga OSIS. Nanti adek bilangin mama loh kakak gak ikut kegiatan OSIS." adikku melancarkan ancamannya.
"Dia kan beda divisi sama kakak, kamu tahu kan kakak di sekbid 3. Mungkin dia ada jadwal sama Ketos buat acara di sekolah." Jawabku datar sembari membalas chat.
"Tapi kalo cuma temen kok dia nulis nama kakak huruf nya dibalik gitu, masa iya cuma temen pake nama panggilan khusus?" Tanya adikku sembari mendongak melihat ponselku
"Itu mah, dia nya duluan yang make. Tapi pas kakak gituin dianya malah ga suka, aneh emang." Jawabku setelah melempar ponsel ke kasur dan memalingkan pandanganku kembali ke pohon mangga. Dua sejoli itu sudah digantikan dengan katak yang bersenandung dan semakin menambah merdunya melodi hujan.
"Hmmm, kak Aden suka sama dia?"
"Iya suka. Banget. Suka parah. Parah dah sukanya." Jawabku datar sembari melihat hamparan awan yang semakin memutih.
"Inget kak, jangan berlebihan sukanya. Nanti kaya kakak kemaren-"
"Dewi, jangan ungkit cerita itu lagi." Jawabku menyela adikku, Dewi Lestari yang akan menyinggung cerita yang begitu membuatku terpukul dengan indahnya cinta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Dilema
Romance"Cinta adalah dilemaku, namun di dalam dilema itu ada cinta yang selalu kudambakan." Gumamnya selepas mengusap sembab di mukanya. Mencoba tuk melerai pikirannya yang terus bergelut dengan isi hatinya. Ia kini hanyalah seseorang yang hidup tanpa berp...