Prolog
Suara deru ponsel yang dia taruh di saku celana itu menganggu nya, dia sedang memindah-mindahkan meja meja untuk disusun di lapangan. Sebentar dia berhenti untuk mengangkat ponselnya,
(Tante)
Sedikit mengerutkan kening nya saat melihat nama kontak yang dia baca, tumben sekali ibu sahabat nya telfon. Segera tanpa pikir panjang dia angkat, "ya, halo tante. Ada apa ya tan?" Nadanya sedikit heboh.Beberapa detik tidak ada suara sampai dia harus mengulang pertanyaan lagi,
"Nak, sejak tadi pagi otak teman mu sudah berhenti berfungsi" Suara berat wanita paru baya itu begitu berat seolah menahan sesuatu.
Dia tak paham, "bukannya sudah dari dulu tan gak berfungsi nya?"
Tarikan nafas berat terdengar dari sebrang sana, "Nak.. " Lalu isak itu terdengar. "Temanmu sudah tidak ada" Wanita paru baya itu benar-benar sudah menumpahkan semua nya, saat mendengar itu rasa sesak didadanya menjulur cepat ke sekujur badan.
"Gak mungkin." Dia membantah, "baru kemarin kami bersama dan dia baik-baik saja"
"Kamu datang ya, dia menitipkan sesuatu untuk mu"
Semuanya terdengar konyol di logikanya, kapan dia tidak menyadari bahwa teman baiknya sesakit itu?
"Tante minta tolong kamu kabarin ya ke teman-teman yang lain, ya?"
Dia manahan nafasnya beberapa detik, menahan air mata yang ingin keluar. "Iya tante"
Dia memulai lelucon yang membuat seluruh dunia menangis, terlalu lama saat aku baru menyadari bahwa lelucon yang selalu dia buat untukku.
.
.
.|1|
KenanganAda dua tipe murid saat sekolah,
Ada Jang in. Dia membentangkan kertas gambarnya, terlihat lukisan yang begitu indah menggambarkan sebuah pantai dengan langit merah orange. Di gambar itu juga ada seorang pemuda yang seolah sedang menatap matahari tenggelam di sana, semua terpukau melihat gambaran itu.
"Saat liburan sekolah saya pergi kepantai pancuran" Jelasnya dengan tenang.
Pak guru tersenyum, dia menepuk bahu Jang in sebagai respect. Ketika wali kelas lainnya memberi tugas untuk membuat cerpen, pak yanto yang tidak kehabisan ide malah menugaskan anak muridnya untuk melukiskan nya.
Brak!
Suara pintu kelas yang seperti terdorong, membuat semua perhatian langsung teralih kepada nya.Seorang pemuda dengan senyum tengilnya, dia menggendong tas ransel yang seperti nya isinya ringan. Dia mengahadap pak yanto,
"Iqbal, alasan apa lagi yang mau kamu katakan" Seakan sudah terbiasa dengan anak murid kesayangannya itu.
Iqbal menggaruk pelan kepalanya, lalu menegakan badannya. "Pak saya tadi itu sudah berangkat dari setengah lima pagi" Ucapnya santai.
Ekspresi seluruh kelas langsung mengerutkan kening secara bersamaan saat mendengar itu.
"Pas jalan lewat pasar.. saya lihat ada perempuan yang dompet nya lagi di jambret, lah liat begitu saya sebagai laki-laki sejati ini langsung otw bantu ngejar jambret itulah pak- aaaaaa! " Belum selesai menjelaskan telinga iqbal sudah dijewer pak Yanto karena mungkin dia tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. I
Teen Fiction"Nak, sejak tadi pagi otak teman mu sudah berhenti berfungsi" Suara berat wanita paru baya itu begitu berat seolah menahan sesuatu. Dia tak paham, "bukannya sudah dari dulu tidak berfungsi nya tante?" Tarikan nafas berat terdengar dari sebrang sana...