𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!!!
"Ngelamun teros! Gue do'ain biar kesambet setan lo, banyak banget kayaknya beban lo dari pelajaran tadi."
Ziva merasa jengah akan sifat teman satu bangkunya sekarang ini, sejak tadi Stella terlihat melamun menatap kosong kala guru menjelaskan didepan, sesekali gadis itu berdecak, mengerutkan alis dan bergumam tidak jelas, Ziva takut Stella benar-benar kesurupan nanti.
"Stel!"
"Eh iya?" Stella mengerjap mendapatkan tepukan di bahunya.
Kenapa Ziva menatapnya seperti itu? Gadis itu mendekatkan wajahnya dengan mata menyipit untuk melihat lebih jeli.
"Bibir lo lebih tebel dari yang tadi ya?"
Manik hazel itu membulat sekejap dengan merah dipipi yang menjalar sampai telinga sebelum Stella menggulum bibirnya yang terasa perih dengan wajah di palingkan.
"G--gue alergi pake lipgloss tadi, itu doang."
Ziva memutar malas bola matanya, "Iyadeh percaya gue pura-pura bego aja."
"Lo kenapa si?! Coba cerita sini jangan dipendem Stel gapapa lo bisa adu nasib sama gue," ditariknya kepala Stella untuk bersandar dibahu Ziva, "Ngomong ege, diem bae lo gue takut kena sawan lo nanti."
"Sembarangan!" Stella menghela nafas.
Sejujurnya jika saja Alghafar tidak mengucapkan kata-kata itu mungkin ia tidak akan terus terfikir sampai sekarang, mengapa cowok itu malah menyukainya dan bukan Thea padahal dalam cerita Alghafar itu tipikal pasangan yang posesif bahkan menghalalkan segala cara demi mengikat Alethea untuk dirinya sendiri, dia bahkan membunuh keluarganya termasuk Stella juga, membuat Thea hanya bergantung padanya meski mendapatkan penolakan berkali kali.
"Oh, iya. Alghafar tadi bawa lo kemana? Gitu banget dia sama Thea padahal Kakak lo kan tunangan nya ya," Ziva memecah hening karena Stella masih tak kunjung berbicara.
"Itu yang jadi fikiran gue sekarang Ziv, gue ... gue gak mau jadi ipar adalah maut buat Kakak gue," gumam lirih Stella.
"Emang Alghafar ngapain lo? Dia suka sama lo?" detik itu juga Stella menjauhkan diri menatap Ziva seolah terkejut, "Yaelah gue udah tau kali, dilihat dari gelagatnya juga udah keliatan dia sukanya sama lo, makannya gue bingung waktu Alghafar suka lo tapi dia malah nerima perjodohan sama Kakak lo."
Karena mereka udah terikat takdir author! Batin Stella.
"Apa gue bilang, sejak awal harusnya lo gausah nyari masalah sama Alghafar jadi rumit kan."
"Gue nyari masalah? Maksudnya?" Stella menaikan sebelah alisnya menghadapkan tubuh ke Ziva.
"Iya, kan lo sendiri yang waktu itu so-soan jadi pahlawan kesiangan buat nolongin Kak Algha yang baru jatuh pas latihan."
"Bisa lo jelasin lebih rinci?!" ucap Stella merasa ada yang janggal.
"Ck, jadi gini. Waktu istirahat kita otw ke kantin waktu itu, tapi tiba-tiba aja lo jadi saksi gimana Kak Algha jatuh saat ngejar bola voli nya dan berakhir kaki cowok itu lecet, gue udah larang lo yang mau nyamperin karena dia tipikal anti cewek tapi lo ngeyel pake bawa-bawa atas dasar kemanusiaan."
"Tunggu! Bukannya yang ngobatin Alghafar itu Kak Thea ya?" sela Stella dengan kerutan dalam diantara alisnya.
"Mana gue tau, mungkin iya soalnya lo cuman nganterin dia ke depan UKS nya."
Deg! Fakta gelap apa ini?! Kenapa ada scene seperti ini?! Stella tidak pernah membaca chapter dimana Stella sudah berjumpa dengan Alghafar untuk pertama kali lebih dulu daripada Thea, apalagi membantunya ke UKS saat harusnya dari tempat itu Alghafar memulai kisah cintanya pada Alethea.

KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonis't Little Sister(Ending)
General Fiction(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 6) ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ______________ Dalam novel berjudul 'kisah untuk Alghafar' karakter laki-laki itu digambarkan sebagai sosok dingin yang tak suka menebar senyum...