Pagi hari ini, Gistara tengah bersiap di kediaman sang ayah yang berada di Bogor. Gistara bersiap untuk bertugas mengawal ibu negara yaitu ibu Irianti Driyono, istri dari Bapak Joko Driyono, presiden RI ke 7."Berangkat sekarang tah nduk??" tanya sang ayah.
"Iya nih pah, Gistara ada jadwal ngawal ibu buat pertemuan sama menteri yang lain. Papah datang, kan?"
"Datang kok, tapi siang nanti. Sarapan dulu jangan lupa, kamu itu sering banget lupa sama sarapan harus di ingetin muluu"
"Maaf ya pah, kadang kan Gistara buru buru ngejar waktu. Sekarang ayo kita sarapan bareng, papah juga belum sarapan kan? jadi kita sarapan bareng!"
Gistara memang sangatlah dekat dengan sang ayah, kedua orang tuanya sudah berpisah sejak dirinya berusia 5 tahun. Dan semenjak dewasa, Gistara tinggal bersama sang ayah sedangkan sang kakak tinggal bersama ibunda.
"Hari ini jadwal papah ngapain aja?"
"Coba kamu tanya mas mu itu, dia yang urusin semuanya. Oh iya, papah dengar kamu lusa kenaikkan pangkat toh?"
"Iya pah, Gistara lusa kenaikkan pangkat. Ga nyangka ya pah, Gistara udah sampai di tingkat mayor. Ibu harus tau ini kan pah, aduh mas Gito juga harus tau aku lupa belum bilang ke mereka"
"Kasih tau ibu dan mas mu jangan lupa. Papah ga sangka, anak gadis papah udah jadi mayor sebentar lagi. Papah bangga sama kamu, sebelum nya papah minta maaf karena waktu itu udah maksa kamu buat jadi seperti papah, papah merasa bersalah sama kamu. Maafin papah ya, nak? Maafin papah dan ibu belum bisa kasih kamu keluarga yang selalu kamu impikan selama ini..." ucap sang Ayah.
Gistara terdiam, air sudah menggenang di kelopak matanya. Selama ini, cita citanya adalah menjadi seorang pengacara namun sayang nya impian nya harus terkubur sedalam dalamnya demi sang ayah. Gistara harus mendaftarkan dirinya di Akademi Militer karena kemauan sang ayah saat itu, dirinya sempat menolak dengan keras bahkan sampai kabur ke rumah sang ibu. Tetapi sejauh apapun dirinya melarikan diri, ayah nya tetap akan menemukan nya. Gistara mau tidak mau menuruti itu semua, seiring berjalannya waktu Gistara menerima takdirnya. Lulus dengan predikat terbaik dan berhasil memperoleh pangkat Letnan dua saat itu, diumur yang masih muda Gistara berhasil lulus.
"Pah, Gistara juga minta maaf sama papah karena udah berontak waktu itu. Mungkin, kalau Gistara berontak dan nolak papah buat daftarin Gistara, sekarang Gistara ga seperti ini. Ga pakai seragam yang selalu papah tunjukin ke Gistara. Papah gausah khawatir tentang semuanya, Gistara sekarang bahagia dengan keadaan yang sekarang. Terimakasih udah merawat Gistara dengan penuh kasih sayang, pah.." ucap Gistara di iringi dengan tangisan nya.
Pak Pramoedya memeluk anak gadisnya itu, keduanya memang selalu meluangkan waktu untuk berbicara entah di pagi atau malam hari. Pak Pram selalu mendengarkan semua cerita anak gadisnya, apalagi semenjak anak gadisnya itu menuruti semua keinginan nya.
"Udah ah anak gadis papah kok malah nangis, udah jam setengah tujuh sana berangkat! macet jam segini kalau di Jakarta. Gausah nangis, nanti ilang cantiknya" Ucap Pak Pram dengan sangat lembut.
"Papah duluan yang mulai bukan Gisa, yaudah Gisa berangkat dulu ya pah! see you pah. love you!" pamit Gistara.
"Love you to anak gadis papah, hati - hati bawa mobil nya!"
Gistara mengendarai mobil nya sendiri menuju istana negara Bogor, jadwal nya hari ini tidak terlalu padat seperti biasanya. Hanya saja, dirinya harus pergi kedua kota pada hari ini, Pagi ini berada di Bogor dan siang nanti berada di Jakarta untuk mengawal ibu negara dan sore nya terbang menuju Kalimantan dan juga Yogyakarta.
📍 Istana negara Bogor.
Gistara sudah tiba di Istana negara yang terletak di Bogor, dirinya kini tengah berjalan menuju ruangan nya sendiri. Dirinya sudah hampir 5 tahun lamanya mengawal ibu Irianti Driyono, di periode kedua pak Joko Driyono menjadi presiden dirinya terpilih untuk menjadi ajudan sang ibu negara. Dan Gistara juga sudah lebih dulu menjadi bagian anggot pengawalan daripada Syarif dan Tama.
"Selamat pagi ibu, ini saya bawakan teh hijau hangat untuk ibu"
Gistara memang sudah sangat lah dekat dengan ibu Irianti, terhitung sudah lama juga Gistara mengawal nya kemana pun.
"Pagi juga Gisa! astaga, terimakasih loh teh nya. Kamu udah sarapan? macet ga di jalan nya tadi?" tanya bu Irianti.
"Saya sudah sarapan tadi bu, di jalan tadi tidak terlalu macet. Aman terkendali pokoknya mah! oh iya, ibu hari ini jadwal kita yaitu pergi bersama bapak untuk hadir di acara pertemuan bersama menteri, setelah itu kita pergi menuju Kalimantan untuk meninjau lokasi pembangunan IKN lalu setelah itu kita pergi ke Yogyakarta untuk menghadiri undangan pernikahan" jelas Gistara.
"Waduh banyak juga, ya? Nanti tolong bawain mantel saya sama tolak angin ya gis, kamu ga bawa apa apa tah??" tanya bu Irianti.
"Saya sudah membawa beberapa pakaian kok bu, saya taro di ruangan saya tadi. Saya izin keluar sebentar, ya bu ada yang perlu di bahas dengan yang lainnya."
"Oh iya iya! Silahkan, terimakasih yo teh nya!"
"Sama sama ibu. Saya izin dulu, mari buk" pamit nya.
Gistara pergi dengan sedikit berlari menuju ruangan dimana para ajudan presiden berkumpul, dirinya di sana memang paling muda umur nya tetapi dirinya lebih dulu bergabung dengan ibu Irianti dan Bapak Joko Driyono.
"Ada apa ini? maaf saya terlambat, tadi saya sedang bersama ibu. Ada apa?"
"Ini Gis, si Tama mau izin undur diri soalnya mau lanjut pendidikan di Amerika." ucap Syarif.
"Bang Tama? oh ya, udah bilang ke bapak? saya si gapapa, masih bisa cari pengganti nya bang Tama nanti untuk sementara waktu"
"Saya udah bilang ke bapak, minggu depan saya berangkat. Kemungkinan besar saya ga akan jadi ajudan bapak lagi, saya di pindah tugaskan jadi ajudan menhan setelah selesai pendidikan" jawab Tama.
"Menhan? yasudah bang. Semangat, ada yang perlu di bicarakan lagi? kalau tidak ayo kita siap siap sebentar lagi waktunya untuk berangkat ke Jakarta"
Gistara pergi lebih dulu dan pergi menyiapkan semua keperluan untuk ibu Irianti nantinya.
Gistara tidak terlalu dekat dengan Tama, dirinya lebih dekat dengan Syarif yang sudah dianggap nya sebagai abang. Tama bergabung bersama Syarif pada setelah satu tahun lamanya Gistara bergabung. Tama susah untuk di ajak bicara, bahkan sangat cuek pada Gistara entah karena apa dan itu membuat Gistara kurang menyukai nya.
09.00 WIB.
Istana Negara yang terletak di Jakarta Pusat kini sudah ramai dengan para kabinet Indonesia maju, para menteri sudah tiba disana lebih dulu. Gistara sedang mempersiapkan kursi untuk ibu Irianti nanti nya duduk, dirinya melihat sang papah sedang bercakap dengan Menteri Pertanian dan juga beberapa orang lainnya.
"Kita udah bisa masuk sekarang, kondisi udah aman" ucap Syarif lewat walkie talkie.
"Oke bang, ibu sebentar lagi ke sana. Bapak sudah standby sama bang Tama, udah jalan lebih dulu saya lagi nunggu ibu sebentar " sahut Gistara.
Tidak berselang lama ibu Irianti dan pak Joko Driyono sudah memasuki ruangan, Gistara langsung mengambil posisi nya berada di belakang ibu Irianti bersama dengan beberapa Paspampres lainnya.
"Mbak Gis, duduk aja itu di sana udah di siapin kursi sama Akp Syarif. Duduk aja mbak, rapat nya juga lumayan lama soalnya"
"Ah ya, terimakasih pak Bimo. Saya mau ke sana sebentar ambil barang saya, titip ibu sebentar. Saya ga lama kok!"
"Iya mbak, ambil aja dulu barang nya. Gausah buru buru banget"
"Kalau saya lama kerjanya yang ada saya kena pecat dong nanti, gimana si pak Bimo ini" ledek Gistara.
"Kan mbak Gisa udah kaya walaupun ga jadi ajudan juga haha! udah mbak di ambil dulu barangnya, abis itu kesini lagi"
"Iya pak Bim, saya permisi sebentar ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagian di Antara kita
RomanceHai ini cerita author yang ketiga, semoga suka ya🥳❗ Gadis cantik bernama Gistara Maheswari Candana, biasanya gadis cantik itu selalu di panggil dengan nama Ara atau Gistara. Seorang gadis cantik keturunan Jawa dan Manado, Gistara merupakan seorang...