Mari berkenalan

50 5 0
                                    










Pagi itu cuaca cukup baik. Cerah berawan, baguslah! Karna raka sangat membenci terik matahari. Hal itu bisa membakar kulitnya yang putih. Raka itu tidak banci seperti yang orang katakan. Ia keren, tampan dan juga berkharisma. Ia tak suka mengenakan pakaian wanita apalagi ber makeup. Raka itu hanya anak normal pada umumnya. Ya, hanya saja raka itu pria yang sangat pandai dan disiplin.

Seperti biasa, raka akan mengenakan jaket sweater biru miliknya. Mengenakan pakaian putih dan celana abu abu yang pas di tubuhnya. Menyemprotkan sedikit parfum di area belakang leher, lipatan lengan, dan pergelangan tangannya. Ahhh, wanginya sangat menggoda!

Raka lantas berjalan menuju meja makan dan menikmati sarapan nasi goreng yang sudah di siapkan oleh ibunya.

"Jangan buru buru makanya" Ujar ibu raka. Ranti, begitu orang memanggilnya.

"Engga kok, raka santai aja" Jawab raka. Setelah itu tidak ada perbincangan lagi. Hanya di temani dentingan sendok makan yang beradu.

"Ayah kemana? belum bangun?" Tanya raka seraya mengelap pinggiran mulutnya mengenakan tisu yang sudah tersedia diatas meja makan. Ranti yang mendengar itupun menggeleng.

"Enggak, subuh tadi ayahmu udah ngejar flight ke luar kota. Pembangunan cabang baru katanya" Terang ranti. Raka memutar bola matanya malas.

"Belakangan ini ayah sibuk banget" Ujar raka. Ranti mengangguk sedih seraya menegakkan tubuhnya dan membawa piringnya serta piring raka ke wastafel. "Iya, setelah ayahmu naik pangkat. Waktunya dirumah makin sedikit" Ujar ranti. Raka meminum airnya dalam sekali teguk. Lantas ia menghampiri ranti dan meraih jemarinya yang sedikit basah oleh air. Raka mencium punggung tangan ranti, lantas bergantian mencium pipinya.

"Yaudah bu, raka berangkat. Udah mau telat" Setelah berucap demikian. Ranti mengangguk dan raka pun berlalu menuju garase. Ia memanaskan motor matic keluaran terbaru tahun lalu.

Lima menit setelahnya raka berangkat pergi meninggalkan rumahnya menuju sekolah.

...

Di sisi lain, ada sosok pria yang nampak kacau. Walaupun jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Namun sosoknya masih berjalan gontai menuju kamar mandi.

Bagas. Begitu orang memanggil sosok itu. Pria ceroboh, nakal dan jahil yang sialnya berwajah sangat tampan. Meski dengan segala hal buruk yang melekat dengannya, tak lantas membuat bagas di hindari oleh orang orang di sekolahnya. Atau bisa di katakan banyak wanita yang tertarik untuk kenal dan berusaha untuk menjadi kekasih bagas.

Betapa beruntungnya ia.

Namun Bagas tak membuang sia sia kesempatan itu. Justru bagas menggunakan kelebihannya dengan baik. Ok, coba saja kalian tanyakan satu per satu wanita cantik yang berada di seluruh penjuru sekolahnya. Apakah mereka sudah pernah berkencan dengan bagas? Jawaban mereka pasti iya! Dan mereka semua bangga akan hal itu. Atau mungkin beberapa tidak.

Seperti kemarin. Astaga! kemarin merupakan hari yang cukup sial bagi bagas. Karna salah satu kekasihnya mengetahuinya bahwa ia memiliki kekasih yang lain. Anggap saja bagas berselingkuh. Bukan anggap, tapi memang berselingkuh. Karna hal itu pun bagas mendapat satu tamparan telak di pipinya. Astaga itu terasa sangat panas dan perih setelahnya. Bagas hanya bisa menggeram kesal jika mengingat itu.

Sebenarnya bekas tamparan itu membekas di pipi bagas hingga hari ini. Bagas memperhatikan memar kemerahan yang mulai memudar namun masih terlihat itu di pipinya. Lantas ia menggeram lagi.

Bagas pun mengenakan pakaiannya sembarangan. Tanpa sabuk, tanpa dasi, kemejanya yang tak ia masukan, dan jangan lupakan lengan bajunya yang ia lipa dua kali lebih pendek.

Kini penampilan berantakan (yang di anggap keren oleh bagas ) itupun selesai. Bagas mengambil tas gendongnya yang ringan seringan angin itu dan hanya menggantungnya di bahu yang satunya saja. Kemudian jalan menuruni tangga. Ia berhenti sejenak memperhatikan ruang makan. Hening dan sepi. Tak ada aktifitas disana. Tak ada kehangatan lagi. Tawa samar samar di kepala bagas itupun perlahan mulai hilang dan terlupakan. Bagas berpaling, dengan perasaan campur aduk bagas pergi menuju garase motornya. Ia memanaskan motor Moge yang sudah modif sedikit itu lantas mengeluarkannya dari garase.

Bagas mengenakan perlengkapannya. Sedikit menghela napas, lalu ia pun berangkat menuju kesekolahnya.

...

srashhhhhh

Bunyi air yang mengucur dari keran wastafel. Disana terdapat raka yang tengah membasuh jemarinya. Ia baru saja buang air kecil.

Saat ini sudah pukul delapan. Jam pelajaran pertama pun sudah di mulai. Di tengah pelajaran raka pun meminta izin untuk pergi ke toilet.

Setelah usai dengan kegiatannya. Raka pun mengibas ngibaskan tangannya. Ia menarik tisu yang tergantung tembok sebelah kananya dan mulai mengeringkan jemarinya. Sembari berkaca,  Raka pun kembali teringat akan kejadian kemarin, dimana bagas mendapat satu tamparan telak dari Cindy, kakak kelasnya yang juga kekasih bagas pada saat itu. Raka terkikik kecil, ia pun membuang gumpalan tisu yang sudah basah itu kedalam tempat sampah.

Setelahnya raka berjalan menuju pintu ia membuka pintu itu dan sedetik kemudian tubuhnya terhuyung kebelakang dan hampir terjatuh.

"ANJING" Teriak raka.

"BANGSAT" Teriak orang lain disana.

Orang itu bagas, ia menoleh kearah raka yang menatapnya sengit. Perlahan kedua alis bagas pun menukik sempurna. Bagas menggeram seraya memegang pundaknya yang baru saja terbentur kuat dengan pundak Raka. Begitupun raka, ia mengelus elus pundaknya seraya menatap tajam kedalam mata bagas.

"Maksud lo apa nabrak gua anjing" Sengit raka mendahului. "Gausa nyolot dong, lagian lu yang nabrak gua kok!" Balas bagas tak kalah sengit. Melihat ekspresi raka yang seakan menantangnya, bagas pun tak segan menggaet kerah baju raka dan mendekatkan tubuh mereka.

"Eh banci, lu jangan cari masalah ya ama gua. Mood gua lagi jelek! salah nanti gua patahin leher lu" Ujar bagas. Mendengar itupun raka tak tinggal diam, ia memasukan kedua tangannya ketengah tengah tubuh mereka berdua. Dengan sekuat tenaga ia lantas menyibak kedua tangan bagas yang menggaet kerah bajunya. Kini keadaan berbalik. Raka memegang kendali, ia kini menggaet kerah baju bagas lebih kuat, bahkan sampai memutuskan satu kancing kemeja bagas.

"Denger ya lo BABI. Lo kira lo doang yang bisa teriak teriak" Ujar raka dengan penuh penekanan pada kata hewan tersebut. Mata raka melirik kearah pipi bagas yang masih terdapat memar kemerahan. Bagas yang melihat arah lirikan raka itupun merasa malu dan kesal. Ia dengan sekuat tenaga lantas melepaskan genggaman tangan raka di kerah bajunya. "Bangsat!" Umpat bagas seraya membenahi pakaiannya.

"Ha ha ha, Kasian banget yang di tampar cewek kemaren" Tawa sarkas raka. Kalimatnya itupun mampu mendidihkan darah bagas hingga ke puncak kemarahannya. "Kenapa? mau marah? mau mukul gue?"

"Pukul aja kalo berani"

Bagas yang di tantang sedemikian rupa itupun semakin mendidih. Ia lantas tanpa banyak kata bagas melayangkan pukulan kearah pipi raka. Raka sedikit menghindar agar pukulan bagas tak begitu berdampak pada wajahnya. Raka mundur sedikit. Senyum sinis pun muncul di sudut pipi raka. Bagas memicingkan alis dan matanya. Sedetik kemudian...

" BAGAS! KERUANGAN SAYA SEKARANG!" Teriak seorang pria tinggi dengan pakaian batik khas nya. Pada name tag nya terdapat tulisan...Windu.

"Astaga mati gue" Ujar bagas dalam hati. Selanjutnya bagas hanya bisa pasrah tat kala pria itu, kita sebut saja bapak windu menarik lengan bagas untuk mengikutinya keruangan BK.

"HA HA HA HA GUA MENANG LAGI" Raka.


bersambung...

BA'RA | Bagas dan Raka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang