“Ah... ah, Angkasa...,” desahku setiap ada kesempatan.
Aku nggak menyangka, ciuman kecil yang terjadi di tepi danau waktu itu ternyata akan menjadi ciuman seperti ini jika aku membiarkannya. Angkasa melumat bibirku ganas, membuatku tak bisa melakukan apapun selain meningkahi gerakan lincah bibirnya. Dia pasti sudah mencium puluhan gadis dan membuat mereka tak berkutik, persis seperti apa yang terjadi padaku sekarang. Aku terengah-engah. Mulutku membuka kecil untuk bernapas, tapi Angkasa terus menyerang. Dia memasukkan lidahnya ke mulut dan membelit lidahku. Ludahnya membasahi bibirku... selain itu... ada yang lain yang basah di tubuhku... bahkan tanpa tersentuh oleh apapun....
Di punggungku, tangan-tangan Angkasa menggerayangiku. Dia mengelus, memijat otot-otot tipis di dekat pengait penutup dadaku. Sepertinya, dia berusaha melepaskannya. Aku merasakan kepanikan membayangkan Angkasa akan membuka bra dan melihat payudaraku. Aku berusaha bergerak menghalanginya, tapi gerakanku justru terasa seirama dengan sentuhan Angkasa yang menjelajah. Seirama dengan mulutnya yang melahap mulut dan lidahku, aku tak tahu harus bagaimana.
“Angkasa...,” rengekku. Menjulukkan tubuh melepaskan diri dari ciumannya yang semakin panas dan menyulitkanku untuk bernapas. Seluruh wajah dan tubuhku memanas, sesuatu di balik celana dalamku luar biasa menghangat. Aku merasakan adanya aliran di sana, merembes membasahi celana. Tanpa kusadar, tubuhku yang menjuluk justru seperti mempersembahkan buah dadaku ke mulut Angkasa. Dengan tepat, dia mencaploknya. Aku menjerit malu, tubuhku mengejang. Tangan Angkasa di balik kaus sudah berada di depan memijat payudaraku yang longgar. Entah sejak kapan dia berhasl membuka kaitnya.
Aku baru akan meronta. Aku tahu Angkasa akan segera menyingkap kaus dan mencium putingku yang keras. Namun, Angkasa bergerak lebih cepat membantingku ke atas ranjang dan menindih. Tangannya mengangkat pahaku agar membelit pinggangnya, aku melakukannya dengan pasrah. Di balik kausku, tangan-tangan Angkasa sudah menjamah buah dada dan putingku. Dia hanya masih menunda mengulum dengan menciumi leherku.
Putingku... oh... aku tak pernah merasakan hal seperti ini. Aku pernah menyentuhnya dengan jariku sendiri dan merasakan nikmat, tapi tidak seperti ini. Tubuhku bergerak menggelinjang dengan sendirinya, mulutku merengek dan mendesah secara bersamaan. Aku tak tahu apa yang kuinginkan, lepas dari tangan Angkasa yang begitu nakal, atau menikmatinya. Payudaraku terjamah seluruhnya, Angkasa memijat dan memilin puting di balik bra-ku yang sudah lepas kaitnya.
Sebelum dia menyingkap kausku, dia menemui bibirku lagi dan mencium hangat, “Sudah? Sampai di sini?” tanyanya.
“Apa yang akan kamu lakukan?” tanyaku, agak tak rela dia menyudahinya, tapi terlalu malu untuk memintanya melanjutkan. Sambil bertanya, Angkasa masih terus mengayun pinggulnya dan tungkaiku mengikat erat pinggangnya. Dalam jarak sedekat ini, Angkasa terlihat sangat tampan dan perkasa.
Tubuhnya sudah jauh lebih tinggi dan atletis. Dia memiliki lekuk-lekuk otot liat yang memukau. Di kepalaku, aku merasa tidak sudi menyerahkah tubuh dengan sukarela mengingat dia pasti sudah meniduri banyak gadis sampai bisa selihai ini. Namun, aku ingin tahu lebih banyak. Ingin merasakan lebih banyak. Rasanya, tak mungkin ada lagi pria lain yang bisa menunjukkannya padaku selihai Angkasa. Aku ingin saat bersentuhan dengan Tama, aku sudah bisa menguasai diri. Aku tak ingin membuat Tama takut dengan kepolosanku dan menjadikannya ragu memilikiku.
“Aku akan melakukan hal yang pasti akan dilakukan orang yang kamu sukai dalam posisi seperti ini,” kata Angkasa. “Aku akan membuka kaus dan bra-mu... menelanjangi bagian atas tubuhmu... lalu mengecup putingmu... mengulumnya, dan bermain-main lebih lama di sana. Kalau kamu belum siap... kita bisa berhenti di sini....”
“Ah... eum... aku....”
“Kamu ingin tahu?” tanya Angkasa. “Relaks dulu... dan rasakan apa yang kulakukan pada buah dada dan putingmu dengan tangan dan jariku. Okay? Kalau kupikir kamu bisa mengatasinya... aku akan melanjutkannya. Bagaimana?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajari Aku Bercint4
RomanceSpin off Angkasa (Dari cerita Teman Tapi Bercint4) Selma Andana masih tinggal di sebuah kota terpencil sampai usianya menginjak delapan belas tahun. Dia selalu berharap suatu hari ia bisa melanjutkan sekolah dan bekerja di kota, tapi itu tak mungkin...