1. Prolog

2 0 0
                                    

Seorang gadis setinggi 162 cm dengan rambut sepinggang bergelombang, mata coklat jernih, wajah tirus kulit putih dan baju tunik biru tua tengah berdiri di hadapan gerbang besar. Ada gapura yang diatasnya terdapat hologram terpancar. Ia juga memerhatikan orang yang lalu lalang. Rata-rata tampak jelas bahwa orang-orang itu berasal dari keluarga alangan atas. Friska menatap layar hologram besar di hadapannya dengan kagum menengadah. Sebuah tulisan menyambut terpampang di layar tersebut.

''SELAMAT DATANG PESERTA DIDIK BARU LUMIERE SCHOOL! MASA DEPAN ADA DI TANGANMU! AYO BERJUANG DAN KEJARLAH IMPIANMU!''

Ia pun menoleh ke orang di sebelahnya yang baru selesai parkir mobil. Pria tinggi dengan perawakan gagah itu tersenyum, menatapnya hangat penuh kasih sayang.

"Ayo nak, papa Antar" Ajak papa nya. 

Friska tersenyum dan mengangguk. Ia menatap sekolah itu dengan yakin. Sekolah itu pasti bisa membantunya menjadi berhasil dan sukses di masa depan. Sekolah itu adalah Lumiere School, yang ia tahu kata itu berasal dari bahasa Yunani yaitu Luminos = cahaya. Dan ya- dari luarnya saja sekolah ini sudah tampak sangat bersinar. Apalagi, sekolah ini memiliki fasilitas yang lengkap. Ia siap menjadi murid beasiswa yang rumornya dihormati semua orang sampai presiden dan bangsawan kalangan atas membungkuk. Meski papa nya hanya kepala perpustakaan kota yang tidak begitu kaya, ia bangga pada keluarganya Karena artinya, keluarganya berhasil mendidiknya dengan baik sampai detik ini. 

Friska dan papa nya mendatangi para pemandu PPDB di stan mereka. Lalu Friska pun berbicara dengan pemandu dan ia pun diarahkan oleh pemandu itu ke kamar yang didapatkannya.

"Adek Friska mari, ke arah sini" ajak pemandu tersebut. 

Friska dan papa nya berjalan mengikuti pemandu tersebut. Begitu memasuki gerbang asrama Blackrose, Friska dikejutkan dengan pemandangan yang luar biasa mengagumkan. Bangunan asrama yang berwarna hitam dengan dengan ukiran bunga mawar berwarna emas yang elok, suasana tentram, rapih, sejuk dengan halaman luas, kolam renang outdoor yang berair jernih. bunga-bunga mawar yang tersusun indah di semaknya, semua itu memanjakan matanya Tambahlah lorong kamar yang berpola sulur dengan cat putih, juga pintu-pintu kamar yang indah. LS benar-benar berkelas.

Setelah dibawa keliling oleh pemandu, akhirnya mereka sampai di depan kamar yang ia tempati. Pintu berbingkai ukiran bunga mawar dengan nomor "02" di tengahnya itu terbuka begitu saja. Ada orang lain yang sudah berada di dalam sedang membereskan barang-barangnya. Papa Friska alias Eddie, berpamitan dengan Friska di ambang pintu. 

"Nak, papa pamit ya, jadilah anak yang baik. Papa yakin, impianmu bisa tercapai" ucap Eddie.

 Friska menelan ludah, gugup. Ia akan segera ditinggalkan orang tuanya dan mendiami kamar ini sampai lulus. Ia hanya bisa pulang  satu semester 1 kali. Ia pun memeluk orang tua itu dengan tangisan yang di tahannya.

"iya pa, hati-hati di jalan"

Setelah beberapa saat memeluk papa nya, Friska akhirnya menyeret koper, memasuki kamar luat tersebut yang tampaknya malah seperti rumah. Sesaat, 4 orang yang sedang membereskan barang di kamarnya itu menatapnya.

"Eee.. hai, permisi" ucap Friska menyapa mereka pelan. 

"Oh ya, hai! Santai aja, kita semua lagi beres-beres" balas seorang remaja laki-laki yang sedang menata barang di lemari nya dengan senyum. Lalu seorang remaja laki-laki mendatanginya.

"Kamu Friska Anatasia kan?" tanya orang itu.

Friska mengangguk. Siapa dia? pikirnya sesaat. Remaja laki-laki dengan rambut dikesampingkan dan tinggi serta mata tajam itu tersenyum, ia membawa sebuah papan yang ada kertas diatasnya. Lalu laki-laki itu mengulurkan tangannya

A Piece Of PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang