"ini semua takdir"

0 0 0
                                    

Gadis cantik dengan tubuh yang mungil, kulit sawo matang dan memakai kacamata terlihat sangat bersemangat pergi ke sekolah
"hari ini, hari pertama gue jadi anak SMP, udah pake rok biru aja haha." Bergegas meyuruh ayahnya untuk cepat mengantar ia sekolah membuat kedua orang tua Jovita bersemangat denga sikap semangat yang diberikan oleh Jovita.
"hati hati ya nak" doa dari ibunya.

Sesampainya ia bertemu dengan banyak orang di sekolah, bertemu dengan berbagai Kaka kelas, ibu guru dan bapa guru, hari pertama di sekolah Jovita disuruh perkenalan nama di kelas, itu sudah hal biasa bukan yang dilakukan saat memasuki kelas baru.

"hai kenalin nama saya Jovita dwijayanti zynand, kalian bisa panggil saya Jo" perkenalan singkat seperti itu yang Jovita sampaikan, tetapi ada salah satu teman yang ia tidak kenal menyeletuk padanya
"Jo? kaya nama cowo, hahahahahaha." Baru pertama masuk kelas sudah bertemu dengan teman seperti itu, lalu selanjut bagimana jika harus menghadapi teman yang bersikap seperti orang membully.

Bel istirahat berbunyi, gue dan 2 sohib gue berkumpul dalam 1 meja untuk menyantap makanan yang kami beli di kantin, "eh lo pada tau ga nama yang tadi ketawain nama gw?.", "enggak Jo, gue aja baru kenalan sama lu berdua, gimana gw bisa tau nama dia." sahut ayu. Betul kata ayu kita aja baru masuk ga mungkin langsung ingat nama dia siapa.

"Hai maafin gue, btw gw dinar."
"oh iya, gapapa Sans aja gw juga ga anggap serius, mau kenalan sambil temanan juga nih?." berlaga sok asik yang Jovita lakukan
"iyalah gue mau kenalan karena mau temanan yakali mau musuhan."
mereka berdua akhirnya berlanjut untuk mengobrol bersama.

Pulang sekolah di hari pertama jadi anak SMP itu melelahkan, tidak segampang itu, apa mungkin ini karena masih anak SMP baru ya jadi masih sedikit lebai lebai. Jovita pulang dengan menggunakan alat transportasi angkutan umum.
"arghhh lama banget sih capek tau panas panas gini, ini angkot gamau rezeki dari gw apa."

Rumah sepi semua keluarga pergi, Jovita kesal mengapa tidak ada yang mengabari kalau rumah itu akan ditinggal, seharusnya mereka memberitahu gue.

Saat Jovita memperkenalkan diri di depan kelas tadi , Jovita tertuju pada satu lelaki di bangku belakang, bukan tertuju karena jatuh hati, tapi tertuju karena benci hati, mengapa? anak laki laki itu seperti tidak memperdulikan teman teman yang memperkenalkan diri, dia hanya asik dengan dunia nya sendiri.

"Siapa sih nama anak laki itu tadi?."
"gue ga denger terlalu jelas karena emang suara bicaranya aja kaya orang kumur kumur."
huh.. sungguh melelahkan bertemu berbagai macam karakter yang berbeda beda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

two thousand twenty twoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang