5 Tahun kemudian..
"Mommy, ini siapa disebelah Mommy?" hatiku rasanya rapuh ketika sang anak sendiri tak mengetahui bahwa foto yang ia pegang adalah ayah nya. Sudah hampir lima tahun ini Fahlada meninggalkanku, bahkan sampai buah hati kami lahir hingga ia berumur empat tahun ini ia tidak berada disisi kami.
Aku pun tersenyum membalas tatapan redupnya, sama persis seperti Fahlada. Kedua mata indahnya yang sedikit sipit itu menatapku dengan penasaran.
Tanganku terulur untuk meraih nya, mendudukkan tubuh mungilnya di pangkuan dengan tenang. Sambil mengamati foto Fahlada aku mencoba untuk menjelaskannya secara pelan-pelan. Walaupun dia masih kecil dan untuk di usianya yang terbilang belum mengerti apa-apa, selain bermain dan juga belajar, kebanyakan anak kecil pada umumnya.
"Sayang, ini Daddy Fahlada." kataku sembari mengusap lembut kepalanya. Ia menoleh padaku sejenak, sebelum akhirnya jari-jari mungilnya menyentuh foto itu dan mengusapnya perlahan.
"Daddy is a Doctor, right?" tanya nya, aku pun tersenyum lalu mengangguk sebagai jawaban. "Wahh, Daddy seorang Dokter. Mom, jika Key besar nanti, Key ingin sekali menjadi seperti Daddy." ujarnya membuat ku spontan langsung mencium pipinya gemas.
Sekilas balik kenangan pun akhirnya terlintas dipikiran, membuatku ingin menitikkan air mata. Namun aku sadar, aku harus kuat didepan anakku Key, tak ingin membuatnya merasa khawatir karena aku menangis karena suatu hal. Andai saja waktu bisa terulang, mungkin saja keluarga kecil kami akan tampak lengkap.
Kurasakan tangan mungil itu menyentuh pipi ku dan mengusapnya, tak terasa jika air mata itu tiba-tiba keluar dari kedua ujung mata "Mom, Mommy kenapa?" tanya Key. Kedua matanya menatapku khawatir.
Aku menghembuskan napasku pelan, kemudian menggeleng dan mengusap pipiku yang sedikit basah. "Tidak apa-apa, nak.. Mommy hanya teringat sesuatu." jawab ku sambil memandangi kedua matanya. Ia pun turun dari pangkuan, menghadapku. Kedua tangan mungilnya meraih pipiku dan ditangkupnya perlahan.
"Mommy, don't cry okay? Key always beside Mommy." katanya lembut, dengan suara khas anak-anak darinya. Bahkan ketika dia tersenyum, kedua mata itu hilang membentuk bulan sabit, sama persis seperti Fahlada.
Aku mengangguk lalu mencium keningnya, "Key tetap disisi Mommy ya nak, walaupun Daddy sudah tidak ada disini bersama kita."
Dahinya mengkerut, dari raut wajahnya aku sudah bisa membaca mungkin ada sebuah pertanyaan yang ingin aku jawab.
"Mommy? Daddy kemana?" tanya nya.
"Umm, Daddy." aku menghentikan kalimatku begitu air mataku mengucur dengan perlahan melewati sela-sela pipi dan membasahi foto yang sedang aku pegang.
"Mommy jangan nangis." kedua tangan mungilnya mengusap pipiku yang basah, perhatiannya sama persis mengingatkanku pada Fahlada. Bagaimana ia khawatir dan sangat tidak ingin melihatku menangis, sekalipun itu tangisan bahagia.
"Mommy tidak menangis sayang, Mommy hanya teringat sesuatu tentang Daddy- mu."
Langkah kaki nya berlari kecil menuju nakas yang tak jauh berada didekat lemari pakaian, ia kembali membawa sekotak tissue ditangannya. "Nah, usap dulu air mata Mommy." ujarnya, dengan lembut pun aku meraih sekotak tissue itu dari tangannya.
"Terimakasih, sayang." kataku yang dibalas anggukkan kepalanya.
"Mom, kalau Key boleh tahu Daddy pergi kemana?" tanya nya, aku mengerti dia masih kecil dan tidak tahu apa-apa, tidak ada salahnya bukan untuk menjawab pertanyaannya. Walaupun suatu saat ketika ia sudah besar nanti, ia akan mengerti dengan sendirinya.
Aku tersenyum kemudian mengusap pipi nya dengan lembut, "Sayang, Daddy sudah diatas sana, bersama dengan Oppa dan juga Omma. Walaupun begitu Daddy akan tetap melihat kita dari atas sana."
"Apakah Daddy akan kembali, Mom? Kenapa dia tidak turun untuk melihat kita secara langsung?"
"Sayang, Daddy sudah senang dengan tempat barunya. Daddy juga senang melihat Key, Mommy dan juga Yaay baik-baik saja." kataku menjelaskan, sembari mengusap lembut kepalanya. Ia berhambur memeluk tubuhku begitu erat.
"Padahal Key ingin melihat Daddy, Mom. Apakah Daddy bekerja disana?" tanya nya penasaran, ya aku tahu usianya yang terbilang sangat muda sepertinya, pertanyaan dan juga jawaban seperti itu tidak akan puas untuknya. Selalu penasaran dengan pertanyaan baru yang muncul.
Aku mengangguk, "Iya nak, Daddy diatas sana bekerja. Key pasti akan tahu ketika dewasa nanti, hmm?" ia pun mengangguk lalu tersenyum kecil menampilkan beberapa deret gigi nya yang putih.
"Sekarang ayo makan, pasti Yaay sudah menunggu dimeja sana."
Key mengangguk kemudian berlari kecil meninggalkanku yang masih betah duduk ditepi ranjang. Betapa akan bangganya Fahlada ketika ia melihat anak nya yang sudah tumbuh besar seperti ini.
Even you not beside me, but your memories always beside me, hug me everytime.
Bersambung...
Hallo, Tukhon..
i hope you enjoy naa, pinch the star and comment dipersilahkan..
Thankyouu..
Salam hangat,
Mikee
KAMU SEDANG MEMBACA
About You (One Shoot)
FanfictionTentang kamu, yang tidak ada habisnya - Orm Kornnaphat One shoot - 2024 (Lingorm)