03

116 98 0
                                    

✿ • ✿ • ✿ • ✿ • ✿ • ✿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✿ • ✿ • ✿ • ✿ • ✿ • ✿

Di antara sadar dan tidak-aku merasa tubuhku sedikit bergoyang, seperti ada yang menyentuh bahuku dengan pelan.

"Ra... bangun, udah jam delapan..." suara lembut itu menggema di telingaku, disusul sentuhan ringan di lenganku.

Mataku membuka perlahan. Cahaya pagi menerobos dari sela-sela gorden, menyinari kamar yang semalam sunyi. Pandanganku masih sedikit buram, tapi dua sosok mulai terlihat jelas—Vina dan Risa sedang duduk di tepi kasur, wajah mereka sudah segar dan rapi.

"Ra! Sumpah ini udah jam delapan, seriusan. Nanti dimarahin panitia," ucap Vina sambil mendorong pundakku pelan.

Aku langsung terkejut, membuka mata sepenuhnya. Tubuhku refleks bangkit duduk. Sebentar, di mana aku? Oh, iya. Aku baru ingat—aku tidak di rumah. Aku sedang ikut kegiatan relawan di luar pulau.

"Ya ampun, aku nyenyak banget ya..."

"Banget," timpal Risa sambil terkekeh. "Tadi kita pikir kamu pingsan."

Vina tertawa kecil sambil menyodorkan ikat rambut. "Cepet gih mandi, bentar lagi sarapan, habis itu langsung ke aula."

Aku langsung melompat dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Setelah mencuci muka dan membersihkan diri, aku memakai baju relawan berwarna biru langit yang sudah disiapkan oleh Kak Rara. Bajunya adem dan nyaman, ada logo kecil di dada kiri dan tulisan "Relawan Anak Bangsa" di bagian belakang. Aku merapikan rambut, menyemprotkan sedikit parfum, dan memoles sedikit bedak agar wajahku tidak kelihatan kusam. Setelah itu aku mengambil botol minum, alat tulis, dan beberapa perlengkapan kecil, lalu memasukkan semuanya ke dalam totebag.

Sebelum keluar kamar, aku sempat memotret suasana di bawah—banyak panitia dan relawan udah lalu-lalang, ada yang masih sibuk sarapan, ada juga yang buru-buru mencari sandal. Suasananya ramai tapi hangat. Aku mengirimkan foto itu ke Ibu, disertai pesan: "Pagi Bu! Hari pertamaku dimulai, doain lancar ya 🥺💙"

Begitu turun ke bawah, aroma roti panggang dan teh manis langsung menyambutku. Ruang makan villa itu sudah ramai. Beberapa orang duduk di meja panjang, sebagian mengobrol sambil berdiri, dan ada juga yang sibuk ngaduk-ngaduk teh sendiri. Vina dan Risa melambai dari kejauhan, duduk di sisi kiri dekat jendela, tersenyum sambil manggil.

"Ra! Sini duduk!" teriak Vina kecil sambil ngetuk-ngetuk kursi kosong di sebelahnya.

Aku berjalan cepat ke arah mereka yang sudah menunggu di meja makan. Begitu sampai, aku menarik kursi dan duduk di salah satu sisi meja. Tak lama setelah aku duduk, seorang laki-laki yang berada di sebelahku langsung menyapa terlebih dahulu. Wajahnya tampak ramah, dan auranya memancarkan keceriaan yang hangat.

"Salam kenal ya, aku Rio. Asli Bandung," katanya sambil ngangguk ramah.

"Naura. Dari Palembang," jawabku sambil menjabat tangannya.

Naura PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang