02

717 112 7
                                    

Perlahan Dian membuka matanya, dia melihat sekitar dan suara seseorang mengejutkan Dian.

"Kamu sudah sadar?" Dian bisa melihat seorang petugas UKS berjalan kearahnya.

"Apa yang terjadi Bu?" Tanya Dian, dia duduk dengan hati-hati.

"Kamu pingsan, katanya kamu jatuh dari tangga tapi tenang saja tidak ada hal fatal karena Calista lebih dulu menahan tubuh mu sebelum membentur lantai" jelas petugas UKS.

"Ah, Calista.. dimana-" belum selesai Dian bertanya, pintu ruang UKS langsung terbuka.

"Dian!!" Cakra masuk dengan nafas beratnya, dia baru saja berlari menuju UKS setelah mendengar Dian jatuh dari tangga.

"Bagaimana ini ?! Apa ada yang luka?!" Cakra mengecek kepala juga tubuh Dian.

"Hei, aku baik-baik saja" Dian mendorong wajah Cakra.

"Makanya hati-hati kalau melangkah! Kaki mu itu pendek dan kecil!" Cakra mengacak-acak rambut Dian.

"Hah ya ampun.. kamu memnag selalu mengejek ku, sudah aku mau kembali ke kelas" Dian turun dari kasur UKS, dia juga berterima kasih pada petugas UKS.

"Jangan lupa ucapkan terima kasih juga pada Calista ya, dia tadi sempat menemani mu disini tapi karena kepala sekolah memanggil jadi dia berpamitan pergi" ujar petugas UKS.

"Ah.. iya.. " Dian meremas kedua tangannya didepan dada, jantungnya berdebar kencang saat mendengar Calista sempat menemani Dian yang tidak sadarkan diri.

Dian dan Cakra berjalan keluar dari UKS, Cakra melirik wajah Dian.
"Apa-apaan wajah itu? Telinga mu sampai merah" ujar Cakra.

"Ti-tidak.. ini, maksud ku.. " Dian menyentuh telinganya.
" ..Calista melihat wajah ku saat tidak sadarkan diri"

"Memang masalahnya apa?" Tanya Cakra.

"Ya itu masalahnya, aku tidak tau wajah seperti apa yang ku buat! Aku malu!" Dian menepuk-nepuk wajahnya.

Cakra menahan tangan Dian.
"Hei, berhenti menepuk wajahmu.. nanti semakin merah"

"Huh.. sudahlah, kamu merusak momen.. aku ke kelas duluan! Dah!" Dian langsung berlari kecil meninggalkan Cakra.

Cakra mengusap-usap lehernya, dia menghela nafasnya berat.
"Dasar anak itu" gumam Cakra melihat punggung Dian yang semakin menjauh.

Setelah hari itu, Dian merasa memiliki hutang pada Calista. Dian pun belum sempat mengucapkan terima kasih walaupun keduanya sempat berpapasan di koridor tapi karena Calista tidak pernah pergi sendirian jadinya Dian sulit menegur Calista.

Hingga suatu hari, Dian tidak sengaja bertemu Calista yang baru saja keluar dari toilet.

"Ha-halo.. " sapa Dian dengan suara bergetar.

"Ah ya.. halo" Calista terlihat biasa saja, sepertinya dia tidak mengingat Dian.

"Um.. ini.. ini.. " Dian meremas-remas kedua tangannya karena ini pertama kalinya Dian bicara dengan Calista.

Calista melirik jam dipergelangan tangannya.
"Maaf, aku harus pergi"

Deg!

Dian bisa melihat Calista berbalik, saat Calista hendak melangkah pergi, lengan bajunya ditarik pelan oleh Dian.

Calista menoleh, dia bisa melihat wajah Dian sudah semerah tomat masak.
"Ada apa?" Tanya Calista.

Dian semakin kuat mengepalkan tangan kirinya.
"An.. anu.. ap-apa kamu mengingat ku?" Tanya Dian.

Calista terlihat berpikir, dia kembali memperhatikan wajah Dian dan tiba-tiba dia langsung mengingat kejadian di tangga waktu itu.

"Oh ya.. aku ingat, kamu yang pingsan di tangga kan?"

"I-iya.. itu aku!" Dian terlihat senang, Calista mengingat dirinya.

"Hm, bagaimana keadaan mu?" Tanya Calista.

"Ak-aku baik.. aku ma-mau berterima kasih sudah menolong ku!"

"Ya tidak jadi masalah" Calista mengangguk pelan.

Dian diam, dia tidak tau harus bicara apa lagi dan kembali Calista melihat jam di pergelangan tangannya yang membuat Dian akhirnya bersuara seolah dia tidak ingin Calista pergi.

"Se-sebagai ucapan terima kasih ku! Aku mau mentraktir kamu jus di kantin!" Ujar Dian spontan padahal uangnya pas-pasan.

"Ah.. " Dian langsung sadar dengan ucapannya sendiri, perlahan Dian mendongakkan kepalanya melihat reaksi Calista.

DEG!

Jantung Dian berdebar tak menentu saat mata mereka berdua bertemu, Calista tiba-tiba menyentuh pucuk kepala Dian, dia tersenyum simpul.

"Boleh" jawabnya yang tentu membuat jantung Dian hampir meledak, dia tidak menyangka Calista mau pergi ke kantin bersamanya.

.
.

Bersambung ...

Jodoh Pilihan Keluarga (ABO18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang