[ BAGIAN DARI VANDERO UNIVERSE ]
Dalam rasa yang membara, ku temukan askara membentang indah pada dunia fana, membuat semesta terasa sempurna bagaikan nirwana.
Kalbuku bertanya, mengapa aku menaruh asa? Namun, tak ada kata, mungkin rasa karena asma...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
5. TAMAN.
B.U.M.I.A.S.M.A.R.A.L.O.K.A.
Jangan lupa vote dan spam komen.
. .
HAPPY READING!!
°°°
Festival seni sekolah akhirnya tiba, dan SMA Rajawali penuh dengan dekorasi yang meriah. Lorong-lorong sekolah yang biasanya sepi diwarnai oleh berbagai poster seni, lukisan, dan hasil karya siswa. Stand-stand dipenuhi oleh kerajinan tangan, patung kecil, hingga sketsa-sketsa sederhana. Suasana begitu hidup, bahkan suara musik dan tawa dari siswa-siswa yang mengunjungi festival terdengar menggema di seluruh ruangan.
Di tengah keramaian itu, Natasya berjalan sendirian, tampak asyik menikmati pameran lukisan yang ditampilkan di aula. Matanya terpaku pada salah satu lukisan abstrak yang memadukan warna-warna hangat seperti merah, jingga, dan kuning. Di matanya, lukisan itu seperti menggambarkan percikan emosi yang berani, persis seperti gairah seninya sendiri. Di tangan Natasya, tergenggam buku catatan kecil, tempat ia biasanya menulis puisi atau sekedar mencatat inspirasi yang ia temukan.
Tanpa Natasya sadari, seseorang tengah mengamati dirinya dari sudut aula. Raffael, dengan tampilan khasnya yang selalu tenang dan misterius, berdiri bersama teman-temannya. Ia memakai jaket kulit hitam yang membuatnya tampak semakin menonjol. Bersama Langit, Bintang, Surya, Daniel, dan Nicholas, kehadiran geng Vandero memang mudah menarik perhatian, tetapi berbeda dari teman-temannya yang menikmati festival dengan santai, mata Raffael terus terpaku pada sosok Natasya.
Raffael sedikit tersenyum."Nggak ada siapa-siapa, cuma lihat-lihat."
Langit mengerutkan kening, lalu mengikuti arah pandangan Raffael dan melihat Natasya yang sedang berdiri memandangi lukisan. Dengan sedikit tertawa, Langit menepuk bahu Raffael lagi."Itu cewek yang lo ceritain, ya?"
Raffael hanya tersenyum kecil, tak berniat menjelaskan lebih lanjut. Alih-alih bergabung dengan teman-temannya, ia memilih mendekati Natasya perlahan, menembus keramaian aula sambil menjaga jarak yang cukup. Saat jaraknya tinggal beberapa langkah, Natasya akhirnya menyadari kehadiran Raffael dan menoleh ke arahnya. Matanya yang sebelumnya berbinar karena lukisan kini menatap Raffael dengan kaget.
"Kak Raffael!" Natasya tersenyum, menutup bukunya dan menyelipkannya ke dalam tas."Nggak nyangka kamu ada di sini."
Raffael menahan senyum tipisnya, lalu mengangguk."Gue juga nggak nyangka bakal ketemu lo di sini. Sering ke pameran kayak gini?"
Natasya mengangguk antusias."Iya! Aku suka lihat lukisan-lukisan kayak gini. Kadang-kadang aku dapet inspirasi buat puisiku dari warna-warna atau ekspresi di lukisan."