2

16 3 0
                                    

—ENJOY READING 📖—

Sekitar 1 jam menunggu...

Hendra menatap jam tangannya 'sebentar lagi jam 2' pikirnya detik demi detik ia terus berpikir bahwa waktu berjalan terlalu cepat sebab tadi baru saja jam 11 dan sekarang sudah mau jam 2,setelah sibuk dengan pikirannya suara pintu UKS pun terbuka "Assalamualaikum! Aku kembali~" Ucap orang tersebut,Hendra menatap orang tersebut dan ternyata itu hanya Ryan dengan tas ransel milik Zay pada bahunya "lama juga kamu ngambilnya" Ucap Hendra, Ryan memutar kedua bola matanya sambil menatapi Hendra dengan tatapan malas "oh ayolah aku mengambilnya tidak terlalu lama!" Ucapnya dengan nada kesal, Hendra memandang Ryan dengan tatapan heran "tidak terlalu kau bilang? 20 menit kau keluar cuman buat ngambil tas ransel Zay !" Ucap Hendra lalu ia menarik dan menghembuskan nafas

Ryan menatap Hendra dengan malas lalu ia menatap Zay yang tertidur dengan nyenyak di atas paha Hendra lalu kembali menatap Hendra "oh ya" Hendra menggoyangkan tubuh Zay dengan pelan "dedek Zayyan ayoo banguun~" Bisik nya dengan nada bicara yang lembut "ga bangun tuh" Ucap Ryan sambil bersandar di dinding, Hendra memutar kedua bola matanya "sabaran dong" Ucapnya dengan malas.

Sekitar 10 sampai 15 detik akhirnya Zay terbangun,ia mengusap mata kanannya "hah....?" perlahan ia membuka kedua matanya dengan tatapan mengantuk "haloo Zay! Akhirnya kamu bangun.." Ucap Hendra sambil mengelus kepala Zay dengan lembut "kenapa kak.." Ucap Zay dengan bingung "ayoo pulaang Zay,kamu hari ini pulangnya lebih awal" Ucap Ryan, Zay yang mendengar jawaban tersebut langsung bangkit dari berbaringnya berduduk tegak, kedua matanya membulat seolah-olah ia takut untuk pulang "g-ga mau kak! Aku masih bisa sekolah kok..aku nggak mau pulang sekarang..!" Protesnya dengan raut wajah sedikit ketakutan

Ryan dan Hendra menatap Zay dengan pandangan bingung "memangnya kenapa Zay?" Tanya Hendra dengan bingung, Zay menundukkan kepalanya "ayah..." Ucapnya dengan nada kecil dengan tubuhnya yang mulai gemetaran, Ryan menghela nafas lalu ia berjalan ke arah Zay "ayah..? Memangnya kenapa dengan ayahmu?" Hendra bertanya jelas tidak paham,walaupun ia dan Ryan sahabat dekat tetapi ia tidak tahu dengan masalah keluarga Ryan. Kini Ryan sudah berada di depan Zay perlahan ia mengusap kepalanya "sudah-sudah tidak usah khawatirkan ayah.." Ucapnya dengan lembut,dari raut wajah Zay sudah bisa ditebak oleh Ryan kalau adiknya masih trauma kejadian 4 tahun yang lalu apa yang ayahnya sudah lakukan padanya.

4 Tahun yang lalu...

"Kaka mau kemana?" Tanya Zay dengan penasaran , Ryan dan Varo menatap Zay "kita mau ke indomaret Zay" Jawab Ryan "Zay boleh ikut tidak?" saat Ryan hendak menjawab tetapi Varo langsung menjawab pertanyaan Zay "ga,kamu jaga rumah karena ga ada siapa-siapa di rumah" Ucapnya dengan nada dingin dengan kedua tangannya menyilang didepan dadanya, Ryan menatap Varo dengan tatapan tidak senang "apa maksudmu Zay tidak boleh ikut?" tanya Ryan, Varo menghela nafas "dia harus jaga rumah biar mandiri ga harus berdampingan dengan kita Yan,dia di masa umur segini harus bisa jaga rumah" Ucap Varo , Ryan yang mendengar  jawaban Viro menghembuskan nafas panjang "umurnya masih 8 tahun Varo! Dia masih kecil untuk menjaga rumah,bagaimana nanti kalau ayah kita pulang dengan keadaan tidak wajar seperti waktu itu? Dimana ayah Memukuli kita habis-habisan hanya karena kita meminta makanan,kamu ga mungkin mau kejadian itu terulang lagi kan? Apalagi pada adi kita ini!" Ucap Ryan dengan nada kesal

"Lalu apa masalahnya umurnya hanya 8 tahun? Aku hanya ingin dia menjadi manusia yang berguna dan mandiri di masa depan dimana ia tidak menyusahkan kita lagi" mendengar jawaban Varo,Ryan menggenggam tangannya dengan erat seperti ingin memukuli wajah Varo "kamu-" ucapannya terpotong saat Zay membuka suara "gapapa kok kak,Zay gapapa ditinggalkan di rumah sendiri.." Ucap Zay memberikan senyuman kecil. Ryan yang melihat senyuman itu membuat dirinya merasa bersalah "beneran zay? Kaka khawatir kalau nanti ayah akan macem-macem sama kamu.." Ryan mengelus kepala Zay dengan lembut.

RuntuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang