15: Hari Yang Sial

62 50 0
                                        

🎶Boyfriend🎶
[Ariana Grande, Social House]

Hari senin kembali tiba, hari dimana 99,99% manusia bumi tidak menyukainya.

SMA Nusantara kembali berkegiatan belajar mengajar, siswa siswi berhamburan datang dari berbagai teritori memasuki gerbang sekolah bersama kendaraan mereka masing-masing.

Tanpa upacara, Sekolah elit ini punya cara lain, yaitu memutar lagu-lagu kebangsaan disetiap pagi dan jam istirahat setiap hari.

Natan baru saja tiba, berjalan menuju gedung sekolah setelah memarkirkan harley-davidson tipe softail standard nya di area parkiran.

Natan terus berjalan dengan santai memasukkan tangan kirinya kedalam saku dan tangan kanannya memegangi tas yang Ia sampirkan hanya ke pundak kanannya saja.

Natan menuju gedung khusus kelas 12 diantara gedung-gedung kelas 10 & 11 juga gedung-gedung lainnya.

Ia melihat Kadita, tepat beberapa langkah di depannya.

Natan otomatis menghentikan langkah.

Dilihatnya sang gadis sedang berdiri dengan gerak geriknya yang terlihat seperti mencari atau menanti seseorang dengan raut wajah yang tergesa-gesa.

Sekarang gadis itu mendekatkan ponsel ke telinganya----menelpon, berbicara dengan seseorang diseberang telpon dengan ekspresi masih sama.

Gadis itu melangkah, berjalan pergi dari tempatnya masih dengan memegang ponsel ditelinga.

"Sepengecut ini, Gue..." batinnya.

Menatap nanar kepergian gadis itu alih-alih mendekat dan menyapanya sebagai teman kelas.

Nggak... nggak bisa, keberanian dalam diri Natan untuk semakin mendekati sang gadis sudah tertimbun oleh insecurenya yang kembali muncul yang sudah Ia buang ke laut bertahun-tahun lamanya, dan kini kembali semenjak dirinya mendapati bahwa gadis itu sudah...

"Natan!"

Gagal menggalau, Natan terintrupsi oleh seseorang... tidak, Ia mendengar banyak orang dalam teriakkan yang memanggil namanya itu.

Natan mengedarkan pandangan, Ia melihat segerombolan cewek dikejauhan berlari menuju dirinya.

Panik, Natan tau apa yang akan terjadi jika dia tetap berdiam diri. Nggak mau itu terjadi, Natan bergerak dari tempatnya, berlari.

Natan menoleh dalam larinya, mengecek eksistensi remaja-remaja tadi.

Sial, cewek-cewek itu juga berlari tepat dibelakang Natan, Mereka mengejar, mata mereka berbinar membulat sempurna, seruan dari mulut mereka tak gentar memanggil nama Natan dengan senyuman yang membuat bulu kuduk Natan berdiri----Takut.

Semakin nggak nyaman, Natan memperlaju larinya, melewati siswa-siswi yang juga sedang berlalu lalang disekitar.

"Ini nggak ada yang niat bantu Gue apa" batin nya.

Natan sampai di gedung tujuan, berlari kesusahan melewati siswa siswi lain yang berlalu lalang mengisi koridor gedung kelasnya tersebut.

Natan capek, Ia berhenti, mengatur nafasnya yang naik turun nggak teratur sembari mengusap keringan di jidatnya yang mengalir di pelipisnya.

"Pagi-pagi udah gerah gini" gumamnya mengebaskan kerah kemejanya kegerahan. "Mereka udah nggak ngikutin, kan?" lanjutnya menatap sekitar.

Bangsat... baru aja mau bernafas lega, ternyata gerombolan itu bukannya bubar berhenti ngejar... eh! malah nambah.
Mereka celingukkan menatap sekitar, seratus persen lagi nyariin Natan.

The Girl is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang