05

0 0 0
                                    

happy reading~~

●●●


Helena selalu merasa bahwa tinggal di sebelah Hyunjin itu kayak takdir yang buruk. Setiap pagi, suara musiknya yang keras, kadang bahkan sampai malem, itu bener-bener bikin kepalanya pusing.

Ditambah lagi, dia yang selalu duduk di luar rumah dengan tatapan acuh, seolah-olah dunia ini cuma miliknya.

Hari itu, seperti biasa, dia sedang menata tanaman di balkon rumahnya. Tiba-tiba, suara deru mobil Hyunjin terdengar jelas, menandakan bahwa dia baru pulang.

"Ya ampun, dia udah pulang aja," pikir Helena sambil melirik ke arah mobil yang parkir di depan rumahnya.

Hyunjin keluar dari mobilnya dengan langkah santai, pakai headphone yang sepertinya nggak bisa lepas dari telinganya.

Helena membuang napas berat. Kalau saja dia bisa pindah, mungkin hidupnya nggak bakal sesusah ini. Tapi, ya, apa daya, dia cuma bisa menahan emosinya.

Begitu Hyunjin masuk ke rumahnya, dia ngeliat ke arah balkon Helena dan sempat melempar senyum—senyum yang selalu terasa dipaksakan.

Helena cuma bisa balas dengan tatapan datar, berusaha tetap tenang meski rasanya pengen banget melempar pot bunga ke arah jendela rumahnya.

"Gak,  Helena, sabar," bisiknya dalam hati.

Tapi siapa yang bisa sabar terus-menerus dengan orang seperti Hyunjin? Dia yang selalu terlihat sempurna dengan segala sikap tenangnya, sedangkan Helena selalu merasa dirinya yang paling berisik, paling terganggu oleh tingkah lakunya.

"Sampai kapan gue harus kayak gini?" gumam Helena. Namun, sebelum dia sempat menjawab, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk dengan keras.

Helena membuka pintu dengan kesal. Dan siapa lagi kalau bukan Hyunjin, yang kini berdiri di depan pintu dengan wajah tanpa ekspresi.

"Ada apa?" tanya Helena dengan nada datar.

Hyunjin menarik napas panjang. "Denger, gue tahu gue sering nyetel musik keras, tapi ada hal yang perlu kita bahas."

Helena bingung. "Apa lagi?"

Hyunjin menatapnya sejenak. "Gue nggak pernah bermaksud ganggu lo. Cuma, mungkin kita perlu nyari jalan tengah biar gak selalu kayak gini."

Helena terdiam. Untuk pertama kalinya, dia melihat sedikit keraguan di mata Hyunjin.

"Jadi, lo ngomong begini karena sadar lo ganggu gue?" Helena bertanya, hampir nggak percaya.

"Ya, mungkin," jawab Hyunjin pelan. "Gue... gue nggak pengen jadi tetangga yang bikin lo kesel terus."

Helena terdiam. Mungkin ini bukan percakapan yang dia harapkan, tapi untuk pertama kalinya, Hyunjin tampak seperti orang yang ingin memperbaiki semuanya. "Tapi, jangan harap gue langsung percaya gitu aja," katanya dengan nada agak keras.

Hyunjin mengangguk. "Gue paham. Tapi gue janji, gue akan coba lebih perhatian soal itu."

Helena hanya menatapnya sebentar, lalu menutup pintu perlahan. Rasanya masih sulit percaya, tapi mungkin, just maybe, ini bisa jadi awal dari perubahan.





●●●

tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tetangga | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang