Amel, gadis dingin yang betul-betul dingin. Teman-temannya mengira kalau dia sudah tidak punya otot wajah, entah untuk menggerakan bibirnya, atau sekedar memasang ekspresi ketakutan, atau marah sekalipun. Demi tuhan yesus, mau sedih, senang, marah, ekspresi Amel tidak ada bedanya.
Pernah di suatu momen, saat acara makan-makan di rumah guru seberes UAS hari terakhir, gas di rumah guru tersebut ternyata bocor. Saat asik masak, api melambung begitu mengerikan. Suhu dapur menjadi panas. Suami guru tersebut masih kerja di kantornya dan tidak ada di rumah. Guru tersebut sama paniknya. Murid laki-laki ricuh sama saja, tak ada sisi maksulinnya. Keadaan tidak kondusif. Melihat situasi yang ricuh, Amel dengan santainya mengambil handuk yang menjadi keset di dapur, lalu pergi ke wc dan mengguyur handuk tersebut menjadi basah kuyup. Iya memeras handuk itu agar airnya tidak menetes. Setelah itu Amel menghampiri gas yang bocor itu; ia melempar anduk itu ke tabung lpj tersebut. Ajaib! Api yang berkobar-kobar, seketika lenyap. Dengan santainya Amel melilitkan handuk basah itu pada gas lpj. Atas kejadian tersebut, teman-teman SMP-nya menjuluki Amel dengan istilah cool girl.
Amel bergegas. Ini hari pertama ia menjadi murid SMA. Kata kakaknya, SMA berbeda dengan SMP. Kakaknya bilang, ia harus mulai memperhatikan nilai. Tidak ada istilah pacaran, atau hal-hal lainnya yang membuat fokus ambyar. Tidak ada istilah galau-galauan. Amel harus fokus. SMA adalah masa penentuan masa depannya. Akan menjadi apa ia kedepannya, it's start from high school!
Tapi di hari pertama ia orientasi sekolah, SMA tidak seserius yang dibahas kakaknya. Teman-temannya masih banyak yang bercanda. Bahkan tingkat kecerdasannya pun, menurut Amel, masih tidak secerdas itu. Banyak bimbangnya. Banyak tidak tahunya. Wawasannya tidak sebanyak itu juga. Kemampuan analisis dan logikanya juga belum sempurna. Masih ada pemikiran-pemikiran yang nyeleneh.
Karena hal itu, Amel menghembuskan napas. Tadinya ia senang sekali tentang dunia SMA yang katanya serius, tapi, ini masih banyak becandanya. Merepotkan!
Ketika waktu isoma saat orientasi hari pertama, Amel ingin cepat-cepat menghabiskan makanan di piringnya dan segera pergi ke kamar mandi untuk menghindar dari gadis centil yang dari tadi mengajak bicara. Amel jelas tahu nama gadis itu, namanya Monica, dia menjadi perhatian di hari pertama orientasi karena ia peserta yang aktif. Dari keaktifannya Monica, Amel bisa menebak Monica orangnya centil, banyak omong, dan lebay.
"Halo kamu Amel ya? Kenalin, aku Monica, temen sekelompok kamu. Salam kenal ya hhi!" Gadis mungil dengan kulit yang seputih susu itu tersenyum lebar ke arah Amel sambil mengulurkan tangan.
Mampus!
"Oh, okey." Amel hanya menjawab singkat, dan hanya menyentuh uluran tangan itu tanpa menggenggam tangan Monica. Jenis salaman model apa itu?
Melihat Amel yang dingin, Monica hanya bisa menggaruk kepalanya. Seumur hidupnya, ia baru pertama kali bertemu dengan cewek cool yang sedikit aneh itu!
Tadinya Monica sangat ingin mendekati Amel. Karena pikirnya Amel sangat keren. Tapi ternyata waktu kenalan, engga deh!
Tapi tak lama setelah berpikir begitu, Monica menemukan hal lain dari Amel.
Ketika Monica mau beranjak pergi karena sudah menyelesaikan makannya, tiba-tiba papan tulis hampir saja mau menimpa tubuh mungilnya karena paku papan tulis tersebut lepas. Hampir saja! Dengan sigap Amel menyelamatkannya, betul-betul dengan secepat kilat, seakan panca indra gadis itu sangat peka menangkap sinyal bahaya.
Ditengah kondisi kelas yang ricuh dan kakak kelas sigap menghampiri, Amel menatap dingin mata Monica yang sangat terkejut. Amel tahu Monica sangat takut, tapi yang ia ucapkan hanya pertanyaan yang dingin seakan hanya basa-basi saja.
"Kamu gapapa?"
Monica tidak menjawab pertanyaan Amel. Tapi jauh di dalam hatinya, Monica kagum dengan sikap Amel yang protektif. Monica yakin seratus persen dan seratus delapan puluh derajat kali lebar kali tinggi, kalau ia berteman dengan Amel, ia akan aman.
Cool!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Aku Sendiri Saja
Romance"Kenapa lo pengen punya pacar? Jangan. Lebih enak sendiri!" Ucapan Amel itu membuat Monica cemberut. Ia memilih untuk tidak mendengar ucapan Amel. Monica bertekad, di masa awal putih abu ini, it's time to get boyfriend!