Bab 1

69 16 1
                                    

Hinata memandangi bayangannya di cermin besar di kamar megah Istana Uchiha. Gaun pengantinnya tergantung rapi di sudut ruangan, menggantikan baju tidur sutra lembut yang kini membalut tubuhnya. Malam itu adalah malam pertamanya sebagai istri Sasuke Uchiha, namun kehangatan yang biasa menyertai awal sebuah pernikahan terasa seperti sesuatu yang mustahil baginya.

Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Hinata tahu, pernikahan ini bukan tentang cinta. Bukan untuknya, dan jelas bukan untuk Sasuke. Ia ada di sini karena permintaan ayahnya, Hiashi Hyuga, yang meyakinkannya bahwa persatuan ini adalah demi masa depan Kerajaan Hyuga dan Kerajaan Uchiha.

Pernikahan ini bukan hanya soal memperkuat aliansi. Sasuke, pewaris tahta Uchiha, dikenal dengan perilakunya yang jauh dari kata terpuji. Kerajaan Uchiha membutuhkan sosok seperti Hinata—anggun, berkelas, dan tanpa cela—untuk memulihkan citra yang telah ternoda oleh putra bungsu mereka. Hinata tahu itu. Ia tahu dirinya hanyalah alat untuk memenuhi rencana politik yang telah disusun oleh kedua keluarga.

Ketukan di pintu memecah lamunannya. Hinata menoleh, melihat Sasuke masuk tanpa sepatah kata. Jubah malam hitam yang dikenakannya menciptakan kontras dengan kilauan emas lampu gantung di ruangan itu. Wajahnya tetap dingin, seolah keberadaan Hinata sama sekali tidak berarti.

"Selamat malam, Tuan Muda..." Hinata menyapa dengan suara lembut, mencoba menunjukkan sopan santun yang telah diajarkan sejak kecil.

Sasuke tidak menjawab. Ia berjalan menuju jendela besar, menatap keluar dengan tatapan kosong. Hinata tetap diam, menunggu, meskipun hatinya dipenuhi kegelisahan.

"Mari kita luruskan satu hal," Sasuke akhirnya membuka suara tanpa menoleh. "Aku tidak pernah ingin pernikahan ini. Bagi orang tuaku, mungkin ini adalah langkah besar untuk kerajaan. Tapi bagiku, ini hanya pengekangan."

Hinata sudah menduga akan mendengar kata-kata seperti itu. Namun, mendengarnya langsung dari mulut Sasuke tetap terasa menyakitkan. "Aku mengerti..." jawabnya pelan. "Aku juga tidak meminta ini. Tapi mungkin... kita bisa mencoba untuk saling menghormati?"

Sasuke akhirnya menoleh, matanya menatapnya dengan dingin. "Menghormati? Aku tidak punya alasan untuk menghormatimu, Hinata. Kamu hanya di sini karena keluargamu dan keluargaku memaksa kita. Jangan berharap lebih dari itu."

Hinata menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan luka di hatinya. Pernikahan ini adalah tugasnya, bukan pilihannya. Ia bukan seorang wanita yang mencari cinta atau kebahagiaan di sini. Baginya, ini adalah harga yang harus dibayar untuk menjaga nama baik keluarganya.

Sasuke berbalik dan keluar dari kamar tanpa sepatah kata lagi, meninggalkannya sendirian dalam keheningan yang mencekam.

Hinata memandang pintu yang tertutup rapat, dan untuk pertama kalinya ia merasa benar-benar sendirian. Ia tahu bahwa jalan di depannya akan penuh dengan duri. Tapi, seperti yang selalu ia lakukan, ia akan bertahan.

Cinta dan Luka Bangsawan [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang