24. Oxalis

14 2 0
                                    

⚠️HENTIKAN BUDAYA PLAGIAT⚠️

DON'T BE A DARK READER! PLEASE VOTE AND COMMENT BEFORE READER🙏🏻🖤

.

.

.

.

.

Gazza keluar dari kelas, berjalan di koridor dengan langkah pelan. Awalnya ia ditemani Damian, tapi pria itu pergi lebih dulu karena teman-temannya memanggil. Jadi ya, apa boleh buat. Sekarang ia pulang harus sendiri lagi.

Hari ini sekolah terasa berat. Banyak hal yang terjadi di waktu bersamaan. Otaknya pusing sekali padahal dari tadi ia hanya diam. Langkah pun tidak ia perhatikan, sampai di mana seseorang menepuk bahunya pelan. Membuat gadis itu terkesiap dan menoleh.

"Siapa?"

"Ini aku, Siren"

Gazza membelalakkan mata.

"Apa lagi yang ingin kau buat padaku? Apa kejadian tadi tidak cukup untukmu?" tanya Gazza langsung.

Siren mengatupkan bibirnya dengan kepala tertunduk.

"Aku ... minta maaf"

     . . . . .

Hening beberapa saat.

"Apa?"

"Aku ingin minta maaf karena membulimu"

"What the hell?"

Gazza terdiam saat itu juga. Ia tak percaya dengan apa yang pendengarannya tangkap.

Ih! Yang benar saja Siren minta maaf!

"Mungkin ini akan sulit untuk dipercaya, tapi sejak dulu aku ingin sekali berkawan denganmu" lanjutnya.

"A--apa? Apa yang membuatmu begini?" tanya Gazza, kaget.

"Aku takut pada Lilith, sehingga aku terpaksa mengikuti apa yang dia mau. Tapi sekarang aku sangat kecewa padanya. Ternyata Lilith setega itu padaku"

"Aku sadar, aku tidak pantas mengatakan ini setelah apa yang aku lakukan padamu. Tapi, aku harap kamu bisa memaafkanmu ..."

Gazza terbungkam sekali lagi. Ia menatap gadis di depan nya dengan tatapan yang sulit diartikan. Tak lama setelah kata-kata barusan tercerna di otak nya, helaan nafas dan anggukan kecil pun keluar dari Gazza.

Dengan senyuman tulus Gazza menjawab. "Aku paham maksudmu"

Siren tertegun. Tanpa sadar senyuman ikut terbit di bibir itu.

"Terima kasih, Gazza! Mulai sekarang aku akan membantumu membongkar sifat asli Lilith!" ucapnya dengan semangat.

Gazza pun mengulum senyum seraya mengangkat kedua alisnya.

"Ah, tapi ... aku sangat malu padamu. Aku seperti orang tidak tau diri" Siren berubah muram.

"Kenapa?"

"Aku kan juga ikut dalam pembuliannya"

"Aah, itu ... hehe"

Di luar pemikiran Gazza malah terkekeh, membuat Siren menelengkan kepalanya bingung.

"Itu dulu. Sekarang kau tidak akan melakukannya lagi kan?" tanya Gazza dengan tatapan menyelidik.

"Tentu saja aku akan melakukannya lagi"

"Apa?"

"Bercanda"

"Hmhh ..." Gazza pun menarik ujung bibirnya, datar. "Sudah, aku mau pulang" ujarnya.

Antara Gazza dan Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang